Miss Cute And Her Sunshine

Miss Cute And Her Sunshine

Tentang Cinta di 16 Tahun

Oceana , gadis berambut pendek yang biasa dipanggil Ocean, meskipun ia lebih suka panggilan Sean. Suka memakai rok dan yang berbau Feminim lainnya, walaupun jarang dandan.

Kini dia melihat ke cermin, berdiri, menatap wajahnya sendiri. Perlahan iya tersenyum, tak ada yang aneh darinya. Hanya saja, ia terlalu biasa, sangat biasa.

Gadis Gemuk dan tidak menarik. Pekerjaan sehari-hari kalau gak nyari kerja ya rebahan sambil menghayal dapat pangeran yang jatuh dari surga.

....

dannnn Ya,... gadis itu aku.

Tak ada yang aneh dan bahkan juga tak ada yang istimewa dari diriku. Meskipun dilihat dari sudut manapun.

Setelah lama berkutat, sekitar 3 menitan. Aku memutuskan, bahwa Aku hanya akan mencintai diriku apa adanya sebagaimana yang terlihat ini.

Kata yang sama yang sering aku ucapkan sejak masih SMA. Kuulang saja tiap hari sebagai penghibur diri.

Cermin yang menempel di dinding dan memantulkan kembaranku yang diam tampak agak berdebu. Dengan tinggi sudut pigura 160 cm, turunkan 2 cm kebawah maka kami akan sama tinggi. Aku memang cukup pendek, tapi tidak terlalu pendek. Setidaknya di keluargaku, tinggi ini sudah standar dan normal.

Seperti kebanyakan orang produktif lainnya. Diusiaku yang menginjak 22 Tahun ini. Hobiku rebahan dan nonton Drama, mau itu Korea, Thailand atau China. Aku hanya suka mendengar nada bicara mereka yang tidak sama dan tidak dapat kupahami tanpa melihat terjemahannya. Tipe penonton yang gak bisa nonton tanpa translate.

Aku yang sudah kepala dua ini masih jomblo. Iya, gak salah denger kok. Entah karena aku yang terlalu tertutup pada semua lelaki dengan konsep bahwa semua laki sama saja meskipun belum pernah pacaran sekalipun. Atau yang memang tak percaya diri karena merasa bahwa diriku tak begitu menarik bagi laki-laki.

Saat yang lainnya Haha Hihi sambil nikmatin gaji. Atau kesana kemari sambil bawa gandengan.

Aku masih di Sekitaran rumah. Membantu Mamaku, Bu Omai. Mengurus Toko kelontong Kami. Toko yang menjual berbagai macam makanan ringan serta alat tulis.

Bukan berarti aku tak ada niatan bekerja. Aku sudah mengirim berbagai surel lamaran kerja ke Berbagai Perusahaan. Hanya saja, Tak ada satupun yang memberikan respon padaku. Jaman sekarang, Sarjana tidak dapat menentukan bahwa kita bisa langsung bekerja.

Apalagi, sekarang semua butuh orang dalam pada faktanya. Jika punya orang dalam, maka dijamin kamu punya masa depan. dan juga, Good looking. Kalau mau apa-apa tanpa kerja, ya tinggal tonjolkan bakat menggoda saja.

Mamaku menjaga Toko kelontong yang dibangun Papa di depan Rumah kami yang memiliki pekarangan yang cukup luas sejak Aku masih Balita. Sementara Papa sendiri adalah pegawai sebuah Perusahaan dagang swasta milik seorang Bos keturunan Tionghoa.

Ada juga Adik Lelakiku Bagas, yang akan selalu mengejek bahwa aku tidak cantik, gemuk dan Pendek. Aku tak habis pikir, mengapa kami begitu berbeda. Dia yang kini kelas 2 SMA itu punya semua. Bayangkan saja, tingginya hampir mencapai 2 Meter dan saat masuk sekolah sudah langsung diterima sebagai anggota Basket.

Bukan itu saja,ia selalu dapat peringkat 1 dan Wajahnya juga sangat tampan. Hampir tiap hari ada coklat yang diiringi pesan semangat nangkring di rumah Kami. dan aku, adalah penikmat coklat-coklat tersebut.

Selain coklat, terkadang ada surat juga. Kutebak, itu dari bocah SD dan siswa SMP yang mengagumi Wajah adikku.

Bahkan, ada yang sampai sebuah surat yang dirangkai dengan romantis. Aku masih geli sendiri,saat membaca surat-surat tersebut di depan adikku.

****

Aku masuk ke kamar Bagas. Memang dia suka lupa mengunci pintu. Kalaupun dikunci, aku akan bisa masuk lewat kunci cadangan yang dipegang Papa.

Saat kenop dibuka. Langsung aku berhadapan dengan Dinding yang dihias dengan Stiker Besar bertuliskan YOLO. Selogan yang paling disukai olehnya.

"Kok Nggak Ngetuk?" tanyanya.

"Gak apa-apa, penting nih"ucapku.

Padahal dia memakai headset, tapi dia tetap tahu aku masuk. Memang Vibes anak berprestasi itu beda ya.

"Ada apa?" Bagas melepaskan headset yang ia pakai.

"Temenin nyari Pakaian Buat wawancara!" aku memelas.

"Memangnya masih ada yang jual pakaian untuk ukuran badanmu yang seluas samudera ini Mbak?"

Glekk,,, tanya adik Durjana ini tanpa ada wajah rasa bersalah sedikitpun.

Yapp berat badanku 80 Kg. Si Gemuk, Tong, Guling, truk tronton, Batu besar, karung beras dan lainnya adalah sapaan dan makanan sehari-hari bagiku.

*****

"Setelah sekian lama aku memasukkan berbagai surat lamaran. Akhirnya, ada juga yang memanggil untuk wawancara" Aku berbaring di kasur adikku.

"Makanya punya Pacar Dong Mbak!" Bagas dengan nadanya yang khas.

Kalimat itu antara Ejekan dan Fakta. Walaupun itu benar dua-duanya. Ia mengejek aku tak punya pacar sekaligus menegaskan fakta bahwa aku memang tidak punya pacar.

"Aku kan punya kamu. Adikku yang sudah seharusnya digunain, lagipula besok kan kamu libur" Jawabku sambil senyum gak jelas dan mencubit pipinya.

Ia menyingkirkan tanganku, "Tapi besok aku mau main sama temen di lapangan" jawabnya lagi, menolak.

"Oh gitu. Ya udah, kalau gitu, besok misalkan ada yang nanya kamu. Aku akan bilang kamu jomblo dan butuh sosokk...." Belum selesai aku bicara, Bagas langsung setuju.

Iya, satu lagi prinsip hidup Bagas selain YOLO. Ia ingin mengejar, bukan dikejar. Kalau sampai ada berita Bagas lagi Jomblo, udah dipastikan bahwa Bagas akan diserbu para penggemarnya.

***

Di Butik..

Entah karena efek kemarin membaca postingan random. Bahwa 80 persen jodoh pernah bertemu saat mereka berusia 16 tahun.

Takdir seakan memberiku harapan Ambigu. Seperti sebuah harapan palsu, hari itu......aku bertemu dengannya, Laki-laki yang pernah kusukai secara diam-diam saat berusia 16 tahun.

Degg.. Aku terpaku sesaat seolah tak percaya. Kami bertemu, secara kebetulan.

Dulu, aku menyerah secara sepihak karena ia lebih muda 1 tahun dariku. Sebenarnya, itu bukan alasan nya. Alasan terbesarku mundur adalah karena fisikku ini. Fisikku yang gendut, dan gempal. Sebenarnya meskipun aku tampak baik-baik saja ketika diejek, namun hatiku sebenarnya paling rapuh.

Apalagi, aku pernah di-bully hanya karena fisikku ini. yang Membuatku hilang kepercayaan diri dan pendiam.

Saat itu aku imajinasikan memiliki pacar dewasa. Sehingga saat tahu umurnya lebih muda padahal ia adalah kakak kelas. Membuatku punya alasan untuk langsung Mundur Alon Alon.

Aku berhenti menyukainya secara diam-diam. Cinta sepihakku berakhir saat itu.

****

Kini, aku kembali melihatnya. Setelah 5 tahun sejak ia lulus dari SMA kami. Bahkan acara reuni kelas tak bertemu, karena sudah jelas bahwa kami di angkatan yang berbeda.

Dia berdiri disana, menunggu seorang wanita. Aku langsung berbalik. Saat aku rasakan bahwa jantungku masih sedikit berdebar saat melihatnya.

Seketika aku kepikiran tentang 80 persen jodoh pernah bertemu saat usia 16 Tahun. Apakah itu akan berlaku padaku?. Apakah Dia akan menjadi jodohku.

Saat aku beranjak keluar. Justru Bagas adikku yang menyebalkan itu menarikku masuk. Aku bahkan menyenggol wanita yang baru keluar bersama Raffanza, kakak kelas tampan itu.

Ya ampun, saking groginya, aku langsung lari sambil membawa apa yang dapat kuraih.

dan sialnya. yang kuraih adalah sebuah Syal milik wanita itu yang entah kenapa nyantol di tempat Pakaian Butik.

Bisa kudengar suara Bagas meminta maaf pada mereka. Saat aku mulai masuk ke ruang ganti dan menyadari, bahwa yang kuambil bukan pakaian melainkan Syal.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!