"Pah, mama lama - lama jadi pusing sendiri deh", tutur Mama Farada di malam hari, selepas acara makan malam. Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menonton televisi. "Pusing kenapa mah?", Papa Farada menghentikan kegiatan baca bukunya dan menatap istrinya tersebut. "Ini...si adek", sang Mama mengarahkan mukanya ke arah pandangannya ke Farada. "Loh, kok aku ma?", Farada spontan juga hentikan aktivitasnya yang sedari tadi senyam - senyum lihat ponsel, Ia sedang browsing instagram, entah akun siapa. "Iya, akhir - akhir ini, ada aja cowok yang datang ke rumah, nyari kamu".
"Kayak orang hilang aja pake di cari - cari", jawab Farada cuek. "Kamu ini, mama serius ngomongnya dek, becanda aja deh!", tegur Mamanya sambil melotot. "Iya mamaa, maap...siapa yang nyari anak mama yang cantik inii", Farada kemudian duduk dekat mama dan gelayut manja di bahu. "Ituu..siapa sih namanya tadi", sang mama berpikir sejenak, "Aa..Andrian, ya..Andrian namanya, dia udah berapa kali datang, udah tiga kali. Cuma mama lupa ngasih tau kamu".
"Ooh, kirain siapa, biarin aja kalo gitu mah", Farada tak ingin tahu lebih banyak lagi tentang cowok itu, Ia beringsut kembali ke tempat semula duduk. "Siapa dia itu dek?", kali ini sang papa angkat bicara. "Bukan siapa - siapa pah, dulu satu kampus, terkenal sebagai playboy kampus", jawab Farada datar sembari buka ponselnya kembali.
"Tapi, mama liat orangnya sopan kok dek, mungkin dulu sifatnya begitu, sekarang udah dewasa kali". Farada menengok ke arah mamanya, "dia emang sopan dari dulu mah, terlihat santun kan kalo ngomong?", Farada menjeda kalimatnya, meletakkan ponselnya di meja, "justru itu senjatanya untuk menarik para cewek - cewek, di bikin nyaman trus di tinggal deh".
"Dulu kamu suka sama dia?", papanya menimpal omongannya. "Nggaklaah, dia malah yang ngejar - ngejar adek dulu, tapi adek nggak nanggepin, malesin!".
Papanya manggut - manggut, "trus, siapa yang kamu suka? ada?".
"Nggak ada pah?", tapi matanya menerawang keatas, membayangkan seseorang. "Halah, lagakmu itu...muka kamu itu nggak bisa boong dek!", mamanya pun tak percaya, langsung menimpal omongannya. "Apaan sih mah, udah ah, ngapain bahas cowok deh", Farada malu ketahuan. "Yaa..muka kamu biasa aja dong, nggak usah memerah begituu", mamanya berusaha mencolek pinggangnya, Farada beringsut menjauh. "Ehh..siapa orangnya dek?", goda sang mama kembali. "Ihh mama, udah ah..nggak ada", jawab Farada pura - pura marah, tapi tetap mukanya makin berubah dari merah ke warna pink.
"Tapi, kamu nggak boleh pacaran loh dek, kalo bisa langsung nikah aja, umur kamu udah mau masuk 24 tahun loh!", tegas papa dengan wajah serius.
"Belum mau nikah papaaa, adek mau bangun karir dulu, nyari duit duluu", kecuali oleh...(dalam hatinya), "..ehh iya", Farada teringat sesuatu, "Pah, sewa ruko itu kok aku nggak di tagih - tagih sih?", ucapnya mengernyitkan dahi, maksud hati ingin mengalihkan topik pembicaraan.
Farada dalam menjalankan usahanya menyewa sebuah ruko tiga lantai di bilangan kota, ruko kepunyaan papa nya sendiri. Farada bersikeras ingin menyewanya walau orang tuanya bilang itu tidak perlu, karena memang nanti akan menjadi kepunyaan anak nya itu sendiri.
"Oh iya, lupa papa?", sang papa pura - pura lupa sambil menepuk keningnya, "yaudah mana? dua bulan kan yah?", si papa langsung menadahkan tangannya ke Farada.
"Hehe..belum cukup pah, kemarin ke pake terus", jawab Farada mesem-mesem.
"Huuu...lagakmu ini", tangan papanya bergerak seolah ingin menyentil telinganya. "Makanya, kan papa udah bilang, nggak usah pake sewa - sewaan segala, itu kan juga punya kamu papa beliin".
"Iya, tapi kan yang namanya warisan itu kalo orang tua udah nggak ada, baru adek punya hak milik, lagian aku nggak greget usahanya pah, kalo dikasih - kasih gitu".
"Loh, itu bukan warisan maksud papa, itu papa kasih buat kamu dek, beliin buat kamu".
"Udah - udah, ini bapak sama anak ngapain ribut ngomong warisan sih, omongan jadi melebar kemana - mana deh", sang mama memotong perdebatan bapak - anak tersebut.
"Pokoknya, kalo ada yang datang lagi nyari kamu, adek aja yang temuin deh ke rumah, mama males!", ujar si mama sambil berlalu ke dapur, "pa...mau di bikinin teh manis nggak?".
"Gulanya dikit aja ma, ntar papa lama - lama jadi diabetes apalagi mama yang bikinin".
"Loh, kok gitu?" Herlina, mama Farada protes berbalik badan. "Iya, soalnya manisnya jadi double", Handoko, sang papa nyengir.
"Ya ampuuunn...udah mau jadi kakek - kakek masih ngegombal aja", jawab si mama, dengan muka memerah.
"Wuahahahaha...." Farada tertawa geli, memegang perut. "Ehh..kamu ini ketawanya, udah malem dek!", hardik pak Handoko. Farada spontan menutup mulutnya, "Maaf, lagian papa aneh - aneh aja, ingat umur paaa..udah tua, masih gombalin mama aja hihi".
"Justru itu dekk, kalo nyari suami itu yang selalu bikin kamu awet muda, nyari nya jangan yang kaku - kaku begitu, hari - hari kamu jadi menoton nantinya", mama Farada membawa segelas teh manis dari dapur.
"Tuh, kamu liat kan?, kena gombal dikit aja, mama kamu cepat bikin tehnya", ujar pak Handoko dengan muka konyol. "Ih..si papa ini!", sang mama melotot.
Farada mesem - mesem, "adek mau tidur duluan ya pah..mah, ngantuk aku, besok pagi mau belanja lagi". ucap Farada tanpa menunggu persetujuan kedua orangnya Ia beranjak pergi ke kamar.
***
Restu Mapendra.
Pria muda nan mapan, berusia 28 tahun. Berwajah tampan, kalem dan terkesan dingin, telah bergabung dengan DomTrav, Sebuah perusahaan asing milik negeri tirai bambu, Cina ini sudah dua tahun, dengan jabatan sebagai General Manager.
Ia hanya hidup berdua dengan ibu nya, tanpa pernah mengenal wajah sang ayah. Menurut cerita ibunya, ayahnya sudah meninggal ketika dirinya masih berada di dalam perut, tepat dua bulan sebelum Ia terlahir.
Ibunya berjuang seorang diri untuk menghidupinya, dengan membuka sebuah salon kecantikan. Dengan susah payah pula, sang Ibu berhasil menyekolahkannya sampai ke jenjang yang tinggi. Latar belakang kehidupan yang pahit tersebut, sedari remaja Restu sudah bertekad akan menjawab jerih payah sang Ibu dengan belajar tekun, hingga berhasil mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan kuliahnya di Inggris.
Ya, itulah...mengapa sampai saat ini, Ia belum menikah atau pun punya kekasih. Bukan karena tak ada yang melirik, wajahnya yang rupawan, terlalu mudah sebenarnya untuk mendapatkan itu, tapi memang keinginannya yang belum. Sampai - sampai Iin Herini, sang Ibu pusing sendiri dengan prinsip anaknya ini. "Restu, Ibu ini sudah tua nak, pengen banget menimang cucu, kapan kamu mau kenali calon mu pada Ibu?", di suatu malam minggu, Ibu Iin bertanya. Saat anak - anak muda sedang asyik bermalam minggu, di lihat anaknya malah di depan laptop, entah apa yang di kerjakannya.
Restu menghentikan kegiatannya, Ia memijit pelipisnya lelah. Perdebatan dengan Ibunya akhir - akhirnya hanya seputar itu - itu saja. Tentang kapan menikah. Seolah - olah, Ibunya adalah orang tua yang paling malang di dunia ini karena putranya tak laku-laku. "Yaa..gimana bu?, kalo nyari jodoh itu semudah menemukan kucing oren sih, aku udah menikah dari dulu, tapi memang belum ketemu yang cocok, Ibu sabar aja, nanti kalo waktunya, pasti aku menikah kok!".
Ibu Iin mendengus kesal mendengar jawaban anaknya ini, "kurang sabar gimana sih bang?, kamu itu jangan terlalu pemilih, ngga ada manusia yang sempurna kalo itu yang kamu cari. Nanti kamu keburu tua, ngga kasian apa dengan anak kamu nanti?, di saat anak baru sekolah dasar, ehh papanya sudah tua".
Restu garuk - garuk kepalanya yang tak gatal, perasaannya berkecamuk, di satu sisi Ia membenarkan perkataan Ibu nya, tapi di sisi lain sampai saat ini dia belum ketemu yang klik.
"Atau, Ibu kenali dengan anaknya langganan salon mama?, anaknya cantik loh, lulusan Australia pula, gimana?", sambung Ibu Iin kembali tanpa beri kesempatan anaknya untuk menjawab. "Duuh, Ibu nggak usah kenal-kenalin aku, aku bisa nyari sendiri!".
"Yaa kapan?, nanti Ibu kenalin aja deh!".
"Nggak usah buu...", Restu bangkit dari duduknya dan berlalu ke kamarnya untuk tidur.
"Iya..pokoknya Ibu kenalin!", nada Ibunya naik satu oktaf.
"Nggak!".
"Iya!".
-
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments