Hantu Cantik

Jakarta

"Alvin, ayo! ini udah jam 2," pekik Stella.

"Tunggu sebentar Ka! aku cari handphone ku dulu," balas Alvin dengan teriak juga.

Saat ini keluarga Putra sedang bersiap untuk berangkat ke kota Bandung mengantarkan Alvin.

Alvin terus mondar-mandir mencari keberadaan hp nya.

"Kok gue lupa ya? ayo dong handphone datang!" kata Alvin sambil tangannya menengadah.

"Stella mana Alvin? nanti kemalaman," tanya Maya.

"Katanya lagi cari handphone nya," balas Stella.

"Kamu bantu cari gih!" perintah Maya, lalu dia duluan ke mobil.

Dan Stella pun membantu adiknya, dia mencari di sekitar area ruang keluarga karena tadi mereka berkumpul di sana, tak berselang lama diapun menemukannya di dekat meja.

"Ka handphone ku gak ada? bantuin nyari napa?" Alvin ke bingungang dia mengacak rambut bagian belakang kepalanya prustasi.

"Nih, makanya kalau naro jangan sembarangan, dasar pelupa," cibir Stella sambil menyodorkan benda pipih itu ke Alvin.

"Hehe... maaf, terima kasih Kaka ku yang paling cantik," ucap Alvin cengengesan.

"Ya iyalah, Kaka emang cantik," ucap Stella dengan percaya diri.

Merekapun pergi ke mobil lalu meluncur ke Kota Bandung.

****

Bandung

Di dalam kamar, Riana terus memegang handphone nya, dia berkata, "oh jadi ini yang namanya FB'an."

"Ternyata penggunanya dari berbagai tempat, banyak juga peminatnya."

Riana terus menerus bicara sendiri, dia baru tahu jika FB itu seperti ini, karena memang Riana beda dari yang lain. Bisa di bilang Riana itu kurang pergaulan, eiittss jangan salah! meski kuper, tapi banyak yang mau berteman dengannya kok.

Setelah puas, dia menaruh handphone nya di meja rias, lalu mandi mensucikan diri dari haidnya dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

Setelah beres, dia ke luar kamar. "Mah, aku ke tempat Bapak dulu yah," pekik Riana.

"Tunggu sebentar teh!" ucap Mama Ani. "Tolong kamu bawa ini sekalian! ini makanan buat kalian."

"Siap Bu, Bos." balas Riana.

Diapun berjalan ke tempat Bapaknya jualan, tokonya tidak jauh, hanya melewati lima rumah saja sudah sampai.

Di perjalanan dia harus melewati tempat tongkrongan para anak muda yang sedang asyik main gitar.

"ssttt Jang, tuh gebetanmu," ucap Ucok salah satu dari mereka.

Ujang yang sedang memainkan gitar pun berhenti saat matanya melihat sang bidadari, dia memberikan gitarnya ke Ucok, lalu berdiri menyugar rambutnya kebelakang.

"Sore, teh Riana. mau ke toko ya?" tanya Ujang.

"Sore juga a Rahmat, iya mau bantuin bapak," balas Riana sopan.

Nama asli Ujang adalah Rahmat, tapi para teman-temannya sering memanggil dia Ujang mengikuti orang tuanya yang juga memanggil Ujang. Rahmat ini merupakan anak dari pak RW kampung sini, dia juga salah satu anak muda ter ganteng di kampungnya.

"Kalau gitu, aa anterin ya?"

"Gak perlu di antar, lagian juga sudah sampai," kata Riana.

hahahaha teman-teman Rahmat menertawakan tingkah konyolnya Rahmat. "Eh Ujang, kau gak lihat! noh! tokonya di sebelah kita," celetuk Ucok geli.

"Salah gombalannya, Jang," timpal Jaka teman Rahmat.

Rahmat cengengesan, dia lupa sendiri jika tokonya dekat dengan tempat mereka nongkrong. "Gue lupa," ucapnya.

Riana tersenyum menggelengkan kepalanya, lalu dia masuk manaruh rantang makanan di meja, dan Riana celingukan mencari Bapaknya.

"Kemana Bapak? kok gak ada?" gumamnya.

Lalu dia melihat ke salah satu ruangan yang tersedia di sana, dan dia melihat Bapaknya sedang melakukan ibadah.

Batinnya berucap, "semoga Bapak sehat selalu aamiin."

****

Setelah memakan waktu beberapa jam, kini keluarga Putra sudah tiba di depan rumah yang dulu, tepatnya di Bandung.

Mereka semua masuk dan duduk.

"Alhamdulillah sampai juga kita," ucap Mama.

"Tempatnya masih sama seperti dulu ya, Mah?" tanya Alvin.

