Malam sudah berganti menjadi pagi, Rianapun sudah siap dengan baju putih abu-abu nya, dengan biasa dia berangkat bareng Latif pakai motor.
Setelah sampai depan gerbang sekolah, seseorang memanggilnya.
"Riana, tunggu!" pekik Keisya.
Riana menoleh dan tersenyum, "Kamu Key."
Tak lama kemudian datang Yusuf dan Deni.
"Pagi, bebeb Keisya," ucap Deni.
"Ck, pagi juga," jawab Keisya jutek.
"Jangan jutek gitu atuh! entar cantiknya hilang loh," ucap Deni lagi.
"Lo kenapa gangguin gue mulu sih?" ucap Keisya lalu menggandeng tangan Riana dan berjalan menuju kelasnya.
"Aku gak ganggu kamu, tapi aku sedang berusaha meluluhkan hatimu," balas Deni mengikuti langkah mereka berdua.
"uuoooo." saut Yusuf yang memperagakan orang ingin muntah.
Sedangkan Rania mengulum senyumnya.
"Kenapa lo SuF? mau muntah? tuh di tong sampah!" tunjuk Deni ke wadah sampah.
"Gue mau muntah karena denger ucapan lo, geli banget lo bilang aku kamu," cibir Yusuf.
"Apa salahnya sih? kan, biar indah di telinganya bebeb Keisya."
"Indah matamu soek," saut Keisya dengan delikannya.
Hahahaha Deni tertawa, dia merasa lucu melihat mimik wajah Keisya yang jutek, dia paling suka jika menggoda Keisya, baginya itu lucu.
Dan merekapun tiba di kelas 12 A dan mereka duduk.
"Kenapa kalian malah ngikutin kita kesini? kelas kalian kan di kelas 12 B?" tanya Riana bingung.
"Oh ini kelas A ya? Gue kira kelas para bidadari tak bersayap," kata Deni.
"Apa hubungannya?" tanya Yusuf.
"Abis para penghuninya pada cantik-cantik semua sih," balas Deni sambil menopang kan tangannya di dagu memandangi dua wanita yang ada di hadapannya.
Huuuuuu.....
Yusuf menyoraki Deni, kemudian Yusuf menutupi mata Deni pakai tangan dan membacakan mantra.
"Jampi jampi harupat, gera gede gera lumpat, hei.... para dedemit mata yang merasuki Deni, enyahlah kau! pyuhh pyuhhh pyuhhh," ucap Yusup sambil meniup-niup kepala Deni dan mengacak rambutnya.
Semua yang ada di kelas tertawa dengan kekonyolan Yusuf.
"Sufff...Lo kira gue balita pakai di jampi-jampi kaya gitu?" kata Deni dengan kesal sambil membenarkan tataan rambutnya.
"Itu jampi buat anak kecil agar bisa jalan, Sufff!" Kata Rania dan kembali tertawa.
"Ho oh, orang sunda kan suka kaya gitu," timpal Keisya.
"Suf, lo abis makan jengkol ya?" tanya Deni kesal.
"Kenapa emangnya?"
"Mulut lo bau jengkol Yusuuuffff! pakai acara muncrat lagi ludah lo," kata Deni dengan kesal.
"Hehehe sorry," balas Yusuf.
Mereka semakin terbahak mendengar perkataan Deni.
tet tet teeettt bel masuk pun berbunyi.
"Ayo masuk, udah bel!" Yusuf menjiwir baju Deni dari belakang kayak kucing.
"Gak usah gini juga, Suf! masa gue di samain sama kucing," kata Deni kesal.
Setelah beberapa lama, jam pelajaran pertama selesai, kini pelajaran sudah memasuki jam kedua. Namun kali ini guru datang terlambat ke kelas 12 A.
"Tumben guru matematika datang terlambat? biasanya pak Cahyo paling semangat datang ke kelas kita," ucap Rania pada Keisya.
"Mungkin lagi melahirkan kali?" celetuk Keisya.
"Masa laki-laki melahirkan?"
"Kan, pak Cahyo sedang hamil, perhatikan saja perutnya begitu besar kayak wanita hamil."
Plak...Rania menggeplak tangan Keisya, "Gak boleh bilang gitu! pak Cahyo itu terlalu subur, jadi perutnya ikut subur." kata Rania.
Hahahaha....Keisya tertawa, "Emangnya tanah subur!"
"Hei ada guru baru ke sini," ucap teman satu kelas Rania.
Dan seketika semuanya terdiam saat seorang pria masuk ke kelas 12 A.
Para cewek melongo tak berkedip melihat pemandangan nyata di depan mata mereka.
"Sungguh makhluk Tuhan yang sempurna," celetuk Keisya yang ikut bengong melihat ketampanannya.
Riana yang kebetulan menunduk menyerngit kan dahinya saat mendengar ucapan Keisya, tapi Riana masih acuh dan tetap menunduk menulis sesuatu di bukunya.
"Selamat pagi, menjelang siang semuanya," sapa orang itu.
"Siang, Pak," jawab sebagian dari mereka.
"Lemas banget, Selamat pagi, menjelang siang semuanya," sapa dia kembali dengan nada yang sedikit keras hingga membuat mereka tersadar.
Dia meneliti setiap wajah para muridnya, seketika matanya terpaku pada salah satu murid wanita yang sedang menunduk.
Riana lalu mendongak saat mendengar sapaan guru yang kedua kalinya. "Bukankah dia yang semalam?" tanya Riana dalam hati.
Sejenak mata mereka beradu pandang, kemudian Riana menundukan pandangannya ke bawah, karena merasa tidak nyaman dengan tatapan orang itu.
"Perkenalkan, nama saya Alvino Azka Putra, untuk sementara waktu, saya guru baru matematika kalian yang menggantikan pak Cahyo," ucap Alvin.
"Ada yang ingin kalian tanyakan?" tanya Alvin.
"Pak, kenapa Bapak ganteng sekali?" tanya salah satu muridnya.
"Mungkin sudah takdirnya," jawab Alvin.
"Pak, umur Bapak berapa? udah nikah belum?" tanya yang lain.
"Umur saya saat ini 24 tahun, untuk saat ini saya belum menikah."
"Saya mau dong pak, jadi istri Bapak!" celetuk Keisya dengan tiba-tiba.
Riana menoleh melototkan matanya karena kaget.
"Jangan gila kamu?" bisik Riana.
"Siapa yang gila, aku beneran kok," balas Keisya.
Riana memutar bola ematanya dengan jengah.
"Sudah, sudah! lebih baik kita mulai pelajarannya!" ucap Alvin.
Dan merekapun memulai pelajarannya, Alvin terus menerangkan rumus-rumus matematika, sesekali matanya melihat ke arah Riana dan diapun memberikan tugas kepada muridnya.
"Sekian pelajaran dari saya untuk hari ini, untuk tugasnya, tolong kalian kumpulkan di ketua kelas lalu antarkan ke ruangan saya!" kata Alvin dengan tegas.
"Baik, Pak." Balas para murid, lalu Alvin meninggalkan kelas itu.
Ketika Alvin keluar, Riana berdiri dan mengumpulkan tugas yang di berikan oleh Alvin. Karena Riana sendirilah yang menjabat sebagai ketua kelas atas pilihan semua orang.
"Bentar, Ri! dua jawaban lagi belum gue isi," ucap salah satu dari teman kelasnya.
"Lama, nih aku kasih contekan, biar cepat selesai!" kata Riana sambil melihatkan jawabannya.
"Curang lo, kok aku gak di kasih, Ri?" tanya teman yang lain.
"Kan, kamu mah sudah di kumpulin tugasnya," kata Riana.
tet tet teeettt.
Bel istirahatpun berbunyi.
"Aku ambil ya!" kata Riana pada temannya.
"Terima kasih contekannya, walaupun dua tapi itu sangat membantuku."
"Sama-sama," Balas Riana.
"Ayo kei!"
Riana dan Keisya pun mengantarkan tugasnya ke ruang guru, tapi Keisya menunggunya di luar.
"Maaf pak, ini tugasnya," kata Riana sambil menyimpan buku di atas meja.
Alvin mendongak. "Kamu?"
"Saya ketua kelasnya Pak."
"Ohh, ya sudah, silahkan untuk keluar!" kata Alvin dingin.
"Saya permisi dulu, Pak," kata Riana sopan.
Alvin hanya mengangguk mengiakan karena sedang fokus memeriksa tugas.
****
Di kantin
Sudah banyak para siswi yang bergosip akan kehadiran guru baru di sekolahnya.
"Gila, tadi guru matematikanya ganteng banget."
"Kalau gurunya ganteng gitu gue jadi semangat belajar," timpal yang lain.
"Ck, dasar cewek, jika ada yang ganteng pasti langsung jadi idola," kata Keisya yang sudah duduk.
"Emang kamu enggak?" tanya Riana.
"Termasuk sih," balas Keisya cengengesan.
"Hadeehhh," Rania menepuk jidatnya dengan menggelengkan kepala saat mendengar ucapan temannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Maman Ating
baru nyimak Thor
2022-06-11
0
Eman Sulaeman
cuma riana yg g heboh
2022-05-28
0
Sely Ina
moga jodoh ,anak Soleh ma orang baik
2022-05-23
0