Kediaman Yanto
Riana berjalan masuk rumah tanpa mengucapkan salam, Mamanya yang sedang menonton TV bingung melihat si sulung.
"Assalamualaikum," ucap Mama.
"Waalaikumsalam," kata Riana dengan lemas lalu ikut duduk di samping sang Mama dan menyenderkan kepalanya di bahu Mama.
Ani menyerngit heran, "Tumben teteh tidak teriak, dan kemana si biang onar?" tanya Mama Ani sambil celingukan mencari kedua keponakannya.
"Mereka berdua langsung ke rumahnya, Mamah mah aneh, teteh teriak dimarahin, enggak teriak malah di tanyain."
"Bingung aja, tidak biasanya teteh diem?" ucap Mama sambil mengunyah kue bolu pisang.
Riana menegakkan duduknya ikut mengambil kue lalu memakannya. "Aku kesel saja, Mah. Hari ini begitu banyak soal latihan, kepalaku hampir pecah mengerjakannya."
"Bagus dong, biar nanti kalian cepat bisa saat mengerjakan ujian sekolah. Lagian setahu Mama, sebagian soal saat ujian itu di ambil dari latihan kita sehari hari."
"Iya sih, aku ke kamar dulu, Mah. Mau tidur siang dulu, capek aku."
"Kenapa gak makan dulu, teh?" tanya Mama.
"Nanti saja."
Raniapun berdiri lalu berjalan menuju kamarnya dengan lesu, setibanya di kamar dia merebahkan tubuhnya terlentang kemudian mengambil handphone, membuka sosmed nya.
Dia menyerngitkan dahinya saat melihat ada yang meminta pertemanan dengan foto profil keindahan alam kota Bandung, nama akunnya Vino saja, dia juga tambah bingung saat ada pesan masuk.
Assalamualaikum.
Apa kamu sudah sampai rumah?
Riana hanya menjawab salamnya dari dalam hati.
Riana bergumam, "Siapa sih? aneh banget," ucapnya dengan bingung. Riana sendiri mengabaikan pesannya, dia berfikir pesan tidak terlalu penting. "Bodo ah, tidak penting dan tidak kenal juga."
Sementara di tempat yang berbeda seseorang sedang kesal karena pesannya tidak di balas. "Laahhh!! tidak di balas cuman di read doang!" ucapnya lalu dia melemparkan handphone nya ke kasur dan berjalan ke kamar mandi.
****
Jakarta
Kediaman putra terasa sepi saat kepergian anak kedua Maya, "Rumah sebesar ini terasa sepi saat Alvin ke Bandung."
"Bi, tolong jaga rumah! saya mau ke rumah Stella dulu," kata Maya kepada bi Surti.
"Baik, Bu."
Mayapun berjalan menyusuri jalanan kompleks, tak berselang lama dia tiba di rumah Stella karena jarak rumah mereka dekat.
"Sore, Chika sayang," sapa Maya saat melihat cucunya bermain sepeda di halaman depan.
"Oma, sole juga," jawab Chika sumringah.
Stella yang mendengar suara Mamanya langsung keluar, "Mah."
"Di rumah sepi, jadi Mama mampir ke mari."
"Pasti rindu sama Alvin," tebak Stella.
"Iya, padahal baru dua hari dia di sana tapi Mama sudah rindu," kata Maya kemudian dia duduk di kursi memperhatikan Chika.
"Mau gimana lagi? itu kemauan Alvin untuk mengajar, padahal disini juga banyak yayasan yang mau menerima dia. Dan dia juga punya supermarket yang harus ia kelola, tapi sekarang dia lebih memilih menjadi guru. Kemungkinan besar dia akan menjadi dosen sesuai yang ia cita-citakan dulu, sambil menggarap menjadi pengusaha," saut Stella.
"Kan ada kamu yang bantuin mengelolanya, lagian hasilnya juga di bagi tiga sama Mama," ucap Maya terkekeh.
"Mama, sih enak, tidak memikirkan yang lain, laah kita? pusing mengelolanya, harus cek barang, karyawan dan lainnya."
"Hahaha Mama mah tinggal enaknya saja."
****
Bandung
"Teh, tadi a Rahmat nanyain teteh, katanya titip salam sama teteh," ucap Latif saat ikut sang Kaka tunggu toko.
"Waalaikumsalam," balas Riana.
"Cuman gitu doang?"
"Terus teteh harus ngapain? masa teteh harus tepuk tangan sambil jingkrak jingkrakkan? kan, gak lucu Tif."
"Hahaha, orang gila dong, teh," balas Latif tertawa.
Tak lama kemudian datang Keisya.
"Latif, mana tetehmu?" tanya Keisya.
"Tuh, lagi makan mie," tunjuk Latif dengan lirikan matanya.
Keisyapun masuk tapi tangannya mengambil minuman, "Lahap bener makannya? kayak yang gak makan selama satu Minggu," celetuk Keisya ikut duduk di samping Riana sambil menonton TV.
"Iya, aku baru makan sekarang."
"Pantesan. Ri, malam inikan malam Nisfu Syaban ya?" tanya Keisya.
"Iya, emangnya kenapa?"
"Hente nanaon, ukur hayang apal we."
(tidak apa-apa, cuman pengen tahu saja)
Riana memutarkan bola matanya jengah.
"Spadaaa, kami dataaaang," ucap Deni dan Yusuf.
"Assalamualaikum," celetuk Latif.
"Hehe maaf Tif, lupa," kata Deni cengengesan.
"Bukan lupa kalian mah tapi kebiasaan," cibir Keisya.
"Ehhh, ada bebeb Keisya juga di sini," kata Deni.
"Kalian mau ke mesjid juga," tanya Yusuf ikut duduk bersama mereka.
"Bukan ke mesjid, tapi ke madrasah yang dekat mesjid," saut Riana.
"Kalian dengar! sudah pupujian, jadi kalian para cowok buruan ke mesjid!" lanjut Riana saat mendengar suara orang yang membacakan sholawat sebelum adzan berkumandang.
Dan dengan itu, para pria pergi ke mesjid, sedangkan Riana membereskan beberapa dagangan yang berada di luar, kemudian dia menutupnya lebih awal.
Sebelumnya dia mengecek handphone nya karena ada notifikasi masuk.
Hai, sedang apa? bolehkan aku mengenalmu?
Kali ini Riana membalas pesannya.
Siapa sih?
Lalu dia mematikan handphone nya dan pergi bersama Keisya ke madrasah.
****
Jelang bulan suci Ramadhan, umat Islam akan bertemu dengan malam Nisfu Syaban.
Nisfu Syaban adalah malam saat dimana catatan amal setiap manusia akan dilaporkan kepada Allah SWT.
Pada malam Nisfu Syaban ini, umat Islam pun di anjurkan untuk melakukan amalan sebanyak-banyaknya, seperti membaca do'a, membaca kalimat syahadat, dan memperbanyak istighfar.
Tak sedikit pula yang membaca surah Yasin sebanyak tiga kali karena dalam hadits riwayat Tirmidzi dikatakan, "Sungguh setiap sesuatu memiliki jantung, dan jantungnya Al-Qur'an adalah surah Yasin. Barang siapa yang membacanya, niscaya Allah akan mencatat (pahala) untuknya (seperti pahala) membaca Al-Qur'an sebanyak 10 kali."
Biasanya, malam Nisfu Syaban jatuh pada pertengahan bulan Syaban atau tiap tanggal 15, bulan kedelapan, kalender Islam.
****
Di dalam perjalanan ke mesjid Alvin bertemu dengan para bapak-bapak dan dia juga bertemu dengan muridnya.
"Kok Pak Alvin ada di sini?" tanya Yusuf bingung.
"Saya tinggal di ujung jalan situ," tunjuk Alvin ke arah rumahnya.
"Bukannya itu rumahnya pak Putra?" tanya Yanto Bapaknya Riana.
"Benar pak, itu rumah kami yang dulu."
"Berarti nak Alvin ini anak keduanya, dulu waktu kamu pindah umur 3 tahun," timpal pak RW.
"Bapak-bapak kenal papah saya?" tanya Alvin, tapi seketika matanya melihat seorang wanita yang sedang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di dalam madrasah, kebetulan dia duduk sejajar dengan arah pintu, jadi dari luar nampak kelihatan.
"Bukan kenal lagi atuh, dulu beliau itu teman sekampung kita di sini," ucap pak Yanto.
Tak lama kemudian mereka sampai di dalam mesjid. Karena waktu sudah menunjukan waktu adzan maka adzan pun berkumandang sangat merdu. Mereka semua pun melakukan shalat berjamaah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Siti Sarfiah
orang tua alvin tetangga pak yanto dan warga dari pak lurah
2023-03-03
0
Eman Sulaeman
oh masih tetangga
2022-05-28
1