"Iya, Mama sengaja tidak menjual dan tidak merubah rumah ini, karena tempat ini begitu banyak kenangan."

Maya, meneliti setiap sudut rumahnya, meski kecil tapi nyaman.

"Oma, Chika pingin jajan," ucap Chika tiba-tiba.

"Aduh Chika, ini udah jam tujuh malam, mana ada warung buka," saut Farhan.

"Kayaknya, tadi aku lihat warung di jalan sini deh," timpal Stella.

"Masih buka?" tanya Farhan.

"Masih, kamu antar saja Chika jajan ke sana!"

"Aku gak mau sama papah!" tolak Chika.

"Terus, maunya sama siapa?" tanya Mama Maya.

"Om Alvin, ayo Om! antelin Chika jajan!" rengek Chika.

Chika terus menerus menarik tangan Alvin agar bangun dari duduknya.

"Turuti saja, Vin! lagian besok kita sudah kembali ke Jakarta, dan kamu pasti akan jarang bertemu dengan Chika," ucap Maya.

Alvin menghelakan nafasnya. "Baiklah, ayo! mau Om gendong?"

"Chika jalan saja, aku kan udah besal," tolak Chika.

Alvin menoleh ke Stella, "warungnya jauh gak Kak? kalau jalan, kasian Chika."

"kayaknya enggak, tapi ini udah malam, pakai mobil saja!" kata Stella.

"Ohh, ya sudah, ayo!" ajak Alvin pada Chika.

Dan mereka berdua pun pergi kewarung sesuai yang di bilang Stella. Ketika sudah sampai, tiba-tiba lampunya padam semua, dengan segera Alvin menyalakan senter di hpnya.

"Om," panggil Chika.

"Gak pa pa, kan ada Om!" Alvin menggendong Chika.

"Assalamualaikum, permisi," ucap Alvin saat sudah berada di depan toko.

Alvin terus berucap, tapi masih belum ada sahutan. "Kemana yang punya ya?"

"Pelmisi, kami mau beli," kata Chika.

"Mungkin lagi ibadah, sayang."

"Kita tunggu ya, Om! please!" ucap Chika memohon.

Alvin yang melihatnya jadi tidak tega, diapun mengikuti kemauan keponakannya itu.

Setelah menunggu beberapa saat, seseorang menyaut.

"Waalaikumsalam, mau beli apa mas?" tanya dia dengan suara lembutnya.

Alvin menoleh, dia kaget.

"Astaghfirullahaladzim, hantu!" ucap dia yang langsung memejamkan mata.

"Om, itu hantu cantik," kata Chika.

Alvin menyerngit heran, "Chika, mana ada hantu cantik?" kata Alvin yang masih memejamkan mata.

Riana bingung, "Kenapa dia bilang aku hantu?" kata batinnya.

Ya, yang menjawab salam Alvin adalah Riana, saat ini Riana sedang memakai mukenanya karena tadi dia sedang beribadah, lalu dia mengambil senter menaruh di bawah wajahnya hingga cahaya senternya menyoroti wajahnya dari bawah.

"Maaf saya bukan hantu," ucap Riana.

Alvin perlahan membuka matanya, lalu dia diam tak berkutik memandang wajah Riana.

"Hantu cantik," celetuknya.

Riana yang di bilang hantu cantik tersenyum geli.

"Mau beli apa, Dek?" tanya Riana pada Chika, karena Alvin masih mematung

"Mau jajan itu," tunjuk Chika.

Alvin tersadar, kemudian dia mulai membeli sesuatu, sesekali melirik ke arah pemilik toko yang sedang duduk di kasir.

"Hantu cantik, eh maksudnya Mbak cantik, saya beli ini," Alvin menyodorkan belanjaannya dan Riana menghitungnya.

"Semuanya tiga puluh dua ribu, mas."

Alvin pun mengambil uang di sakunya lalu memberikannya ke Riana.

"Terima kasih," kata Alvin.

"Sama-sama, mas," balas Riana ramah.

"Tante cantik, Chika pulang dulu, semoga kita ketemu lagi ya."

Riana tersenyum, "iya Adek manis, hati-hati, dan aamiin, semoga kita ketemu lagi ya," balas Riana.

Alvin terus memperhatikan Riana, entah mengapa kali ini dia ingin terus memandang wajah seorang wanita. Setelah selesai Alvin dan Chika pun kembali pulang dengan Alvin yang masih melirik kebelakang lewat kaca spionnya.

Terpopuler

Comments

Siti Sarfiah

Siti Sarfiah

jangan d pandangi terus, d sekolahkan akan jadi gurunya hantu cantik😃😃😃😃

2023-03-03

0

Eman Sulaeman

Eman Sulaeman

hantu sih cantik

2022-05-28

0

Sely Ina

Sely Ina

terus semangat

2022-05-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!