Aku Bisa Tanpamu

Aku Bisa Tanpamu

Siapa wanita itu?

Seperti biasa, setiap sore hari menjelang malam aku memasak untuk makan malam keluarga ku dan sebentar lagi mas Deni akan pulang dari kantor.

Mas Deni punya jabatan lumayan tinggi di kantornya sebagai General Manager di sebuah perusahaan besar. Dia laki-laki yang mapan juga tampan. Aku sangat beruntung karena menjadi istrinya, padahal dia bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan cantik dari pada aku. Ya, meskipun aku juga gak jelek-jelek amat.

Seperti biasa aku memasak masakan kesukaan mas Deni, ibu dan Sinta. Aku menikah dengan mas Deni sudah empat tahun lebih dan sudah di karuniai seorang putri cantik bernama Alula Putri.

Setelah hidangan aku susun di meja makan dan aku bergegas untuk mandi agar saat suamiku datang aku tak di marahi lagi karena bau dapur dan asap yang akan menggangu pemandangannya. Sudah beberapa tahun ini mas Deni sering mengeluh dengan penampilan ku.

Tapi baru saja aku melangkah untuk mandi ibu sudah memanggilku, langkah ku hentikan dan menghampiri ibu.

"Iya bu, kenapa?" Tanyaku.

"Rin, buatin ibu susu cepetan gak pake lama!" Ujarnya dengan nada ketus. Aku mengangguk dan kembali ke dapur membuatkan susu untuk ibu.

Mudah-mudahan mas Deni tidak keburu datang sebelum aku bersih-bersih dulu dan tidak membuatnya marah karena penampilanku.

Aku tidak mengerti kenapa mas Deni sering sekali mengomentari penampilanku yang katanya tidak bisa merawat diri. Bagaimana aku mau merawat diri sehari-hari aku bekerja dari pagi sampai sore bahkan sampai malam, belum lagi ibu dan sinta yang kerap menyuruhku ini itu ingin di layani.

Dan mas Deni pun tak pernah memberiku uang lebih untuk merawat diri, tapi dia selalu menuntut agar aku bisa terlihat cantik.

Di rumah ini aku selalu di perlakukan seperti pembantu oleh ibu dan adik ipar ku. Sering aku mengadu pada mas Deni tentang kelakuan mereka tapi tanggapannya malah membuatku sakit hati.

"Dia itu kan ibu aku yang melahirkan aku. Apa kamu tidak ikhlas merawat ibu aku. Keterlaluan sekali kamu merawat mertuamu saja selalu mengeluh. Aku bisa seperti ini pun karena ibu, turuti saja apa katanya!" Ucapnya kala itu dengan nada kesal.

Aku hanya bisa menghela nafas berat mendengar ucapan suamiku, padahal aku bercerita ingin dia mendengarkan keluh kesah ku dan meringankan bebanku meski tak harus menegur ibu dan Sinta tapi dia tak ubahnya seperti mereka yang tak pernah memikirkan perasaanku.

Bukannya aku tidak ikhlas tapi mereka juga tidak pernah menghargai ku, aku hanya ingin di hargai sebagai menantu dan kakak ipar tapi mereka selalu bersikap seenaknya padaku.

"Arin!!!" Teriak ibu membuyarkan lamunanku.

Aku segera menghampiri ibu dan membawa susu untuknya dan menaruhnya di meja.

Keseharian mereka di rumah hanya duduk-duduk santai dan keluar rumah hanya untuk shopping dan kumpul dengan geng sosialitanya. Jika mas Deni gajian ibu dan Sinta tak pernah lupa untuk menadah meminta uang. Ibu dan Sinta bisanya hanya foya-foya tanpa mau membantu pekerjaan rumah. Entahlah mas Deni selalu memberi uang lebih pada mereka untuk merawat diri. Sedangkan nafkah untukku selalu kurang, bahkan hanya untuk membelikan baju anaknya saja tidak pernah.

Padahal Sinta pun sudah lulus kuliah seharusnya dia sudah mulai mencari kerja dan tidak terus bergantung pada kakaknya. Tapi karena selalu di manja kakaknya membuatnya jadi keenakan Ongkang-ongkang kaki di rumah bak nyonya besar.

"Lelet banget sih. Ngapain aja kamu?!" Sentak ibu kesal.

"Maaf Bu, tadi aku masak air dulu jadi agak lama," jawabku sambil menaruh susu di meja.

Ibu hanya mendengus kesal dan menatapku sinis. Aku sudah terbiasa dengan sikap mereka. Baru saja aku melangkah dan akan mandi bel rumah berbunyi. Ya ampun itu pasti mas Deni aku belum mandi lagi, dia pasti marah lagi melihat penampilanku. Aku menghembuskan nafas panjang.

Aku bergegas ke depan dan membuka pintu, benar saja suamiku yang datang, tapi dia datang bersama siapa? Seorang wanita cantik dengan pakaian minim yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, wanita itu terus bergelayut manja di tangan suamiku, tapi tatapannya tajam menghujam jantungku. Siapa dia? Kenapa dia menatapku seperti itu?

Mas Deni masuk tanpa menghiraukan ku yang akan mengangkat tangan untuk menyalaminya. Dia menghampiri ibu yang sedang di ruang tv sambil menggandeng wanita itu.

"Den Ini siapa? Cantik sekali!" Tanya ibu ramah.

"Nanti aku cerita Bu. Aku mandi dulu!" Ujar mas Deni.

Sebelum melangkah ke kamar dia menyuruh wanita itu duduk bersama ibu dan mengobrol. Lalu dia melangkah ke kamar, ibu langsung mengakrabkan diri dengan wanita itu.

Aku mengikuti mas Deni ke kamar. "Maaf Tante, itu istrinya mas Deni ya?" Tanya wanita itu pada ibu sambil dagunya mengarah kepada ku.

"Udah gak usah di pikirin. Toh dia juga bakal di cerain Deni." Jawab ibu sambil tersenyum miring ke arahku.

Aku menggelengkan kepala. Kenapa ibu bicara seperti itu? Segitu bencinya dia padaku. Apa salahku? Padahal aku selalu berusaha menjadi menantu yang baik untuknya tapi tak pernah sedikitpun ibu menghargai ku sebagai menantunya. Aku segera menyusul mas Deni.

"Mas!" Panggilku saat dia sedang melepaskan pakaiannya.

"Hm.." Jawabnya singkat.

"Wanita itu siapa? Kenapa kamu membawa wanita lain ke rumah kita?!" Tanyaku penasaran.

Mas Deni terdiam dan menatap dingin ke arahku. Lalu dia memperhatikan tubuhku dari atas sampai bawah. Ah aku tau dia pasti marah lagi karena aku tidak segera mandi dan membersihkan diri. Tapi kali ini dia terdiam tanpa mengomentari apapun tidak seperti biasanya.

Biasanya dia akan marah dan memaki-maki aku karena penampilanku yang membuatnya muak terkadang dia suka mengatakan aku lebih mirip pembantu daripada istri. Tapi kali ini kenapa dia terdiam, apa yang terjadi? Apa dia sudah menerima aku apa adanya? Aku hanya bisa menerka. Tapi entah kenapa perasaan ku tidak enak, semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.

Setelah melepaskan semua pakaiannya, dia berlalu ke kamar mandi dan terdengar suara guyuran shower beradu dengan lantai. Aku memunguti pakaian mas Deni dan menaruhnya di keranjang baju kotor. Lalu aku duduk di tepi ranjang menunggu mas Deni selesai mandi.

Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya mas Deni keluar dari kamar mandi menggunakan handuk dari pinggang sampai betisnya. Aku sudah menyiapkan pakaiannya seperti biasa.

"Mas, siapa wanita itu??"

bersambung..

Terpopuler

Comments

Sunarti

Sunarti

suami yg tak punya akhlak dan rasa kasian sama istri

2022-12-06

1

Tari

Tari

Nyimakkk 😊

2022-04-09

1

Rahayu Ayu

Rahayu Ayu

Kayaknya seru ni

2022-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!