Adara terbangun dalam keadaan shock, bagaimana tidak? Ia terbangun dengan kondisi tubuh telanjang bulat, bukan hanya itu tapi ia tidak sendirian melainkan ada ke empat sahabatnya juga yang sama sama telanjang seperti Adara.
Adara menggelengkan kepalanya, ini semua pasti tidak nyata. Ini semua pasti mimpi atau efek halusinasi karna Adara telah banyak minum semalam.
Adara mencoba mengedip ngedipkan matanya namun semuanya tidak ada perubahan, keadaan nya tetap sama. Justru Adara semakin dibuat panik lantaran saat ia mencoba untuk bergerak ia merasakan rasa sakit di bagian bawah tubuhnya.
Rasa sakit itu lah yang membuat Adara tersadar bahwa ini bukan lah mimpi ataupun halusinasi. Semuanya benar benar terjadi.
***
“Shit! Kenapa kita semua bisa telanjang seperti ini?!” Teriakan Aaron itu membuat tidur Hans, Geovan dan Rome terganggu. Namun tak lama kemudian reaksi mereka tak ada beda nya dengan reaksi Aaron, bahkan mereka menatap Adara dengan tatapan horor.
“Tolong katakan padaku bahwa kita tidak melakukan yang tidak tidak semalam, dan kita bisa bertelanjang seperti ini itu karna kalah bermain game. Ayo cepat katakan!”
Adara menatap Rome dengan mata merah nya, ia sudah lelah menangis. “Apa yang harus ku katakan pada orangtua ku nanti?”
“Kita tidak mungkin melakukannya semalam, tidak mungkin! Gila! Aku tidak bisa mempercayainya!” Aaron yang baru mengenakan boxer nya itu menggelengkan kepalanya mengelak, “Kita ini bersahabat, tidak mungkin kita segila itu!”
“Tapi kita mabuk berat semalam Ron, aku bahkan tidak ingat apa apa tentang semalam, hal terakhir yang ku ingat hanya lah menari di lantai dansa bersama kalian.” Hans bicara sembari memijit pelan keningnya, ia benar benar tidak bisa mengingat dengan jelas apa saja yang terjadi semalam.
Rome menganggukkan kepalanya setuju, “Aku pun tidak bisa mengingat apapun selain kita pergi bersama ke lantai dansa, aku seolah olah merasa ingatan ku sengaja di potong.”
Geovan menghela nafas berat, “Bukan itu yang jadi permasalahan nya sekarang ini.” Geovan bangkit dan memberikan pakaian kepada Adara yang masih terbalut selimut saja.
“Yang jadi permasalahan disini adalah Adara, kita ini laki laki.. kita tidak kehilangan apa apa dan tidak dirugikan tapi Adara, dia perempuan, dia baru saja kehilangan keperawanan nya dan itu karna kesalahan kita.”
Ucapan Geovan tersebut membuat mereka seketika menoleh kearah Adara, menatap wanita itu dengan tatapan cemas.
“Kau baik baik saja Ra?” tanya Hans memperhatikan raut wajah Adara, Adara saat ini sungguh sangat berantakan. Mata nya memerah karena tangis.
“Maafkan kami..”
***
Adara pulang ke rumah nya diantar oleh Aaron, dan Aaron sempat menawarkan diri untuk ikut masuk ke dalam membantu Adara menjelaskan semua nya kepada Ayahnya namun Adara menolak.
Mereka semua sudah sepakat, sepakat untuk menganggap tidak terjadi apa apa diantara mereka semua, persahabatan mereka akan tetap sama. Tidak akan ada yang berubah.
Lagi pula tidak ada yang mengingat kejadian itu satupun, jadi lebih baik mereka menganggapnya tidak pernah terjadi.
Meski Adara disini yang dirugikan tapi Adara tidak tahu harus bagaimana lagi, memaksa mereka bertanggung jawab pun tidak mungkin. Adara tidak mungkin menikahi ke empat nya, jika membebankan nya kepada satu orang saja maka tidak adil kepada yang lain, Adara bingung.
Adara juga tidak ingin orangtua nya tahu jadi lebih baik lupakan kejadian itu dan anggap semuanya sebagai angin lalu.
Sesaat Adara masuk ke dalam rumah ia langsung mendapat tamparan di pipi oleh Ibu nya.
“Dari mana saja kamu hah?!”
Adara mengusap pipi nya yang terasa nyeri, ia melihat kemarahan di wajah Clara, betapa emosi nya Ibu nya itu.
Adara tahu bahwa Clara berhak marah terhadap dirinya. Adara harus menerima amukan dari kedua orangtuanya nya malam ini, dan juga mengarang kebohongan untuk menutupi apa yang sebenarnya telah terjadi.
***
1 bulan berlalu, semuanya berjalan dengan baik.
Persahabatan Adara tetap baik baik saja, hubungan Adara dengan orangtuanya pun sudah membaik.
Namun ketenangan Adara tidak bertahan lama, semua nya berubah menjadi masalah besar ketika Adara menyadari bahwa ia telat datang bulan.
Ia belum juga datang bulan, dan tubuhnya menunjukkan tanda tanda seperti orang hamil. Adara selalu merasa tubuhnya melemah, ia sensitif terhadap bau bauan dan Adara pun selalu muntah muntah setiap pagi.
Semua gejala itu membuat Adara takut, Adara takut jika ia benar benar hamil.
“Kau kenapa?” Rome menepuk bahu Adara, Rome tampak khawatir melihat wajah Adara yang pucat. “Kau baik baik saja?”
Adara menggelengkan kepalanya, “Rome..”
“Hmm?”
“Ku rasa aku hamil.” desis Adara pelan.
“A-apa?!”
***
“Bagaimana hasilnya?” Rome mengambil alih testpack dari tangan Adara.
Tubuh Rome mendadak lemas tak bertenaga saat melihat dua garis di testpack tersebut. “Positif.”
“Bagaimana ini Rome, apa yang harus aku lakukan. Orangtua ku pasti marah besar.” Adara mengacak acak rambutnya, ia benar benar tidak menyangka bahwa semuanya akan jadi seperti ini.
“Jadi anak siapa itu? Anak ku, Aaron, Geo atau Hans?” tanya Rome menunjuk kearah perut Adara.
Adara menggelengkan kepalanya, “Aku tidak tahu..”
“Aku akan menghubungi yang lain dulu. Kita harus membicarakan masalah ini bersama sama.”
***
“Itu sudah pasti bukan anak ku!” Hans menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa menerima berita buruk ini.
“Kau tidak bisa bicara seperti itu Hans, kau juga terlibat malam itu. Kalau ternyata anak ini adalah anak mu kau tidak bisa lari dari tanggung jawab mu begitu saja.” Aaron tidak senang melihat sikap Hans yang denial seperti itu.
“Tapi aku tidak bisa Ron! Aku punya kekasih dan aku mencintainya!”
“Itu sudah jadi resiko mu Hans, kau tidak bisa meninggalkan tanggung jawab ini sendiri pada Adara!”
“Kalau begitu kau saja yang menikahi Adara! Kau juga kan tidur dengan nya malam itu, aku tidak ingin terlibat. Aku masih ingin hidup dengan tenang!” Hans masih emosi, ia pergi meninggalkan ke empat sahabatnya itu begitu saja.
“Tenanglah Aaron, kita tidak bisa menghadapi ini semua dengan emosi. Kita harus memikirkan langkah terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.” Geovan menepuk bahu Aaron berusaha menenangkan sahabatnya itu.
“Tapi Hans ada benarnya, kita ini masih kuliah. Kita bisa di keluarkan dari kampus jika mereka tahu tentang masalah ini. Hidup kita bisa hancur.” Rome yang sejak tadi diam mulai angkat suara, ia menggerakkan gerakkan tangannya gelisah. “Bagaimana kalau kau gugurkan saja bayi itu Adara?”
“A-apa?! Gugurkan?!”
Rome menganggukkan kepalanya, dan pada saat itu juga Aaron melayangkan pukulannya tepat ke pipi Rome.
“Kau gila hah?!”
Rome mengusap pipi nya yang terasa nyeri karna pukulan Aaron, mata Rome memerah menahan tangis. Bukan tangis sakit karna pukulan Aaron melainkan tangis karna Rome tidak bisa apa apa, ia frustasi.
“Lalu kita harus bagaimana?!”
“Kita harus bertanggung jawab, kita harus menunggu hingga kandungan Adara siap untuk melakukan tes DNA. Dan saat hari itu tiba kita akan mengetahui siapa diantara kita berempat yang merupakan Ayah biologis dari janin tersebut, dan jika salah satu dari kita terbukti adalah anak dari janin tersebut maka orang tersebut harus bertanggung jawab.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
ika
jawaban yg bijak
2022-07-12
0
Fa Rel
menjijikan digilirrr
2022-02-28
0
nil
hmmmh
2021-11-25
0