Cinta Harus Memilih
Tiin..tiin..tiin
Farada, si gadis manis yang hidup dengan keceriaannya menembus pasar rakyat, Ia beberapa kali membunyikan klakson motor matic nya membelah kerumunan orang - orang yang lalu lalang di area jalan pertokoan. Jalan yang seharusnya dipakai untuk pengguna kendaraan tapi sering dipakai oleh para pedagang untuk membuka lapak dagangannya, sudah berkali - kali di tertibkan oleh pihak yang berwenang, namun selalu kembali lagi ketika satuan pamong praja pergi dari area situ.
Farada, pemilik toko cake dan makanan. Tidak besar memang, tapi itu adalah miliknya sendiri, dengan modal yang dia dapat setelah perusahaan travel umroh & haji tempat dirinya bekerja dulu mem-PHK hampir seluruh karyawannya, karena sang pemilik terlibat kasus penipuan uang.
Nasibnya masih beruntung, uang pesangonnya setelah tiga tahun bekerja bisa di keluarkan, tetapi itu melalui proses penantian yang panjang, karena ketuk palu pengadilan.
Farada hidup dengan kesederhanaan, walau tingkat kasta ekonomi keluarganya termasuk di golongan menengah. Didikan dari kedua orang tua nya yang melekat erat sejak kecil. Anak kedua dari seorang ayah yang pensiunan militer, dengan pangkat Letnan Kolonel ini tak suka hura - hura atau keluyuran, Ia lebih senang menata masa depan, katanya.
Kakaknya seorang laki - laki. Telah berkeluarga dan mempunyai sepasang anak, laki dan perempuan, mengikuti jejak sang ayah menjadi anggota militer di Angkatan Darat berpangkat Kapten, dan sekarang menetap tinggal di luar kota, Yogyakarta.
Berparas manis dengan hidung mancung, berkulit putih, rambut lurus sebahu, terkesan sedikit tomboi. Maklum, didikan militer ayahnya sangat kental. Dari usia sejak SMA sampai menamatkan bangku kuliah Diploma III Perhotelan nya tiga tahun yang lalu, banyak cowok - cowok yang berusaha mengambil hatinya, merebut perhatian, namun tak pernah di gubris. Ada juga yang nekat datang ke rumah, tetapi perlahan mundur ketika bertemu dengan sang ayah yang merupakan mantan komandan pasukan khusus ini. Padahal, kedua orang tuanya ini tidak menganut paham konservatif dalam mendidik anak, tidak mengekang. Hanya ingin memastikan bahwa laki - laki itu memang disukai anaknya.
Usianya sudah memasuki 24 tahun, masih single, bukan karena ngga laku, tapi itu sebuah pilihan. Karena lebih memilih meniti karir entrepreneur nya. Menurutnya, cinta dan karir tak akan bisa berjalan beriringan, sekali lagi menurutnya sih.
"Hei Fara, udah dapat yang kamu cari tadi?", teriak seorang Ibu - ibu yang melintas memotong jalur laju motor Farada. Gadis ini kaget tetiba seorang Ibu menyebrang, dia refleks tarik rem, "aduh Ibu, ngagetin aja deh", tapi Farada ini tersenyum, "udah bu, tadi ada di los C", Farada pun kembali tarik gas motor, melaju. "Haha, maaf ya", kata Ibu -ibu itu angkat tangannya sambil berlalu.
"Nyari apa kak?", tanya seorang anak kecil kemudian, ketika Farada sampai di ujung mau menembus jalan raya, "Ehh..Tika, ini kakak nyari bahan makanan untuk pesanan besok, kamu dari mana?", Farada menghentikan motornya dan mengusap kepala gadis kecil itu, dan memberi uang 5 ribuan. "Makasih kak Fara", ucapnya girang. "Iya, kakak langsung ke toko yaa", pamitnya pada anak kecil tersebut tanpa menunggu jawaban.
Begitulah rutinitas Farada sehari - hari. Terkadang dua hari atau tiga hari sekali dia selalu masuk pasar rakyat ini untuk mencari bahan - bahan makanan pesanan yang akan di olahnya.
***
"Udah siap mbak Dian?", tanya Farada ketika baru sampai di toko pada salah satu karyawan katering nya. "Yang buat Manager kantor DomTrav itu ya Kak? udah tuh, tadi mau di anterin Retno aku bilang tunggu Kak Fara dulu, ya kan?".
