“Siapa Ayah dari anak yang kau kandung?”
Adara terdiam, ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Adara tidak mungkin mengaku pada Damian bahwa ia tidur dengan 4 laki laki.
“Katakan Adara! Laki laki tersebut harus bertanggung jawab!” Damian semakin meninggikan suaranya, ia geram lantaran Adara masih saja bungkam.
Adara menggelengkan kepalanya, ia menangis. “aaku tidak tahu.. aku tidak tahu siapa Ayah dari anak yang ku kandung.”
“Apa maksud mu hah?!” Damian menggebrak meja di hadapannya, “Apa kau tidak tahu siapa laki laki yang meniduri mu?! Kau ini bodoh atau tidak punya otak?!”
Biasanya disaat seperti ini Clara selalu berusaha menenangkan Damian dan berusaha untuk membebaskan Adara dari amukan Damian tapi kali ini Clara hanya diam. Putri nya itu memang bersalah.
“Aku tidak tahu Pa.. Ma.. maafkan aku..”
Damian masih tidak bisa menenangkan dirinya, ia benar benar marah. Ia pergi meninggalkan putrinya itu begitu saja, Damian tidak ingin berakhir menyakiti Adara karna emosi nya.
“Damian..”
Clara mengikuti Damian, mengusap bahu suami nya itu lembut. Berusaha menenangkan Damian yang masih emosi.
“Aku gagal.. aku gagal menjadi seorang Ayah, aku gagal menjaga putri ku sendiri..” bahu Damian bergetar, ia tidak sanggup menahan tangis nya. “Selama ini aku sudah berusaha sekuat yang ku bisa untuk menjaga nya tapi aku lalai, ini semua salah ku..”
Clara ikut meneteskan air mata melihat suami nya itu menangis, Clara membawa Damian ke dalam pelukannya. “Ini bukan salah mu Damian, jangan salahkan dirimu.”
“Ini memang salah ku Clara, aku yang tidak becus sebagai Ayah menjaga putri kita.”
Damian merasa sangat tersiksa, hal yang sangat ia takutkan terjadi.
Sejak Adara lahir ke dunia ini, Damian selalu merasakan firasat buruk, Damian selalu teringat hal hal buruk yang pernah ia lakukan di masa lalu.
Karna hal itu lah Damian menjadi sangat protektif terhadap Adara, karna Damian tidak ingin terjadi sesuatu kepada putri nya itu.
“Ini semua bukan salah mu, kau sudah berusaha sekuat mu untuk menjadi Ayah yang baik.” Clara melepaskan pelukannya dan mendongak, menghapus air mata di pipi Damian. “Ini bukan salah mu, okay?”
Damian menganggukkan kepalanya sejenak sebelum akhirnya ia kembali memeluk Clara, membenamkan wajahnya yang basah akan air mata ke leher Clara.
***
Adara mendengar semuanya, ia mendengar tangisan kedua orangtuanya.
Adara menyesali kebodohannya, seandainya ia tidak keras kepala dan pergi ke tempat itu semuanya tidak akan jadi seperti ini.
Adara berlari masuk ke dalam kamar nya, ia melangkah menuju balkon dan menangis disana. Ditemani dingin nya angin malam.
“Kau baik baik saja?”
Adara tersentak, ia menoleh dan mendapati Markus tengah berdiri disana. Di balkon kamar Markus sendiri.
Karna rumah mereka yang bersebelahan, balkon rumah mereka pun tidak jauh, Adara menyesal menangis di balkon hingga terlihat menyedihkan di depan Markus seperti ini.
“Kau baik baik saja?” Markus mengulang pertanyaan nya.
Adara hanya bisa menganggukkan kepalanya, Adara sedang tidak ingin bicara.
“Aku sudah tahu tentang permasalahan mu, aku mendengarnya dari Viola.”
Adara merutuk dalam hati, ia baru teringat dengan adik perempuan Markus, Viola yang berkuliah di kampus yang sama dengan dirinya.
“Kenapa kau mau mengejek ku?” Adara menatap sinis Markus.
“Kenapa kau selalu berpikiran buruk terhadap ku? Aku hanya ingin membantu mu.”
Adara tersenyum sinis, “Membantu apa?! Kau tidak perlu ikut campur, masalah ini bukan urusan mu!”
Markus menganggukkan kepalanya, “Baiklah, kalau kau tidak butuh bantuan. Aku hanya merasa kasihan padamu, karna Viola bilang berdasarkan gosip yang tersebar di kampus kalian, kau itu hamil dengan laki laki yang tidak bertanggung jawab dan kau menjebak sahabat mu sendiri supaya kau bisa melimpahkan kesalahan itu kepada sahabat mu itu.”
Adara mengepalkan tangan nya, gosip itu tidak benar. Entah siapa yang tega menyebar gosip seperti itu.
“Itu semua tidak benar! Aku tidak menjebak siapapun! Justru aku korban nya disini!”
Markus kembali menganggukkan kepalanya, “Karna itu aku ingin membantu mu Adara.. kau bisa mengatakan pada mereka bahwa aku lah Ayah dari anak yang kau kandung itu dan menikah lah dengan ku, Adara.”
“Kau gila ya?!”
“Ya, sebut saja aku gila. Tapi aku tidak bisa melihat mu menderita seperti ini, bagaimana pun kau itu adalah sahabat ku, meski kau tidak pernah menganggap diriku sebagai sahabat mu. Aku tidak ingin kau terluka Adara, biarkan mereka melempar semua kesalahan ini kepada ku.”
Adara menggelengkan kepalanya, “Kau gila.. kau benar benar sudah gila.” Adara masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu balkon rapat rapat.
Markus benar benar sudah gila.
***
Sudut bibir Markus tertarik membentuk sebuah seringai.
Sedikit lagi.. tinggal sedikit lagi maka semua rencana nya akan berhasil.
Hanya tinggal sedikit lagi, saat Adara menyetujui tawaran nya, dan saat pernikahan dirinya dan Adara di tetapkan nanti.
Markus akan melarikan diri, pergi dan tidak akan pernah datang ke acara pernikahan itu, sengaja agar Adara dan keluarga nya malu.
Adara harus merasakan penderitaan yang ia rasakan.
“Dulu kau menghina ku anak haram bukan? Lihat sekarang siapa yang memiliki anak haram.”
***
Aaron berbaring di ranjang nya menatap langit langit kamar dengan pandangan kosong.
Aaron tengah memikirkan Adara, Aaron tidak tega melihat Adara di permalukan di kampus mereka, bahkan gosip tidak baik pun semakin menyebar.
Ketiga teman nya pun justru terlihat masa bodo dengan penderitaan yang Adara alami, padahal dahulu mereka semua selalu saling peduli, tapi kenapa semuanya jadi seperti ini?
Aaron merasa janggal, semabuk apapun mereka. Bagaimana bisa mereka meniduri Adara secara bersama sama dan serentak lupa ingatan, Aaron merasa semua itu seolah olah di sengaja.
Tapi tidak mungkin Adara pelakunya. Adara tidak mungkin menjebak teman nya sendiri demi melindungi dirinya, Adara tidak sejahat itu.
Adara memang keras kepala tapi Aaron tahu Adara tidak sejahat itu.
Lalu kalau bukan Adara, siapa?
Tapi jika seandainya memang benar ia dan sahabatnya telah meniduri Adara, lalu bagaimana nasib Adara? Ketiga sahabatnya yang lain tidak ada yang ingin terlibat, semuanya melarikan diri dari tanggung jawab.
Harus kah Aaron yang mengambil tanggung jawab tersebut? Meski anak yang Adara kandung tersebut belum tentu anak nya.
Tapi Aaron tidak bisa melihat Adara menderita sendirian, mungkin teman teman nya yang lain bisa melakukan hal seperti itu karna mereka tidak memiliki perasaan yang sama seperti Aaron.
Aaron memiliki perasaan lebih terhadap Adara, lebih dari perasaan sayang terhadap teman.
Apakah ini kesempatan bagi Aaron untuk bisa hidup bersama Adara, seperti apa yang telah ia impikan selama ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Winda Salim
ini tuh kaya karma soalnya dulu kan clara hamil di luar nikah juga
2021-06-11
0
Nurjanah
plis aeron selamatkan adara
2021-03-30
1
xk_ekga
maju aaron
2020-10-04
1