Oceana memukul keningnya berkali-kali. Gegara Salah ambil syal, kini ia harus deg-degan menunggu kabar kedatangan Raffa, kakak kelasnya dulu.
Hari ini sebelum berangkat wawancara kerja, Oceana sudah disiapkan makanan 4 sehat 5 sempurna oleh Bu Omai. Tak lupa Papanya sendiri izin datang terlambat agar bisa menyemangati Putrinya itu.
"Bu Omai, Pak Bambang. Putri kalian ini sudah dewasa, kok masih kayak gini juga.. Aku udah mau otw 23 loh.." Sean melihat tatapan seluruh anggota keluarganya, yang seolah menaruh harapan setinggi langit ketujuh.
"Gak apa-apa, sebagai ganti Papa gak bisa anterin kamu karena tempatnya jauh" terang Bambang.
"Iya, Mama juga gak bisa lagi lihatin kamu dari balik kaca" ucap Omai.
"Pah Ma,, Mbak Sean itu udah gede kalian malah seolah buat dia kayak anak SD yang baru sekolah di hari pertama saja" celetuk Bagas yang sudah duluan makan daritadi.
"Gas,, Mbak mu ini baru diterima wawancara. Kamu kok kelihatan gak peduli"
"Gak peduli darimana Pa, kan Aku makan biar ada tenaga buat mengendarai motor, kan bebannya Mbak Sean, harus kuat nih" Bagas kembali menyuap nasi ke mulutnya.
*****
Berkali-kali Oceana menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah grogi sejak bangun tidur. Makan bahkan saat ini, ketika menunggu Bagas selesai dengan urusan di kamar mandi.
"Udah buruan Gassss, Bagasssss" teriak Bambang memanggil putranya.
"Diare kali Pa, masuk ke kamar mandi dari tadi, belum juga keluar" ucap Bu Omai.
Tak lama kemudian, Bagas keluar kamar mandi. Terlihat jelas rambutnya jadi makin mengkilap, tampak habis diolesi minyak rambut wangi.
"yang mau wawancara Mbakmu, kok kamu malah yang lebih ganteng" Bu Omai geleng-geleng kepala.
"Kapan sih Ma, Putra mama ini gak ganteng" Dengan percaya dirinya Bagas mengusap rambutnya yang sudah klimis.
"Sudah buruan, jalan!" Bambang menepuk pundak Bagas, tersirat pesan hati-hati di jalan.
"Tapi kok dia belum datang juga ya?" Bagas melihat ke pintu.
"Siapa yang kamu tunggu Gass?" Oceana mulai gelisah.
"Seseorang Mbak"
"Jangan bilang kamu ngajak temenmu?"
"Bukan temanku, tapi seniorku"
Tak lama kemudian, benar saja. Pintu diketuk, Omai membuka pintu perlahan mencari tahu siapa yang datang.
Tanpa diduga, Itu adalah Rafanza. Pakaian santai melekat di tubuhnya, namun masih terlihat tampan rupawan.
"Kak Rafa?" Oceana terbelalak melihat siapa yang datang.
"Nah itu dia" Bagas tersenyum sumringah.
Pantesan kak Rafa gak datang-datang buat ambil syal. Baru sekarang dia datang, apa ada kaitannya sama Bagas ?
Selain mengambil Syal, Rafanza menawarkan diri untuk mengantar Oceana dengan mobilnya. Bu Omai yang merasa lebih aman menggunakan mobil Langsung setuju dan berterima kasih.
"Tap tapiii" Oceana ragu-ragu.
"Kalau gitu Papa berangkat dahulu" Pak Bambang Langsung pamit duluan pergi.
"Papa kok pergi aja Ma?" Oceana kebingungan.
"Udah biarin aja, Papa kamu pasti gengsi minta putrinya diantar sama Nak Rafa, tapi dia juga gak bisa nolak" terang Bu Omai yang sudah paham betul perasaan suaminya.
"Wahh memang Mama yang tahu segalanya" celetuk Bagas.
"Terus kamu mau kemana Gas?"tanya Oceana.
"Aku udah bilang kan Mbak. Mau main sama Temen"
"Main apa?"
"Ya basket lah Mbak"
Bagas berlalu pergi seusai menitipkan pesan agar Rafanza menjaga kakaknya.
"Dasar gak tahu maluu, kalau mau main basket ngapain pakai minyak rambut wangi" gumam Oceana melihat kepergian adiknya.
******
Di Mobil....
"Jadwalnya masih lama lagi kan Oceana" Rafanza memulai pembicaraan.
"Eh iya Kak"
"Jadi panggilan kamu Sean ya?"
"Iya Kak"
Seingatnya, memang banyak orang memanggilnya lengkap, Oceana,... termasuk Rafanza. Kalau dipikir lagi, hanya sekali ia pernah bercakap dengan Rafanza. Bahkan hal itu jugalah yang membuat Oceana jatuh cinta.
"Kamu tahu panggilan saya?"
"Tahu, Kak Rafa" jawab Oceana sambil melirik Rafanza.
Rafanza hanya tersenyum tipis mendengar Oceana yang menjawab pasti. Sean tak sengaja melihat tarikan tipis di bibir Rafanza.
Senyuman Rafanza adalah panah mematikan yang berbahaya, senyuman yang dapat membuat anak gadis orang kesemsem sampai malam.
Oceana menyadarkan dirinya. Jangan sampai terlena dan menyukai Raffanza lagi.
Iyalah tahu, banyak juga kok yang tahu Kak Rafa. Terutama anggota organisasi kita. Namanya juga masuk ke list cowok tampan sekolah.
***
Falshback...
Rafanza dan Oceana mengenal karena Pada saat Murid baru SMA kelas 10 harus memiliki satu organisasi. Jadi, Oceana masuk ke organisasi yang memiliki anggota sedikit. Organisasi penulis puisi dan cerpen.
yang membuat Oceana jatuh cinta adalah saat Rafanza mendekat ke mejanya. Lalu bertanya apakah puisinya sudah selesai.
Pada saat itu semua anggota baru diminta untuk mencoba menulis puisi. Karena terlalu sulit, maka salah seorang senior seangkatan Rafanza meminta mereka untuk berpasangan.
Oceana duduk di sudut dekat pintu masuk. Lalu ia melihat adakah yang belum memiliki pasangan.
Ternyata, ada tersisa 3 siswa. Dua perempuan yang salah satunya Oceana. dan satu siswa laki-laki.
Dengan iseng, seorang senior menggoda laki-laki itu untuk memilih pasangannya diantara Oceana dan siswi perempuan lain. Senior lain mengisyaratkan agar siswa itu memilih perempuan yang satunya, dan bukan Oceana.
Jika diingat, perempuan itu cantik dibandingkan dengan Oceana. sehingga saat dirinya tak dipilih, ada perasaan kesal di dadanya.
Ia hanya menulis judul puisi dan otaknya sudah Blank sedari tadi. Ia menopang kepala dengan lengan kirinya.
Pada saat perasaan kesalnya mulai membumbung. Seorang siswa laki-laki, yakni Rafanza mendekat dan berdiri di samping mejanya lalu bersandar pada pintu.
"Udah selesai?" tanya Rafanza.
Oceana yang terkesima mendongak menatap wajah Rafanza. Suara Rafanza sangat Cool , wajahnya bersih dan kulitnya termasuk kategori Putih. Oceana hanya bisa menggeleng dan berkata "Belum Kak"
Namun semuanya tak bertahan lama. Saat perkenalan jajaran senior di organisasi. Rafanza ternyata lebih muda 1 tahun dari Oceana. Itulah hal yang membuat Oceana punya alasan untuk mundur.
Oceana juga merasa tak percaya diri dengan tubuhnya. Ia mengakhiri cinta diam-diam dan sepihaknya. Membuat berbagai alasan sendiri bahwa ia tak pantas dicintai, dan semakin rendah diri akibat sering di Bully.
Flashback Off...
******
Oceana turun dari mobil dan berterima kasih pada Rafanza. Ia segera bergegas memasuki perusahaan.
Oceana melihat banyak peserta wawancara yang cantik-cantik dan seksi. Jika dibandingkan dengannya, sudah bagaikan kutub Utara dan Selatan.
Oceana duduk di ruang tunggu. Ia merasa para gadis membicarakannya. Namun dengan tujuan merubah penghidupan dan Karir, Sean mencoba bersikap bodo amat.
Ternyata ia gagal di wawancara pertama. Ia mencoba lapang dada dan masuk ke Toilet untuk membersihkan keringat yang sudah mengalir ke wajahnya.
Di Toilet, ia bertemu dengan seorang gadis seusianya. Gadis berkulit hitam dan tinggi, sedang menangis tersedu-sedu di depan cermin. Beberapa gadis lain bahkan masih menyindirnya dengan sangat jelas.
.....
Oceana mengajak gadis itu ikut dengannya. Pergi ke kantin Perusahaan.
Ia memesan dua porsi makanan. dan membawakan satu untuk gadis itu, yang senasip, disindir dan tidak diterima wawancara dengannya.
"Gak tahu kamu suka atau tidak?." Oceana meletakkan sepiring makanan di depan Gadis itu.
"Kalau gak suka boleh pesan lagi, biar yang ini aku yang makan. Maklum cacing perut aku kan jumlahnya double" Oceana menepuk perut buncitnya.
Dengan hiburan dan wawasan tentang Bully yang dipaparkan Oceana. Gadis berkulit hitam itu mulai tersenyum.
Mereka akhirnya saling berbagi pengalaman, bertukar kontak dan menjadi dekat. Gadis berkulit hitam bernama Malika itu menjadi teman baru Oceana.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments