Jam Makan siang....
Perusahaan E-commerce itu memiliki waktu makan siang dan kantin tersendiri. dan ajang makan siang juga untuk mempererat kedekatan para karyawan, juga waktu untuk bergosip.
Oceana membawa nampannya duduk di samping Malika. Mereka mulai makan dengan tenang dan lahap. Hingga, yang lainnya pun bergabung di meja mereka yang panjang.
"Kalian tahu gak Direktur baru itu ternyata masih muda. Seusia kamu Ratu" tunjukk Agatha
"Oh ya, aku baru tahu Agatha" Ratu tetap makan menyuap nasinya dengan cara yang halus.
"Tapi, bukannya dia bisa dibilang seumuran Malika, Nora, Genta dan Oceana" ujar Ivan.
"Iya, kalian hanya lebih tua 1 tahun" Jagad menambahkan.
"Iya, tapi kayanya Oceana, juniornya Pak Rafanza deh" Agatha memulai.
"Maksudnya?" Ivan penasaran.
"Aku dengar Oceana itu satu SMA sama Pak Direktur baru itu. Pak Rafanza" pancing Agatha lagi.
"Oh benarkah ? Apa kamu pernah tinggal kelas Ocean?" tanya Ivan pada Oceana.
"Aku gak pernah tinggal kelas, memang masuk sekolah saja yang telat" Oceana menjawabnya.
"Kok telat?. Emang sengaja apa ada masalah biaya gitu?" tanya Jagad.
Oceana hanya menggeleng pelan. Ia terus melanjutkan makannya. Malika tahu Oceana merasa tak nyaman. Sementara yang lainnya terus memborbardir pertanyaan tak penting.
"Lagian urusannya sama kalian apa sih?. Mau junior atau senior, mau satu sekolahan atau beda juga kan bukan kalian yang biayain" Malika menatap mereka sinis.
"tenang aja kali kecap" Jagad mencandai Malika.
"Maksud kamu kecap apa?. Karena aku hitam?" Malika menantang Jagad
"Gak usah sensi gitu kali, yang perlu adalah sadar diri!" tegur Agatha.
"Diem kamu, gak usah sok gak bersalah, kan semuanya karena omongan kamu tadi yang mancing" Malika menatap tajam Agatha
"Wah emang wajar Kamu dipanggil kecap Malika" Ivan menambahkan.
"Stop Ivan dan kalian semua!" Tirta menegur dan menghentikan mereka. Sebagai yang tertua, tentunya Tirta harus bisa mengambil sikap.
"Waduh- waduh pada kenapa nih" David bergabung dengan mereka.
David melihat ekspresi wajah Malika yang menahan kesal. Beberapa wajah lainnya juga tampak aneh.
David mendapat penjelasan dari Genta yang sedari tadi hanya makan tenang dengan Nora. David hanya tersenyum melihat tingkah para karyawan masa percobaan ini.
"Saya harap kalian semua bisa saling menghargai dan menghormati ya!" perintah David, Namun ucapannya tampak tak berguna.
"Saya tahu kalian ingin menjatuhkan satu sama lain. Saya gak munafik, karena saya bilang bisa saja ada yang gagal nantinya. Tapi, yang harus kalian ingat, jika kalian bisa meningkatkan performa Tim maka bukan tidak mungkin kalian semua diterima"
Setelah mendengar penjelasan David, barulah mereka semua menapakkan wajah lega. Agatha juga ikut mengangguk seolah bukan ia penyebab mereka bersitegang.
***
Di Toilet...
Agatha dan Ratu mengobrol di depan cermin.
"Si Malika itu beneran gak tahu diri ya Ratu"
"Maksud kamu apa Agatha"
"Iya, jelas-jelas kita ngomongin temannya yang gendut itu. Terus dia ikutan ya pantas lah diejek Kecap sama si Jagad. Mereka itu cocok temenan sama-sama punya tubuh yang pas-pasan" terang Agatha.
"Jangan gitu Agatha, ntar kalau di dengar sama orang lain gimana" Ratu khawatir.
"Gak ada orang kayaknya Ratu, kamu gak usah takut"
"Tapi kasian mereka kalau masih kamu omongin"
"Mereka itu udah jelek gak sadar diri sih Ratu, aku kan kesel. Kamu gimana?"
"Gimana apanya?"
"Kamu ngelihat mereka tadi gimana?"
"Menurut aku, mungkin Oceana harus bisa ngejawab sih, ya walaupun pertanyaan Jagad itu terkesan biasa. Tapi kan dia cuma mau saling mengenal" ujar Ratu.
"Tuh kan, padahal tinggal jawab aja. Eh pakai acara geleng-geleng kepala. Terus Si Malika kecap itu juga ikutan lagi. Memang gak tahu diri"
Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka dari pintu ketiga. Malika keluar dari sana, dikuti pintu sebelahnya, Oceana ikut keluar. Dengan tak tahu malu dan tanpa permintaan maaf sedikitpun mengatakan hal itu wajar saja Malika dan Oceana merasa marah.
Tanpa sepatah kata, Malika berjalan keluar. Oceana hanya mengikuti dari belakang. Di jalan keluar, Malika melihat tong sampah yang penuh. Ia lalu mengambilnya.
"Buat apa Lika?"
"Buat nunjukin sama Agatha, siapa yang lebih pantas tau diri sama sikap" Malika berjalan kembali ke Toilet diikuti oleh Oceana.
"Ini buat mulut kotor Lo" Malika membuang isi tong sampah yang ia ambil di dekat pintu masuk Toilet.
Ratu mulai pucat pasi, takut dengan kemarahan Malika. Sementara Agatha, ia langsung berteriak jijik dengan bajunya.
"Apa-apaan nih Malikaaaaa kecappp busuk" teriak Agatha kencang.
"Lo yang sampah busuk. Penampilan?. Penampilan Lo bilang. Mau secantik apapun juga kalau hatinya iblis tetap gak guna,"ujar Malika.
"Aaaaaaaaaaa" Agatha melihat alat pel yang berada di sudut.
Saat akan memukul Malika, Oceana langsung sigap menahan tangkai Pel.
"Lepasin Gendutttt !" Agatha marah.
"Gendut?" Oceana menahan emosi dan juga masih menahan tangkai Pel.
"Ratu tolongg!" Agatha memanggil Ratu.
Saat Ratu membantu memegang tangkai Pel. Malika langsung menarik rambut Ratu.
"Aaa sakit lepasin aku Malika!"
"Enggak Lo mau ngapain hah"
"Cuma mau nolong Agatha Kasian"
"Oceana juga kasian tahu" Malika terus menjambak rambut Ratu.
Ratu yang tak tinggal diam lalu membalas menjambak rambut Malika. Jadilah mereka saling jambak-jambakan. Sementara itu, Oceana berhasil merebut tangkai Pel dan meletakkannya.
Saat Agatha ikutan untuk menjambak Rambut Malika. Oceana yang awalnya tidak mau bertengkar jadi ikutan menjambak rambut Agatha.
dan jadilah mereka berempat saling berpasangan untuk menjambak rambut satu sama lain. Karyawan yang mau masuk Toilet melihat pertengkaran hebat mereka dan segera melapor pada yang lain.
" Kalian berhenti!!"
Suara menggelegar David membuat pertengkaran itu berhenti. Beberapa karyawan bahkan berkerumun melihat apa yang terjadi. Beberapa bahkan mengambil potret mereka.
"Kalian berempat ikut saya!"
David menyuruh mereka ke kantor mereka. Sambil menutup wajah, Mereka berempat hanya bisa mengikuti David.
***
Brukkk.... Kertas file dihempaskan ke meja.
Wajah David memerah. Ia melihat semua anggota karyawan masa percobaan yang dipimpinnya sudah tertunduk.
"Barusan saya bilang, Langsung kalian lanjut di Toilet. Apa ucapan saya kalian anggap angin Lalu?" David masih murka.
Tirta mewakili mereka semua meminta maaf. Namun David tampak belum puas.
"Kalian berempat kena pengurangan poin 3 " David mulai perlahan tenang.
"Jangan Pak" Agatha memelas.
"Siapapun yang terkena pengurangan poin terbanyak, bisa jadi didepak dari Tim dan Perusahaan ini. Kalaupun tidak, saya yang akan langsung memecat kalian, " jelas David.
"Tapi Pak" Malika ikut interupsi.
Tapi ternyata, itu hanya kesempatan yang diberikan David karena mereka Baru hari pertama. Jika terulang, mereka akan langsung dikeluarkan.
"Sekarang kalian berempat boleh pulang. Renungkan kesalahan masing-masing!. Kalau besok kalian masih terlibat pertengkaran. Jangan harap dapat belas kasihan dari saya lagi" David kembali ke mejanya.
Suasana tenang untuk beberapa saat. Oceana, Malika, Ratu, dan Agatha merapikan barang-barang mereka dan segera pulang.
Sebelum pulang, tak lupa mereka saling berjanji untuk tidak berkelahi dan memulai pertengkaran lagi. Layaknya Anak SD sehabis bertengkar, tampaknya mereka sadar akan kesalahan.
"Kasian banget Ratu, padahal dia gak ngapa-ngapain, gara-gara nolong Agatha yang mulutnya lemes jadi ikutan kena deh sama duo bar-bar Ocean, Malika" Ivan berbisik pada Tirta.
"Kamu mau ikutan, jangan sembarang menyimpulkan. Udah jelas mereka sama kena" Tirta mengetik di komputernya.
Karena Tirta tidak asik diajak bergunjing. Ivan berbisik pada Jagad.
Karena David lagi sensi. Ia tak mau ada suara sedikitpun. Membuat Jagad dan Ivan saling berkomunikasi lewat Pesan Chat.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments