Oceana , gadis berambut pendek yang biasa dipanggil Ocean, meskipun ia lebih suka panggilan Sean. Suka memakai rok dan yang berbau Feminim lainnya, walaupun jarang dandan.
Kini dia melihat ke cermin, berdiri, menatap wajahnya sendiri. Perlahan iya tersenyum, tak ada yang aneh darinya. Hanya saja, ia terlalu biasa, sangat biasa.
Gadis Gemuk dan tidak menarik. Pekerjaan sehari-hari kalau gak nyari kerja ya rebahan sambil menghayal dapat pangeran yang jatuh dari surga.
....
dannnn Ya,... gadis itu aku.
Tak ada yang aneh dan bahkan juga tak ada yang istimewa dari diriku. Meskipun dilihat dari sudut manapun.
Setelah lama berkutat, sekitar 3 menitan. Aku memutuskan, bahwa Aku hanya akan mencintai diriku apa adanya sebagaimana yang terlihat ini.
Kata yang sama yang sering aku ucapkan sejak masih SMA. Kuulang saja tiap hari sebagai penghibur diri.
Cermin yang menempel di dinding dan memantulkan kembaranku yang diam tampak agak berdebu. Dengan tinggi sudut pigura 160 cm, turunkan 2 cm kebawah maka kami akan sama tinggi. Aku memang cukup pendek, tapi tidak terlalu pendek. Setidaknya di keluargaku, tinggi ini sudah standar dan normal.
Seperti kebanyakan orang produktif lainnya. Diusiaku yang menginjak 22 Tahun ini. Hobiku rebahan dan nonton Drama, mau itu Korea, Thailand atau China. Aku hanya suka mendengar nada bicara mereka yang tidak sama dan tidak dapat kupahami tanpa melihat terjemahannya. Tipe penonton yang gak bisa nonton tanpa translate.
Aku yang sudah kepala dua ini masih jomblo. Iya, gak salah denger kok. Entah karena aku yang terlalu tertutup pada semua lelaki dengan konsep bahwa semua laki sama saja meskipun belum pernah pacaran sekalipun. Atau yang memang tak percaya diri karena merasa bahwa diriku tak begitu menarik bagi laki-laki.
Saat yang lainnya Haha Hihi sambil nikmatin gaji. Atau kesana kemari sambil bawa gandengan.
Aku masih di Sekitaran rumah. Membantu Mamaku, Bu Omai. Mengurus Toko kelontong Kami. Toko yang menjual berbagai macam makanan ringan serta alat tulis.
Bukan berarti aku tak ada niatan bekerja. Aku sudah mengirim berbagai surel lamaran kerja ke Berbagai Perusahaan. Hanya saja, Tak ada satupun yang memberikan respon padaku. Jaman sekarang, Sarjana tidak dapat menentukan bahwa kita bisa langsung bekerja.
Apalagi, sekarang semua butuh orang dalam pada faktanya. Jika punya orang dalam, maka dijamin kamu punya masa depan. dan juga, Good looking. Kalau mau apa-apa tanpa kerja, ya tinggal tonjolkan bakat menggoda saja.
Mamaku menjaga Toko kelontong yang dibangun Papa di depan Rumah kami yang memiliki pekarangan yang cukup luas sejak Aku masih Balita. Sementara Papa sendiri adalah pegawai sebuah Perusahaan dagang swasta milik seorang Bos keturunan Tionghoa.
Ada juga Adik Lelakiku Bagas, yang akan selalu mengejek bahwa aku tidak cantik, gemuk dan Pendek. Aku tak habis pikir, mengapa kami begitu berbeda. Dia yang kini kelas 2 SMA itu punya semua. Bayangkan saja, tingginya hampir mencapai 2 Meter dan saat masuk sekolah sudah langsung diterima sebagai anggota Basket.
Bukan itu saja,ia selalu dapat peringkat 1 dan Wajahnya juga sangat tampan. Hampir tiap hari ada coklat yang diiringi pesan semangat nangkring di rumah Kami. dan aku, adalah penikmat coklat-coklat tersebut.
Selain coklat, terkadang ada surat juga. Kutebak, itu dari bocah SD dan siswa SMP yang mengagumi Wajah adikku.
Bahkan, ada yang sampai sebuah surat yang dirangkai dengan romantis. Aku masih geli sendiri,saat membaca surat-surat tersebut di depan adikku.
****
Aku masuk ke kamar Bagas. Memang dia suka lupa mengunci pintu. Kalaupun dikunci, aku akan bisa masuk lewat kunci cadangan yang dipegang Papa.
Saat kenop dibuka. Langsung aku berhadapan dengan Dinding yang dihias dengan Stiker Besar bertuliskan YOLO. Selogan yang paling disukai olehnya.
"Kok Nggak Ngetuk?" tanyanya.
"Gak apa-apa, penting nih"ucapku.
Padahal dia memakai headset, tapi dia tetap tahu aku masuk. Memang Vibes anak berprestasi itu beda ya.
"Ada apa?" Bagas melepaskan headset yang ia pakai.
"Temenin nyari Pakaian Buat wawancara!" aku memelas.
"Memangnya masih ada yang jual pakaian untuk ukuran badanmu yang seluas samudera ini Mbak?"
Glekk,,, tanya adik Durjana ini tanpa ada wajah rasa bersalah sedikitpun.
Yapp berat badanku 80 Kg. Si Gemuk, Tong, Guling, truk tronton, Batu besar, karung beras dan lainnya adalah sapaan dan makanan sehari-hari bagiku.
*****
"Setelah sekian lama aku memasukkan berbagai surat lamaran. Akhirnya, ada juga yang memanggil untuk wawancara" Aku berbaring di kasur adikku.
"Makanya punya Pacar Dong Mbak!" Bagas dengan nadanya yang khas.
Kalimat itu antara Ejekan dan Fakta. Walaupun itu benar dua-duanya. Ia mengejek aku tak punya pacar sekaligus menegaskan fakta bahwa aku memang tidak punya pacar.
"Aku kan punya kamu. Adikku yang sudah seharusnya digunain, lagipula besok kan kamu libur" Jawabku sambil senyum gak jelas dan mencubit pipinya.
Ia menyingkirkan tanganku, "Tapi besok aku mau main sama temen di lapangan" jawabnya lagi, menolak.
"Oh gitu. Ya udah, kalau gitu, besok misalkan ada yang nanya kamu. Aku akan bilang kamu jomblo dan butuh sosokk...." Belum selesai aku bicara, Bagas langsung setuju.
Iya, satu lagi prinsip hidup Bagas selain YOLO. Ia ingin mengejar, bukan dikejar. Kalau sampai ada berita Bagas lagi Jomblo, udah dipastikan bahwa Bagas akan diserbu para penggemarnya.
***
Di Butik..
Entah karena efek kemarin membaca postingan random. Bahwa 80 persen jodoh pernah bertemu saat mereka berusia 16 tahun.
Takdir seakan memberiku harapan Ambigu. Seperti sebuah harapan palsu, hari itu......aku bertemu dengannya, Laki-laki yang pernah kusukai secara diam-diam saat berusia 16 tahun.
Degg.. Aku terpaku sesaat seolah tak percaya. Kami bertemu, secara kebetulan.
Dulu, aku menyerah secara sepihak karena ia lebih muda 1 tahun dariku. Sebenarnya, itu bukan alasan nya. Alasan terbesarku mundur adalah karena fisikku ini. Fisikku yang gendut, dan gempal. Sebenarnya meskipun aku tampak baik-baik saja ketika diejek, namun hatiku sebenarnya paling rapuh.
Apalagi, aku pernah di-bully hanya karena fisikku ini. yang Membuatku hilang kepercayaan diri dan pendiam.
Saat itu aku imajinasikan memiliki pacar dewasa. Sehingga saat tahu umurnya lebih muda padahal ia adalah kakak kelas. Membuatku punya alasan untuk langsung Mundur Alon Alon.
Aku berhenti menyukainya secara diam-diam. Cinta sepihakku berakhir saat itu.
****
Kini, aku kembali melihatnya. Setelah 5 tahun sejak ia lulus dari SMA kami. Bahkan acara reuni kelas tak bertemu, karena sudah jelas bahwa kami di angkatan yang berbeda.
Dia berdiri disana, menunggu seorang wanita. Aku langsung berbalik. Saat aku rasakan bahwa jantungku masih sedikit berdebar saat melihatnya.
Seketika aku kepikiran tentang 80 persen jodoh pernah bertemu saat usia 16 Tahun. Apakah itu akan berlaku padaku?. Apakah Dia akan menjadi jodohku.
Saat aku beranjak keluar. Justru Bagas adikku yang menyebalkan itu menarikku masuk. Aku bahkan menyenggol wanita yang baru keluar bersama Raffanza, kakak kelas tampan itu.
Ya ampun, saking groginya, aku langsung lari sambil membawa apa yang dapat kuraih.
dan sialnya. yang kuraih adalah sebuah Syal milik wanita itu yang entah kenapa nyantol di tempat Pakaian Butik.
Bisa kudengar suara Bagas meminta maaf pada mereka. Saat aku mulai masuk ke ruang ganti dan menyadari, bahwa yang kuambil bukan pakaian melainkan Syal.
Bersambung....
Oceana memukul keningnya berkali-kali. Gegara Salah ambil syal, kini ia harus deg-degan menunggu kabar kedatangan Raffa, kakak kelasnya dulu.
Hari ini sebelum berangkat wawancara kerja, Oceana sudah disiapkan makanan 4 sehat 5 sempurna oleh Bu Omai. Tak lupa Papanya sendiri izin datang terlambat agar bisa menyemangati Putrinya itu.
"Bu Omai, Pak Bambang. Putri kalian ini sudah dewasa, kok masih kayak gini juga.. Aku udah mau otw 23 loh.." Sean melihat tatapan seluruh anggota keluarganya, yang seolah menaruh harapan setinggi langit ketujuh.
"Gak apa-apa, sebagai ganti Papa gak bisa anterin kamu karena tempatnya jauh" terang Bambang.
"Iya, Mama juga gak bisa lagi lihatin kamu dari balik kaca" ucap Omai.
"Pah Ma,, Mbak Sean itu udah gede kalian malah seolah buat dia kayak anak SD yang baru sekolah di hari pertama saja" celetuk Bagas yang sudah duluan makan daritadi.
"Gas,, Mbak mu ini baru diterima wawancara. Kamu kok kelihatan gak peduli"
"Gak peduli darimana Pa, kan Aku makan biar ada tenaga buat mengendarai motor, kan bebannya Mbak Sean, harus kuat nih" Bagas kembali menyuap nasi ke mulutnya.
*****
Berkali-kali Oceana menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah grogi sejak bangun tidur. Makan bahkan saat ini, ketika menunggu Bagas selesai dengan urusan di kamar mandi.
"Udah buruan Gassss, Bagasssss" teriak Bambang memanggil putranya.
"Diare kali Pa, masuk ke kamar mandi dari tadi, belum juga keluar" ucap Bu Omai.
Tak lama kemudian, Bagas keluar kamar mandi. Terlihat jelas rambutnya jadi makin mengkilap, tampak habis diolesi minyak rambut wangi.
"yang mau wawancara Mbakmu, kok kamu malah yang lebih ganteng" Bu Omai geleng-geleng kepala.
"Kapan sih Ma, Putra mama ini gak ganteng" Dengan percaya dirinya Bagas mengusap rambutnya yang sudah klimis.
"Sudah buruan, jalan!" Bambang menepuk pundak Bagas, tersirat pesan hati-hati di jalan.
"Tapi kok dia belum datang juga ya?" Bagas melihat ke pintu.
"Siapa yang kamu tunggu Gass?" Oceana mulai gelisah.
"Seseorang Mbak"
"Jangan bilang kamu ngajak temenmu?"
"Bukan temanku, tapi seniorku"
Tak lama kemudian, benar saja. Pintu diketuk, Omai membuka pintu perlahan mencari tahu siapa yang datang.
Tanpa diduga, Itu adalah Rafanza. Pakaian santai melekat di tubuhnya, namun masih terlihat tampan rupawan.
"Kak Rafa?" Oceana terbelalak melihat siapa yang datang.
"Nah itu dia" Bagas tersenyum sumringah.
Pantesan kak Rafa gak datang-datang buat ambil syal. Baru sekarang dia datang, apa ada kaitannya sama Bagas ?
Selain mengambil Syal, Rafanza menawarkan diri untuk mengantar Oceana dengan mobilnya. Bu Omai yang merasa lebih aman menggunakan mobil Langsung setuju dan berterima kasih.
"Tap tapiii" Oceana ragu-ragu.
"Kalau gitu Papa berangkat dahulu" Pak Bambang Langsung pamit duluan pergi.
"Papa kok pergi aja Ma?" Oceana kebingungan.
"Udah biarin aja, Papa kamu pasti gengsi minta putrinya diantar sama Nak Rafa, tapi dia juga gak bisa nolak" terang Bu Omai yang sudah paham betul perasaan suaminya.
"Wahh memang Mama yang tahu segalanya" celetuk Bagas.
"Terus kamu mau kemana Gas?"tanya Oceana.
"Aku udah bilang kan Mbak. Mau main sama Temen"
"Main apa?"
"Ya basket lah Mbak"
Bagas berlalu pergi seusai menitipkan pesan agar Rafanza menjaga kakaknya.
"Dasar gak tahu maluu, kalau mau main basket ngapain pakai minyak rambut wangi" gumam Oceana melihat kepergian adiknya.
******
Di Mobil....
"Jadwalnya masih lama lagi kan Oceana" Rafanza memulai pembicaraan.
"Eh iya Kak"
"Jadi panggilan kamu Sean ya?"
"Iya Kak"
Seingatnya, memang banyak orang memanggilnya lengkap, Oceana,... termasuk Rafanza. Kalau dipikir lagi, hanya sekali ia pernah bercakap dengan Rafanza. Bahkan hal itu jugalah yang membuat Oceana jatuh cinta.
"Kamu tahu panggilan saya?"
"Tahu, Kak Rafa" jawab Oceana sambil melirik Rafanza.
Rafanza hanya tersenyum tipis mendengar Oceana yang menjawab pasti. Sean tak sengaja melihat tarikan tipis di bibir Rafanza.
Senyuman Rafanza adalah panah mematikan yang berbahaya, senyuman yang dapat membuat anak gadis orang kesemsem sampai malam.
Oceana menyadarkan dirinya. Jangan sampai terlena dan menyukai Raffanza lagi.
Iyalah tahu, banyak juga kok yang tahu Kak Rafa. Terutama anggota organisasi kita. Namanya juga masuk ke list cowok tampan sekolah.
***
Falshback...
Rafanza dan Oceana mengenal karena Pada saat Murid baru SMA kelas 10 harus memiliki satu organisasi. Jadi, Oceana masuk ke organisasi yang memiliki anggota sedikit. Organisasi penulis puisi dan cerpen.
yang membuat Oceana jatuh cinta adalah saat Rafanza mendekat ke mejanya. Lalu bertanya apakah puisinya sudah selesai.
Pada saat itu semua anggota baru diminta untuk mencoba menulis puisi. Karena terlalu sulit, maka salah seorang senior seangkatan Rafanza meminta mereka untuk berpasangan.
Oceana duduk di sudut dekat pintu masuk. Lalu ia melihat adakah yang belum memiliki pasangan.
Ternyata, ada tersisa 3 siswa. Dua perempuan yang salah satunya Oceana. dan satu siswa laki-laki.
Dengan iseng, seorang senior menggoda laki-laki itu untuk memilih pasangannya diantara Oceana dan siswi perempuan lain. Senior lain mengisyaratkan agar siswa itu memilih perempuan yang satunya, dan bukan Oceana.
Jika diingat, perempuan itu cantik dibandingkan dengan Oceana. sehingga saat dirinya tak dipilih, ada perasaan kesal di dadanya.
Ia hanya menulis judul puisi dan otaknya sudah Blank sedari tadi. Ia menopang kepala dengan lengan kirinya.
Pada saat perasaan kesalnya mulai membumbung. Seorang siswa laki-laki, yakni Rafanza mendekat dan berdiri di samping mejanya lalu bersandar pada pintu.
"Udah selesai?" tanya Rafanza.
Oceana yang terkesima mendongak menatap wajah Rafanza. Suara Rafanza sangat Cool , wajahnya bersih dan kulitnya termasuk kategori Putih. Oceana hanya bisa menggeleng dan berkata "Belum Kak"
Namun semuanya tak bertahan lama. Saat perkenalan jajaran senior di organisasi. Rafanza ternyata lebih muda 1 tahun dari Oceana. Itulah hal yang membuat Oceana punya alasan untuk mundur.
Oceana juga merasa tak percaya diri dengan tubuhnya. Ia mengakhiri cinta diam-diam dan sepihaknya. Membuat berbagai alasan sendiri bahwa ia tak pantas dicintai, dan semakin rendah diri akibat sering di Bully.
Flashback Off...
******
Oceana turun dari mobil dan berterima kasih pada Rafanza. Ia segera bergegas memasuki perusahaan.
Oceana melihat banyak peserta wawancara yang cantik-cantik dan seksi. Jika dibandingkan dengannya, sudah bagaikan kutub Utara dan Selatan.
Oceana duduk di ruang tunggu. Ia merasa para gadis membicarakannya. Namun dengan tujuan merubah penghidupan dan Karir, Sean mencoba bersikap bodo amat.
Ternyata ia gagal di wawancara pertama. Ia mencoba lapang dada dan masuk ke Toilet untuk membersihkan keringat yang sudah mengalir ke wajahnya.
Di Toilet, ia bertemu dengan seorang gadis seusianya. Gadis berkulit hitam dan tinggi, sedang menangis tersedu-sedu di depan cermin. Beberapa gadis lain bahkan masih menyindirnya dengan sangat jelas.
.....
Oceana mengajak gadis itu ikut dengannya. Pergi ke kantin Perusahaan.
Ia memesan dua porsi makanan. dan membawakan satu untuk gadis itu, yang senasip, disindir dan tidak diterima wawancara dengannya.
"Gak tahu kamu suka atau tidak?." Oceana meletakkan sepiring makanan di depan Gadis itu.
"Kalau gak suka boleh pesan lagi, biar yang ini aku yang makan. Maklum cacing perut aku kan jumlahnya double" Oceana menepuk perut buncitnya.
Dengan hiburan dan wawasan tentang Bully yang dipaparkan Oceana. Gadis berkulit hitam itu mulai tersenyum.
Mereka akhirnya saling berbagi pengalaman, bertukar kontak dan menjadi dekat. Gadis berkulit hitam bernama Malika itu menjadi teman baru Oceana.
Bersambung.....
Oceana berjalan keluar Perusahaan. Ia berpisah dengan Malika. Sambil menengadahkan tangan melihat kepergian Malika.
Disaat seperti ini, harusnya Oceana juga menangis. Ia gagal wawancara saat pertama kali berhasil mendapatkan kesempatan wawancara. Biasanya, Oceana sudah gagal dari segi persyaratan.
Berpenampilan menarik, syarat ambigu yang dapat mematahkan semangat orang-orang seperti Sean. Atau Syarat seperti berpengalaman minimal 2 tahun. Sedangkan Oceana adalah fresh graduate, darimana asal pengalaman jika ia tak pernah diterima kerja sebelumnya.
Oceana berjalan gontai, harapan kedua orangtuanya pupus. Begitupun adiknya Bagas, pasti habis ini ia akan ditertawakan oleh adik menyebalkan itu.
"Seann" Terdengar suara lelaki yang tidak asing di telinganya.
Oceana menoleh, dan ia terkejut melihat Rafanza masih berada disana. Rafanza menghampirinya dan bertanya bagaimana wawancaranya.
"Gagal Kak" Oceana hanya bisa menggelengkan kepalanya lemah.
"Mm mau Bubble drink itu nggak?" Rafa menunjuk sebuah gerobak minuman.
"Eh enggak Kak"Oceana berjalan menjauh.
Gak mau kan aku lagi DIETT. Tahan godaan Seann!!
"Gak apa-apa kok biar aku yang beli, kamu tunggu disini sebentar!" Rafa segera berlari menuju gerobak minuman itu.
*****
Rafanza menyodorkan minuman Dengan rasa coklat pada Oceana. "Ini, biar aku yang traktir"
Akhirnya dengan berat hati, Oceana mengambil minuman itu. Rezeki mah, gak boleh ditolak.
"Makasih kak"
"Sama-sama"
"Kok Kak Rafa masih disini?"
"Awalnya aku mau pulang, tapi penasaran sama hasil wawancara kamu"
Ucapan Rafanza membuat Oceana tertunduk. Kecewa kembali merasuki dadanya.
"dan aku gagal kak, kayaknya yang diterima cuma yang Good looking, aku kan enggak" Entah dapat Ilham dari mana, Oceana mengucapkan kata-kata tersebut didepan Rafanza.
"Oh ya" Rafanza menyeruput minumannya hingga menghasilkan suara.
"M maksudnya gak semua Perusahaan juga Kak, itu cuma... cumaaa" Oceana berpikir keras
"Cuma apa?"
"Cuma perasaan aku aja, emang akunya aja yang gak lolos tapi berusaha nyalahin apapun yang bisa disalahin" Oceana tertawa canggung.
"Memang kebanyakan perusahaan seperti itu, mereka gak tahu kadang Berlian itu ada di dalam batu berharga. Seperti kamu" ucap Rafanza dengan suara menenangkannya.
Tidak tahu apakah itu hiburan atau tidak dari Rafanza. Namun perasaan Oceana menjadi agak mendingan.
Oceana diantar kembali ke rumahnya. Tak lupa Rafanza pamit duluan pulang.
*******
Nyonya Linda menyambut suaminya dengan wajah sumringah. Membuat Tuan Kusuma, suaminya terheran heran sendiri.
"Bi... Bi Yuyun..." Tuan Kusuma memanggil Asisten rumah tangga satu-satunya.
"I iya Tuan... " sahut Bi Yuyun tergopoh-gopoh dari dapur.
"Ini istri saya kenapa?" Ia juga melihat banyak cemong di wajah istrinya.
"Ooh, Nyonya habis dengar kabar baik dari Den Rafa Tuan"
"Kabar baik?"
"Iya Tuan"
"Kabar baik apa?"
"Nanti kamu juga tahu Mas, pas makan biar Rafa sendiri yang ngomong"
"Emang ada kabar apa dari putra kita yang maunya belajar terus itu. Apa dia mau kerja di luar negeri lagi"
"Enggak Mas, Makanya aku senang"
Rafa tidak mau memegang Perusahaan E-commerce milik keluarganya. Berulang kali meminta kerja di luar negeri untuk mencari pengalaman.
Permintaan Rafa itu sudah berlangsung dua tahun. Ia selama ini hanya menjadi pekerja lepas di kantor Papanya , pulang pergi seenak hati.
Hingga ketika Rafa mengajukan pernyataan tak terduga, Nyonya Linda senang bukan main. Sebenarnya, Rafa baru saja selesai bertelepon dengan Bagas.
Bagas hanya mengucapkan terimakasih sudah mengantar kakaknya. Hingga tanpa sengaja Bagas mengatakan bahwa Oceana sedang memendam diri di kamar. Karena menangis akibat kegagalan wawancara.
Rafanza lalu tersadar. Masih banyak orang di luaran sana yang tidak punya banyak kesempatan bahkan untuk sekedar bekerja.
Tetapi dirinya yang sudah memiliki perusahaan keluarga. Justru mengedepankan gengsi dan harga diri tidak mau menjalankannya.
Di meja makan....
"Apa kabar menyenangkan kata Mama, Rafa?" Tuan Kusuma bertanya serius menatap putranya lekat.
"Aku mau serius di Perusahaan Pa"
Akhirnya jabatan salah satu Direktur akan dipegang Rafanza. Ia ingin penambahan jumlah karyawan di beberapa bidang.
"Tapi jangan sampai syaratnya adalah pengalaman atau syarat seperti mengutamakan penampilan Pa"
"Lalu"
"Ya kemampuan" tegas Rafa
"Itu kan sudah daridulu, Perusahaan kita selalu mengutamakan kemampuan"
Perusahaan E-commerce lebih mengutamakan kemampuan. Bagi mereka Good looking tidak ada gunanya, karena mereka adalah orang di balik layar.
"Aku hanya mau memastikan lagi Pa, bisa dimajukan kan Pa"
"Apanya?"
"Perekrutannya"
"Bukannya baru 3 bulan lalu ada perekrutan tenaga kerja baru" Tuan Kusuma tampak ragu.
Di Perusahaan mereka, memang pengalaman kerja diganti jadi masa percobaan 6 bulan. Mereka mendapatkan gaji namun tidak sejajar dengan gaji karyawan lainnya. Jika tidak berhasil memenuhi ekspektasi Perusahaan, barulah dinyatakan gagal.
"Anggap ini sebagai permintaan aku Pa, aku gak akan pergi ke luar negeri buat cari pengalaman. Aku akan manfaatin apa yang kita miliki" ucap Rafanza pasti.
"Siap, Papa kamu setuju" Nyonya Linda antusias sekali, bahkan mewakili suaminya untuk persetujuan.
******
Oceana melihat brosur yang tertempel di dinding Halte Bus. Banyak yang mengabaikan karena jabatan yang terlalu biasa.
Tapi ada juga beberapa orang yang ingin ikut karena butuh pekerjaan. Salah satu dari orang orang itu adalah Oceana.
Ia memfoto brosur tersebut dan mengirimkannya pada Malika.
Tak lama Ponselnya berdering...
"Beneran yang kamu kirim itu infonya Sean?"
"Iyalah, masa sih aku bohong"
Sebenarnya 3 bulan yang lalu saat Perekrutan tenaga kerja. Oceana sempat berencana untuk ikut memasukkan berkas, namun gagal akibat telat memasukkan berkas.
Sementara Malika, saat itu jadwalnya bertabrakan dengan Perusahaan lain. Akhirnya mereka berdua sama-sama tidak memiliki kesempatan.
******
Hari itupun tiba....
Banyak yang datang untuk wawancara bagi yang Lolos seleksi administrasi dan berkas.
De Javu...,
Oceana masih sangat deg-degan melakukan wawancara. Malika juga menghabiskan sebotol air mineral kemasan yang baru saja ia beli.
Saat keluar ruangan, baik Oceana maupun Malika tampak menahan Perasaan yang siap diluapkan. Ternyata, mereka sama-sama lolos wawancara pertama.
"Kamu ditanyain apa Sean?" tanya Malika
"Banyak sih, aku juga gak begitu ingat"
"yang paling berkesan apa?"
"Mm apa ya?" Oceana berpikir sejenak. "Oh itu, inspirasi kerja di bidang E-commerce"
"Terus kamu jawab apa?"
"Ya karena sehari-hari aku berkaitan dengan hal tersebut, Papaku kerja di Perusahaan dagang orang China, Mama punya Toko" Jawab Oceana.
"Ooh gitu" Malika mengangguk.
"Kalau kamu Lika?"
"Mmm, Aku sihhhh... karena di desaku hal begini sangat jarang. Kalau aku diterima, pasti warga kampung ku bangga. Maka makin banyak dari mereka yang mau melanjutkan kuliah"
"Wah mulia juga kamu Lika" Oceana hampir terharu biru.
"Tentu saja, tapi apapun itu, semoga kita Lolos Tes berikutnya" ujar Malika.
......
Sehingga.... akhirnya usaha tidak ada yang tahu. Baik Oceana dan Malika memiliki nasib yang baik. Mereka sama-sama lolos, hingga tahap Tes terakhir.
Ternyata, dibalik Kegagalan yang mereka hadapi, akan ada hasil dari penantian panjang selama ini. Gagal di Perusahaan yang sama, dan akhirnya diterima di Perusahaan lain yang sama.
Tunggu saja, Selama 6 bulan ke depan. Mereka akan melewati masa percobaan dan mungkin akan segera berubah menjadi Karyawan tetap.
Bersambung.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!