"Pak Restu, ini file yang bapak minta tadi, semua udah saya susun, tinggal bapak pelajari", ucap Artika sang sekretaris menyerahkan sebuah map berisi dokumen pada Restu. "Ini file yang buat nanti siang kan?", Restu membuka lembaran file tersebut dan melihatnya sebentar. "Iya pak, ini nanti siang yang akan kita bawa meeting dengan client".
Restu manggut - manggut mempelajarinya, "ya sudah, nanti kamu saya panggil lagi kalo ada perbaikan".
Artika ingin berlalu dari situ, tapi Ia ingat sesuatu, "maaf pak Restu, nanti jam makan siang, si Bimo mau traktir makan siang, tapi pesan makanan dari katering, dia minta izin gunakan aula kecil yang di ujung sana, boleh nggak pak?".
Restu mendongak, "asal jangan lewat dari jam satu siang loh, kamu juga ikut?". "Iya pak, soalnya semua yang di ruangan ini di traktir, termasuk bapak, gimana?".
"Saya...?", Restu menunjuk dadanya.
"Iya pak, hari ini dia ulang tahun".
"Ckk..kayak anak kecil aja pake di rayain. Ya, lihat aja nanti gimana", lanjut Restu acuh setelah itu dan kembali pelajari dokumen di depannya. "Baik pak, saya permisi". Artika pun berlalu dari situ.
***
Ruangan aula tidak terlalu ramai, hanya beberapa karyawan inti dalam satu divisi terlihat disitu. Bimo sang punya hajat traktir terlihat celingak-celinguk karena ada hal yang belum terlihat, Farada sang punya katering belum tampak.
Ya, dia memang sangat tertarik dengan gadis berparas manis tersebut. Itulah mengapa dia dengan sengaja minta tolong Artika untuk memesan makanan memakai Farada. "Tika, pak Restu jadi ikut nggak?", Bimo bertanya pada Artika yang sedang ngobrol dengan Henny bagian keuangan. "Oh tadi beliau katanya kalo sempat, hadir sih, makanannya juga udah aku pisahin tuh", Artika memberi kode dengan mulutnya.
Tiba - tiba Farada masuk sambil menenteng makanan tambahan lainnya, Ia di temani satu orang karyawan yang membawa berikut minuman dan, "maaf mbak Tika agak sedikit terlambat", katanya pada sekretaris pak Restu itu sambil membungkuk hormat dan langsung kemudian mengatur letak makanan itu berikut buah segar yang disusun sedemikian rupa dimeja. "Belum terlambat juga mbak Fara, santai aja, sebentar lagi acara makan siangnya kok!", tutur Artika ketika melihat Farada agak sedikit terburu - buru mengatur makanannya.
Farada larak lirik curi pandang ke sekeliling, tidak ada pak Restu di situ. "Hufft...", Ia menghela nafasnya, ada sedikit kecewa ketika Ia tak melihat lelaki idamannya disana. "Pak Restu sebentar lagi kok datangnya", goda Artika berbisik pada Farada. Artika tahu bahwa Farada menyukai bos mereka ini, terlihat dari seringnya pujian yang terlontar dari mulut Farada. "Hah..?", Farada membuka dan menutup mulutnya, mukanya bersemu merah ketahuan jalan pikirannya.
"Nah..itu!", bisik Artika mengarahkan mukanya ke pintu aula. Pak Restu, sang General Manager dingin ternyata bisa hadir, tadinya sempat kepikir nggak ingin bergabung, cuma jam dua nanti ada meeting dengan klien, jadi apa salahnya sambil menunggu, ikut berbaur dengan anak buahnya.
Farada terpana untuk kesekian kalinya. si tampan pujaannya hadir. Ia bermain berandai - andai dalam pikirannya, ah andaikannya...pak Restu ayah dari anak - anak gue... aihhh, sempurna rasanya, lengkap sudah hidup gue .
"Hei..senyum - senyum sendiri", teguran pelan Bimo otomatis membuyarkan semuanya. Artika pun ketawa, sedangkan Farada kembali dengan muka seperti kepiting rebus. "Ihh..apaan sih pak, ngagetin aja!", Farada merungut.
"Kok belum mulai?, jam satu sudah harus bubar dari sini loh, jangan sampai lewat", suara berat nan dingin pak Restu.
"Yaudah yuk, kita mulai aja Bim", Artika yang bertindak sebagai pembawa acara pun memulai acara kecil - kecilan ini.
Sementara, Farada sendiri perlahan berjalan ke pojok ruangan, Ia sebenarnya tidak begitu suka dengan acara - acara seperti begini, tapi karena kateringnya yang di pesan oleh Bimo melalui Artika, mau tak mau dia harus hadir. Tidak harus sih sebenarnya, Ia bisa saja menyuruh karyawannya sendiri yang mengantarkan, tapi karena perusahaan tempat pria idamannya yang order, Ia hanya ingin melihat itu.
"Nih, saya bawakan buat kamu..", suara Bimo memecah konsentrasinya yang sedang perhatikan pak Restu, menyodorkan sekotak ransum makanan. "Loh, itu kan makanan dari saya pak, nggak usah pak, saya sebelum berangkat tadi udah makan", Farada menolak secara halus, perhatiannya terpecah. "Ya, masa yang lain pada makan, kamu hanya cengok aja, ambil aja nggak apa - apa, saya kan pesannya lebih, sengaja...".
Liat pak Restu aja saya sudah kenyang pak
Farada masih menolak, tapi karena Bimo sedikit memaksa, Ia tak enak hati, akhirnya dia pun terima kotak makanan itu.
Sambil makan, Bimo berusaha terus mengajak ngobrol Farada, walau di tanggapi satu tanya satu jawaban.
"Katering kamu ini enak loh, kamu lulusan sekolah memasak?".
"Nggak pak, saya hanya hobi memasak aja", Farada menjawab agak kikuk, tapi sang mata larak lirik melihat pergerakan pak Restu yang juga sendiri menikmati makanannya. Ah...andai gue bisa masakin pak Restu tiap hari
"Tapi, kok masakannya rasanya ala - ala hotel bintang lima?", pujian sedikit bombastis dari Bimo keluar.
Cihh bisa aja tatakan somay mujinya...dalam hati Farada.
"Masa sih pak?, saya belum pernah ngerasain masakan hotel soalnya".
"Beneran loh, ntar deh kapan - kapan saya ajak deh rasain makanan hotel, pasti rasanya sama", ujar Bimo makin agresif. Dia pikir jarang - jarang dapat kesempatan untuk dekat dan bisa ngobrol dengan Farada. Gadis itu selalu menghindarinya jika dia berusaha mendekati. "Mau nggak?", lanjut ajakan Bimo.
"Ehh..oh, saya lidahnya selera warteg pak, nggak bisa masakan hotel, mules saya", jawab Farada sekenanya. Antara kesal dan terganggu karena tak bisa konsentrasi melihat pak Restu.
"Kalo gitu, kita makan di warteg aja gimana, warteg juga nggak kalah enaknya sih".
Farada garuk - garuk tengkuknya yang nggak gatal, bingung mau ngomong gimana, Ia terjebak omongan sendiri. "Mmhh..hhh, ntar deh kapan ada waktu ya pak, soalnya saya susah waktu kosong", kembali menjawab sekenanya.
"Saya tunggu waktu kamu kosong, kalo gitu, boleh minta nomor ponsel kamu nggak?".
Tiba - tiba, Artika menepuk bahu Bimo pelan, "Ini yang punya hajat malah mojok disini, gimana deh, sana kasih kata - kata apa gitu, bentar lagi selesai nih!".
Bimo kaget, "Eh iya", Bimo menepuk jidatnya, lalu terburu bergabung dengan yang lain.
"Si Bimo ngomong apa sama kamu, Fara?", tanya Artika berbisik. "Nggak ngomong macam - macam sih, cuma nanya dan muji - muji", jawab Farada polos.
"Hati - hati sama dia mah, player cap kampak!", tutur Artika kemudian. "Iya sih, keliatan dari cara ngomongnya", Farada mengangguk, meng-iyakan.
"Kalo pak Restu, udah punya istri?", tanya Farada hati - hati.
"Gimana mau punya istri, pacar aja nggak punya!", Artika menjeda kalimatnya, Ia menyeruput juice di tangan, "orangnya kayak balok es gitu, siapa yang betah?", lanjutnya kemudian.
Gue betah mbak...
"Masa belum punya pasangan sih mbak?", selisik Farada tak percaya. "Kamu mau?, orangnya dingin banget loh, kayak nggak tertarik ama perempuan, jangan - jangan belok! hihi..", Artika lalu tersadar, "Astagfirullah...maaf ya pak di gosipin!". ucapnya perlahan, "udah ah gosipnya, dosa. Kamu lanjutin makannya, sebentar lagi jam satu, acaranya bubar".
Farada tertawa sendiri dengan salah tingkahnya sang sekretaris itu, habis ngatain bosnya.
-
-
Lanjut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments