KARENA KAMU, TAKDIRKU.

KARENA KAMU, TAKDIRKU.

Perkenalan

Ayam tetangga berkokok terus menerus, mataharipun masih malu-malu menampilkan sinarnya. Bahkan jam alarm terus berdering tak mampu membangunkan seorang gadis berusia 18 tahun yang masih terlelap dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Sedangkan di dapur, seorang wanita paruh baya di sibukan dengan kegiatan memasak.

"Pak, hari ini kamu tidak ke toko?" tanya Mama Ani menyeduhkan kopi untuk suaminya.

"Ke toko, Mah. tapi nanti, agak siangan," balas pak Yanto.

Pak Yanto celingukan mencari keberadaan anak pertamanya. "Riana mana? tumben belum kelihatan?"

Mama Ani menepok jidatnya. "Astaghfirullahaladzim! Mama lupa! Hari ini hari Senin! Pentar, Pak! Mama bangunin dulu tuh anak."

Mama berjalan ke arah kamar si sulung, dia menggelengkan kepala mengingat kebiasaan sang anak. Saat sedang kedatangan tamu bulanan, si sulung pasti bangun siang.

Ketika sudah berada di dalam, dia menggoyang-goyangkan tubuh anaknya. "Bangun, teh! Ini udah jam berapa? nanti kesiangan!"

"Bentar atuh, Mah! Lima menit lagi!" balas Riana sambil menaikan kembali selimutnya ke atas.

Melihat itu, mama Ani geram, dia menyibak selimutnya lalu jurus jewer menjewer nya ia keluarkan. "Cepetan, teteh! kalau tidak bangun, Mama guyur pakai air! Idah besar masih di bangunin, malu atuh sama ayam."

"Aw aw aw sakit atuh, Mah! iya... ini Teteh udah bangun, sama anak sendiri aja galaknya minta ampun, ini namanya kdrt," ucap Riana kesal tangannya memegang kuping yang terasa panas.

"Buruan, Rianaaa..!" pekik Ani geram.

Riana segera berlari ke kamar mandi, jika Mamanya sudah teriak, habislah dia. Yang ada dia di mandikan di kasur dan dia sendiri yang disuruh menjemur kasurnya.

Riana Wafa Humaira, gadis manis berhijab anak pertama dari Yanto dan Ani. Riana merupakan gadis yang pintar, baik, ramah, dan dia juga termasuk salah satu gadis tercantik di kampungnya.

Bulu mata lentik dengan bola mata yang sedikit besar, hidung mancung, serta bibir ranum tipis berwarna merah alami dan lesung pipi di sebelah kanan menambah kesan kecantikannya.

Tak banyak pula pria yang terang-terangan menyukainya, akan tetapi tidak ada satupun dari mereka yang Riana respon. Dia berprinsip tidak mau pacaran sebelum menikah, dan kalau di tanya soal jodoh, dia selalu berkata, biar Allah yang menentukan.

"Pagi, semuanya," sapa Riana ketika sudah berada di meja makan.

"Kk, pagi, pagi, ini udah cukup siang, Teh. Buruan sarapannya nanti kita terlambat! Hari ini kelasku jadi pemandu upacara," kata Latif adik Riana

Muhammad Latif, anak kedua Yanto dan Ani, dan sekarang dia duduk di bangku SMP kelas 8

"Tunggu sebentar, A! Baru juga makan satu suapan," kata Riana.

"Buruan! Aku tunggu di depan ya, Teh!" balas Latif dan di balas Riana ok.

"Bapak kemana, Mah? kok gak kelihatan."

"Bapakmu sudah berangkat ke toko, kamu sih telat bangunnya."

"Ya maaf, aku berangkat dulu, Mah," ucap Riana setelah menyelesaikan sarapannya.

Mama Ani mengantar anaknya ke luar, kemudian Riana mencium tangan Ani lalu di susul oleh sang adik.

"Kami berangkat dulu, Mah. Assalamualaikum," kata Latif.

"Waalaikumsalam, hati-hati ya, A, bawa motornya!"

"Siap, Mah."

Karena sekolah mereka berdekatan dan satu arah, maka mereka selalu berangkat bareng pakai motor. Sedangkan toko sembako pak Yanto cukup dekat dari rumah, jadi tidak perlu memakai motor cukup jalan kaki.

"A, tunggu!" cegah Riana.

"Apalagi sih? ini udah siang, ayo buruan!" kesal Latif.

"Hp teteh ketinggalan, tunggu sebentar!" dia berlari kembali kedalam rumah.

"Buruan teh Riana!" pekik Latif. "Udah telat nih, dasar lelet."

Latif terus menggerutu sesekali melirik ke arah jam tangannya.

"Udah a, kita berangkat! Mah, kami berangkat dulu, assalamualaikum," ucap Riana ketika sudah kembali.

"Waalaikumsalam."

Mama hanya menggelengkan kepalanya tersenyum melihat tingkah keduanya. "Dasar anak-anak."

****

SMA PELITA BANGSA

Riana berlari menuju gerbang yang hampir tertutup lalu berteriak.

"Pak satpam, tunggu!"

Pak satpam pun berhenti dan menoleh.

"Ya ampun Neng! untung belum di tutup, kalau terlambat sedikit saja pasti kamu udah kena hukuman," omelnya.

"Hehe maaf Pak, soalnya bangun kesiangan."

"Buruan masuk! Sebentar lagi upacaranya akan di mulai," perintah Pak satpam.

"Siap, Pak. Aku masuk dulu."

Dan Riana kembali berlari ke kelas menyimpan tasnya dulu, lalu dia kembali berlari kelapangan mengikuti upacara.

"Huhhh, selamat, untung tidak terlambat." Riana mengelap keringat di keningnya, dia mengatur nafas yang masih ngos-ngosan

Tanpa dia sadari, temannya memperhatikan dia kemudian menepuk pundaknya.

"Akhirnya kamu tiba juga, aku tunggu dari tadi, bahkan celingak celinguk nyariin kamu hingga leher ku rasanya mau patah, bahkan mondar mandir kaya setrikaan, takut kamu terlambat kena hukuman..."

Hap...

Tiba-tiba Riana membekap mulut Keisya. "Nyerocos mulu ni mulut, tadi aku kesiangan, kalau mamah tidak bangunin aku mungkin aku sudah terlambat, Kei."

Riana menurunkan bekapannya.

"Pasti kamu lagi pms ya? makanya kamu jadi telat bangun, kebiasaan sih," cibir Keisya.

Riana cuman nyengir, menggaruk tengkuknya merasa malu.

****

Jakarta

Seorang lelaki muda sedang sibuk mengemasi barang-barangnya, dia menyiapkan keperluannya mulai dari pakaian, dan yang pasti menyiapkan dirinya.

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Maya.

"Sudah Mah, tinggal nunggu besok saja."

Lalu dia duduk di kasur melipat kedua kakinya.

"Mama hanya berpesan, kamu di sana harus jaga diri dengan baik, jadi guru yang mengayomi, serta mengajari muridnya dengan sabar."

"Aku tahu, apa Mama gak apa-apa aku tinggal?"

"Enggak usah pikirkan Mama, di sini masih ada kakak kamu yang jagain Mama. Kamu fokus saja sama pekerjaan kamu! Nanti setelah tiba di sana kamu tempati rumah kita yang dulu. Meski kecil namun nyaman buat di tinggalin."

"Iya, Mah."

"Sekarang kita ke bawah gabung sama yang lain!" ajak Maya.

Diapun mengangguk mengiakan.

****

SMA PELITA BANGSA

Di kantin

Riana dan Keisya sudah duduk di salah satu bangku yang berada di sudut kantin.

"Ri, kamu punya sosmed gak?" tanya Keisya sambil mengunyah makanan.

"Enggak, emangnya kenapa?"

"Download dong! entar kita saling follow."

"Oh gitu, baiklah."

Riana pun mendownload aplikasinya, dan dia bikin akun FB.

Hampir semua orang memiliki sosmed, tapi tidak dengan Riana, di umurnya yang menginjak kelas tiga SMA dia baru mengenal yang namanya handphone dan dia juga baru tahu yang namanya sosmed.

Sebab jaman dulu belum terlalu banyak yang memegang handphone. Dulu di sini, orang yang memiliki handphone adalah orang yang termasuk dalam kategori berada.

Apalagi orang tua jaman dulu tidak terlalu membiasakan anaknya memegang barang yang menurut mereka bisa mengganggu waktu belajar anak-anaknya.

Tapi bagi sebagian orang sosmed itu penting, tergantung cara kita memakai dan meniatkannya untuk apa, hanya kalian sendiri yang tahu.

Bersambung....

𝗔𝘀𝘀𝗮𝗹𝗮𝗺𝘂𝗮𝗹𝗮𝗶𝗸𝘂𝗺, 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗸𝗲𝗻𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗮𝘆𝗮 𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗿𝘀𝗮.

𝗜𝗻𝗶 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗮𝘆𝗮, 𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝗯𝗼𝘀𝗮𝗻 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮𝗻𝘆𝗮.

𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗲𝗷𝗮𝗸 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴 𝗸𝗹𝗶𝗸 𝗶𝗰𝗼𝗻 💙 𝗱𝗮𝗻 👍 𝗻𝘆𝗮 𝘆𝗮!

𝗗𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗿𝗶𝘁𝗶𝗸 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮!

𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝘀𝗲𝗱𝗶𝗮 𝗺𝗮𝗺𝗽𝗶𝗿 𝗸𝗲 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗮𝘂𝘁𝗵𝗼𝗿 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶𝗸𝘂. 𝗦𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗸𝘀𝗲𝘀 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗮𝗵 𝗮𝗮𝗺𝗶𝗶𝗻.

Terpopuler

Comments

Siti Sarfiah

Siti Sarfiah

nyimak , up up lanjut thor

2023-03-03

0

Imas Ratnasari

Imas Ratnasari

menyimak lanjut thor.. semangat..

2022-09-14

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

menyimak dulu author

2022-05-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!