"Ho oh, biar aku aja", Farada melirik jam tangannya, pukul 11.15 sebentar lagi jam makan siang karyawan kantoran.
Dian berjalan menuju rak boks makanan yang sudah siap kirim untuk beberapa pesanan dan memilih satu nama kemudian memberikannya pada Farada. "Aku langsung berangkat ya", ucapnya sambil meraih kantong boks dan berlalu dari situ. "Kak, jangan lupa kalo ketemu yang ganteng, kaya, baik hati dan tidak sombong, titip salam dari aku yaa...hihi", suara teriakan Dian mengiringi langkah bosnya yang buru - buru keluar, "Dihh..", Farada melengos berlalu, "Yang ada gue duluan kalii..!".
Memang, khusus pesanan Manager perusahaan DomTrav itu, Farada dengan senang hati turun tangan langsung mengantarkannya. Bukan karena dia kasihan pada anak buahnya atau irit biaya bayar kurir, bukan itu!. Berawal dari satu bulan yang lalu, ketika ada order dari perusahaan DomTrav yang mendadak, anak buahnya yang khusus bertugas mengantar makanan ada tiga orang tersebut tidak ada, dua orang sedang keluar kirim pesanan dan satu orang lagi izin tidak masuk. Alih - alih agar tidak mengecewakan pelanggan, justru Farada jadi senang bertemu dengan Manager yang ganteng, masih muda tapi irit bicara. Dingin sih..tapi gue sukaakk jeritnya dalam hati
Farada bukan gadis yang mudah suka atau jatuh cinta, sulit di 'taklukan' malah. Tapi sekalinya serr di hati pada seseorang, Ia merasa cowok - cowok yang lain itu jadi jelek semua dan tidak menarik di matanya, pikirannya akan tertuju terus. Padahal, Manager itu bersikap biasa aja loh!.
Tetap dengan keceriaannya, Farada sambil bersiul - siul kecil melajukan motor matic nya menuju kantor DomTrav yang hanya berselang 15 menit dari toko nya. Setelah memarkirkan kendaraan, Ia harus berjalan lagi naik lift ke lantai 9 ke tempat perusahaan yang bergerak di bidang properti tersebut. Mulai dari halaman parkir sampai dalam gedung, Farada harus banyak - banyak senyum, pasalnya, wajahnya yang imut cantik sangat mudah di kenali, terutama kaum hawa yang menyapa. Tapi, dia tak pernah terlihat angkuh, tetap ramah membalas sapaan, walau itu tukang parkir sekalipun.
Jika di bilang "kamu itu cantik looh..", Ia akan selalu menjawab, "masa sih..?", sambil mencari kaca, apa bener gue cantik? ahh biasa aja , dan melengos berlalu.
Farada tak lupa untuk meninggalkan tanda pengenal di lobi untuk di tukar dengan kartu pengunjung yang harus di sematkan di dada. Setelah sampai di lantai 9, dia sudah tak sabar untuk melihat sang pujaan hatinya itu. Ia ketuk pintu kaca kantor, "permisi mbak, mau antar makanan buat pak Restu Mapendra", ucapnya dengan suara pelan pada resepsionis, "Oh iya mbak Fara, silahkan langsung seperti biasa".
"Trima kasih".
Farada lalu memberikan makanan tersebut pada sang sekretaris. Artika, sekretaris Restu menerimanya dan langsung masuk menuju ruangan sebelah yang hanya di batasi oleh kaca. Farada tidak langsung pergi, seperti biasa Ia akan memperhatikan dari luar sang pujaan hatinya tersebut.
Farada senyum - senyum simpul, pujaan hatinya itu akhir - akhir ini sering mengganggu pikirannya. Sambil berandai - andai, Ia bermain dengan pikirannya. Restu sang Manager bukannya tak tahu kalau Farada ini sering memperhatikannya dalam diam, tapi Ia mengabaikannya. Beberapa kali dia memergoki Farada sedang memandangi dirinya sambil senyum sendiri, dih..cantik - cantik gila kali yah? ucapnya dalam hati.
Farada, walau dipandangi dengan acuh, di abaikan seperti itu, tak peduli. Boleh dong, cinta dalam hati? ucapnya menghibur diri.
.
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
C I W I
lanjutttt Thor.. mantap
2023-01-03
0