Hari Pertama

Oceana berusaha keras untuk memakai sepatu High heels di kaki besarnya. Sangat terasa tekanan yang begitu kuat bertumpu pada sendi dari betis hingga kaki.

Ngapain sih harus pakai sepatu kaya gini.

Setibanya di Perusahaan, ternyata banyak karyawan wanita yang tidak memakai sepatu High heels. Padahal kemarin Malika mendapat info bahwa siapapun yang tidak memakai sepatu High heels di hari pertama akan terkena poin pelanggaran.

"Maaf ya Sean, aku pikir itu beneran" Dengan tulus Malika meminta maaf.

"Gak apa-apa kok Lika, omong-omong kamu tahu dari siapa?"

"Dari karyawan masa percobaan juga, namanya kalau gak salah... Agatha"

Kebetulan pada saat itu Agatha, orang yang dimaksud lewat di depan mereka. Agatha hanya menoleh dan melihat dua Gadis aneh di dekatnya, lalu berlalu sambil menahan senyum.

"Loh dia senyum tadi kan Sean"

"Iya aku juga lihat"

"Jangan-jangan dia sengaja"

"Udahlah Lika, kita jangan sok uzon dulu"

David, sebagai pemimpin tim mereka datang dengan Gagah. David itu tinggi, dengan kulit putih kecoklatan yang eksotis. Ia menjelaskan peraturan dan Kunjungan sesekali dari Direktur.

"Direkturnya Pak Rafa itu kan" bisik Malika pada Oceana.

Hah Pak Rafa, gak mungkin kak Rafa kan. Dunia gak seluas daun kelor, pasti bukan Kak Rafa yang aku kenal.

Oceana tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hingga beberapa kali David menyuruhnya untuk perkenalan diri.

"Eh iyaaa" Oceana berdiri.

"Ayo kamu duluan!" perintah David.

"Duluan apa?" Oceana melihat Malika.

"Diam," David menyuruh Malika diam. "Apa kamu tidak mendengar suara saya?"

Oceana terdiam, ia tak tahu harus bilang apa. Dia yang salah karena bengong saat penting seperti itu.

"Maaf Pak" ucap Oceana.

"Bukan maaf yang saya minta, tapi kamu dengar tidak apa yang saya katakan?"

Tepat pada saat itu Rafanza memantau apa yang terjadi dari lantai dua." Itu si David lagi ngapain?"

"Biasanya di hari pertama adalah perkenalan dan pemahaman berbagai tugas Pak" jawab Ajib.

Ajib adalah sekretaris mantan pemimpin tim yang diangkat setelah ia berhasil membuat prestasi. Ia juga sahabat Rafanza, yang sangat mementingkan profesionalisme dalam bekerja.

"Ooh begitu, Apa saya ada jadwal mendesak?"

"Tidak, tapi anda harus menghadiri rapat besar sebentar lagi"

"Kalau begitu saya mau lihat dulu sebentar"

Ajib memerhatikan bosnya yang menatap lekat Kerumunan David. yang berisikan karyawan masa percobaan.

.....

Oceana hanya diam mematung. Hingga seorang Lelaki inisiatif memperkenalkan diri duluan. Dia adalah Tirta, yang paling tua diantara semuanya, usia 29 tahun.

Lanjut Malika, Ivan, Jagad, Nora, Genta, dan Agatha. Lalu Ratu maju selanjutnya, ia yang paling muda dan cantik disana, Pakaiannya modis, rambutnya panjang dan ikal.

Bahkan David agak terpesona namun ditahannya saat Ratu memperkenalkan diri. Sebelum Ratu kembali ke tempatnya, ia mendongak ke lantai Dua, melihat Rafanza disana.

Karena Oceana melihat Ratu tersenyum ke arah lantai 2, Ia juga melihat kesana. Penasaran dengan siapa itu.

Kak Rafa?. Kok ada Kak Rafa. Apa Direktur barunya benar-benar kak Rafa?. Berarti dunia ini sempit dong

"Kalau kamu masih tidak tahu apa yang mau dikatakan, lebih baik kamu mengundurkan diri saja!" Ucapan David membuat Oceana langsung memperkenalkan diri.

*****

David duduk di ruangan Rafanza. Ia menyeruput kopi yang sudah tersedia. Rafanza duduk di sampingnya melihat berkas karyawan masa percobaan.

"Tadi gue lihat Lo merhatiin Gue" celetuk David.

"Enggak, sebagai direktur ya Gue harus tahu lah Lo kerjanya becus apa kagak" jawab Rafanza

David adalah sahabat Rafanza sejak di bangku perkuliahan. Mereka sangat dekat, sampai David senantiasa rela dipindahtugaskan oleh Rafanza dimana saja. Termasuk saat ini, memegang Jabatan pemimpin tim untuk Karyawan masa percobaan.

"Atau Lo suka sama salah satu karyawan tadi?" David mengeluarkan pandangan menyelidik.

"Sebagai seorang bawahan, Harusnya jangan berbicara seperti itu David" perintah Ajib.

"Mentang-mentang jadi sekretaris kepercayaan Lo seneng ya Jib" Saat David berbicara, Ajib justru senyum-senyum dengan layar Ponselnya.

Ajib adalah Sahabat Rafanza semenjak kecil. Satu Sekolah sampai SMA dan beda jurusan saat kuliah. Rafanza dan David mengambil manajemen bisnis sedangkan Ajib di akuntansi. Namun mereka bertiga magang di Perusahaan yang sama sehingga mereka menjadi akrab. Ajib sedang menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarnya di Turki. dan kini, bisa-bisanya dia Video call dengan pacarnya saat David berbicara.

"Iyalah, begini nasib jomblo kayak gue" David menghela nafas.

"Udah jomblo nggak boleh ngenes" ujar Rafanza.

"Perasaan gue, yang jomblo bukan gue doang. Lo kan juga jomblo"

"Gue beda, Gue Single"

"Beda dari mana?, eh tapi gue serius, Lo suka gak sama salah satu karyawan masa percobaan?" ulang David bertanya.

"Kenapa emang?"

"Kalau Lo suka, gue bisa bantuin kalian dekat"

"Jangan sok tahu, selesaikan dulu 6 bulan buat Masa Percobaan mereka!"

"Iya-iya Pak Direktur"

....

Baru minum seteguk, David kembali membuka mulutnya. Tampak mulut David itu kuncinya agak Loss sehingga ketika ada yang harus dikeluarkan, maka dengan mudah dibuang.

"Lo tahu gak ada yang namanya Ratu. Cantik banget sumpah. Bodynya, wajahnya suaranya cantik perfekto deh"

"Itu bisa dikategorikan pelecehan loh" tegur Rafanza.

"Kan gue muji"

"Terserah Lo deh"

"Ada satu lagi, Itu Malaika. Mulutnya kenceng banget kayak Toa. Pedes kayak cabe rawit. Dia juga natap yang laki-laki setajam silet" David menggeleng.

"Lo Marahin dia?"

"Bukan dia, tapi Temennya yang Gendut. Siapa tuh tadi namanya?"

"Sean?"

"Bukan". David berpikir keras. "Eh iya Oceana, namanya, bener juga panggilannya Sean apa Ocean gitu"

"Ngapain Lo Marah?"

"Gue udah ngomong panjang lebar, Pas gue nyuruh perkenalan eh malah dia nga ngo nga ngo aja. Kan gue Tersinggung"

"Nga NGO?" Rafanza kebingungan

"Dia gak tahu apa yang gue suruh. Terus Untung aja ada yang lain bisa bantu. Kalau bukan hari pertama, udah gue kurangin poin buat dia"

"Ooh"

"Ooh, nah Lo cuman respon Ooh. Gue jadi kesal lagi neh. Eh iya seinget gue dia di SMA yang sama kayak Lo. Iya apa enggak ya?"

"Iya" jawab Rafanza.

"Ooh iya, tapi dari usianya kayak Gue. Berarti seangkatan sama Lo?"

"Bukan, Adek kelas"

"Adek kelas?"

"Iya, gue kan masuk SD cepat. Dia kayaknya masuk telat"

"Jangan sok tahu Lo. Bisa jadi dia pernah tinggal kelas kan" tebak David

"Lo yang jangan sok tahu!. Pokoknya laporin apapun yang Lo lakuin buat Tim Karyawan masa percobaan oke!" Rafanza berdiri dan kembali ke mejanya.

"Tuh kan, gue curiga nih. Apa Lo berencana ambil yang paling rajin buat gantiin Ajib?" David menduga-duga.

Namun ucapannya membuat tangan Ajib mencekik lehernya. David hampir kehabisan nafas "Rafaa ak ak gue mau dibunuh nihh"

"Bunuh aja Jib!" Rafanza santai di kursinya.

"Maksud Lo apa gue mau diganti?" Ajib emosi

David melepaskan diri, dan mengusap lehernya "Heran gue, Kok bisa-bisanya Lo jadi sekretaris. Bukannya sekretaris harus orang yang sabar"

"Apa Lo bilang?"

David langsung melarikan diri "Pokoknya apapun itu, Gue pasti lakuin Rafa. yang jelas mobil Sport itu jangan Lo tarik ya"

Orang pikir David memang mau dapat posisi apapun di Perusahaan karena ia Sahabat Rafanza. Ternyata, David mau menjadi Pemimpin tim karena diberikan Hadiah Mobil Sport oleh Rafanza.

Ia rela turun jabatan dari posisi sebelumnya selama 6 bulan. Namun karena Mobil Sport itu berstatus pemberian Rafanza, ia berjanji akan terus menjadi Pemimpin Tim bahkan untuk tim-tim berikutnya.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!