PATIH RANGGA DEWA & PANGERAN KESAYANGAN

PATIH RANGGA DEWA & PANGERAN KESAYANGAN

PERHATIAN

...***...

Pagi itu, Pangeran Arya Fusena sedang berjalan santai mengelilingi istana, sambil menggerakkan tubuh agar tidak kaku. Bisa dibilang olahraga pagi untuk orang sekarang. Dan kebetulan, saat itu Prabu Maharaja Sura Fusena sedang bersama istri serta selirnya berada di pandopo. Tapi wajahnya terlihat sangat kusut, merasa tidak senang karena ia selalu diikuti oleh keempat dayang yang mengingatkan, apa saja yang harus dilakukannya setiap hari.

"Sampurasun ayahanda prabu, ibunda ratu."

"Rampes."

"Hormat kami gusti prabu, gusti ratu."

"Kenapa wajah nanda cemberut begitu? Apa yang membuat suasana hati nanda kacau begitu?."

"Ada apa nak? Apakah nanda mengalami sesuatu? Katakan pada ibunda."

"Sepertinya nanda memiliki banyak pengikut, memangnya nanda hendak kemana? Apakah nanda mau pergi keluar?."

Pangeran Arya Fusena mendekati ayahandanya, duduk bersila dihadapan ayahandanya. Matanya juga menatap ibundanya yang ikut duduk bersama istri ayahandanya yang lainnya.

"Mohon ampun ayahanda prabu, mereka saja yang mau mengikuti nanda." Ia memberi hormat Ketika nanda keluar dari bilik? Rasanya tidak enak saja diikuti oleh mereka, nanda sangat malu dengan kanda, yunda, juga adi, karena nanda selalu saja ditempeli mereka." Wajahnya semakin terlihat cemberut, dan menundukkan wajahnya, untuk menyembunyikan ekspresinya yang tidak enak untuk dilihat.

"Ahaha! Putraku arya fusena sepertinya sangat terkenal sekali, bahkan dari kecil saja telah memiliki banyak pengawal."

"Kenapa ayahanda malah tertawa? Nanda merasa tidak enak, karena diikuti oleh mereka semua."

"Itu karena mereka semua sangat menyayangi nanda, jadi wajar jika mereka mengikuti nanda, apalagi nanda adalah pangeran kesayangan mereka semua."

Prabu Maharaja Sura Fusena dan Ratu Saraswati tertawa mendengarkan ucapan Pangeran Arya Fusena yang terlihat sangat kesal karena selalu ditempeli para dayang.

"Tapi tidak harus ikut kemana saja ayahanda Prabu, ibunda Bagaimana jika nanda mau bergerak bebas jika mereka mengikuti nanda terus."

Lagi-lagi sang Prabu tertawa melihat raut wajah kesal anaknya. "Dayang? Apakah kalian tidak punya pekerjaan lain? Selain mengikuti putraku?."

"Mohon ampun gusti prabu, tentu saja kami memiliki pekerjaan, yaitunya mengikuti dan mengingatkan gusti pangeran."

"Kenapa seperti itu?."

"Hamba mengingatkan gusti pangeran untuk makan." Dengan sangat jelas ia berkata seperti itu. "Supaya selalu bertenaga saat melakukan apa saja." Kali ini ia melihat ke arah Pangeran Arya Fusena. "Terkadang gusti pangeran selalu lupa, jika tidak diingatkan makan, hamba takut nantinya gusti pangeran sakit." Raut wajahnya malah terlihat sedih. "Jika gusti pangeran sakit, nanti hamba yang kena hukum gusti prabu."

"Jadi seperti itu? Sangat memperhatikan sekali kesehatan putraku pangeran arya fusena." Sang Prabu merasa kagum. "Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Apakah memiliki alasan yang sama?." Sang Prabu sangat penasaran.

"Hamba bertugas mengingatkan gusti pangeran latihan ilmu kanuragan, ilmu kenegaraan." Dayang kedua menjawabnya. "Supaya seimbang jika terlibat dalam urusan kerajaan nantinya gusti prabu."

"Hamba mengingatkan gusti pangeran kapan waktunya berlatih kuda gusti prabu." Dayang ketiga juga menjawabnya. "Akan malu rasanya jika seorang pangeran tidak bisa menunggangi kuda." Ia melihat ke arah Pangeran Arya Fusena. "Misalnya ketika gusti pangeran mau membawa seorang putri raja, tapi tidak bisa naik kuda? Itu sangat memalukan gusti prabu."

"Oh, benar juga itu." Sang Prabu tidak menduga dayang anaknya akan berpikiran sampai ke arah sana. "Putraku akan kehilangan wibawa jika melakukan kesalahan yang memalukan." Sang Prabu membenarkan ucapan itu. "Lalu bagaimana dengan yang lainnya?." Sang Prabu melihat masih ada beberapa dayang yang juga ikut bersama anaknya.

"Dan hamba bertugas menjaga, serta memperhatikan ketampanan gusti pangeran." Dengan penuh percaya diri ia berkata seperti itu. "Karena beliau seorang pangeran? Jadi pakaiannya harus selalu rapi, pakaian yang akan menunjukkan ketampanan seorang pangeran yang terhormat, itulah tugas kami semua gusti prabu."

Mereka semua memiliki tugas masing-masing demi Pangeran Arya Fusena, dan itu jarang sekali dialami oleh putra mahkota lainnya, bahkan anak gadis Prabu Maharaja Sura Fusena tidak mendapatkan perhatian khusus seperti itu.

"Ahahaha! Jadi putraku pangeran arya memiliki dayang yang selalu mengingatkan apa saja dilakukan putraku? Itu sangat luar biasa sekali."

"Benar gusti prabu."

"Wah? Aku ucapkan terima kasih pada kalian semua, karena kalian telah memperhatikan putraku pangeran arya."

"Dengan senang hati kami melakukannya Gusti Prabu."

"Bagus, terus seperti itu."

"Oh ayahanda prabu, kenapa ayahanda prabu malah terlihat senang?." Pangeran Arya Fusena bingung dengan sikap ayahandanya. "Nanda sangat malu sekali pada kanda, juga yunda yang lainnya." Ia bahkan terlihat merengek. "Jika nanda terus diikuti oleh mereka semua seperti ini ayahanda prabu."

"Putraku pangeran arya fusena." Kali ini ibundanya yang bersuara. "Tidak apa-apa nak, itu tandanya mereka semua sangat menyayangi nanda." Dengan penuh kelembutan sang Ratu mencoba menenangkan anaknya.

"Itu benar sekali gusti ratu."

"Ibundaku tidak bertanya pada kalian, tapi bicara padaku." Pangeran Arya Fusena terlihat merengut kesal.

Sementara mereka malah tertawa melihat raut wajah menggemaskan dari Pangeran Arya Fusena. Membuat Prabu Maharaja Sura Fusena, Ratu Dewi Saraswati, dan keempat dayang tersebut tertawa geli.

Namun, dibalik kasih sayang yang ia dapatkan. Tentu saja ada keluarga istana yang tidak menyukainya. Yaitunya kedua selir ayahandanya, serta istri pertama, juga saudaranya yang lainnya. Mereka melihat itu, dengan tatapan benci. Menganggap apa yang dilakukan para dayang adalah berlebihan. Bahkan anak-anak mereka tidak diperlakukan seperti itu oleh para dayang lainnya. Tapi mengapa hanya Arya Fusena yang diperlakukan istimewa seperti itu?. Apa kelebihan yang ia miliki?. Temukan jawabannya.

...****...

Di kaki gunung yang hampir memasuki kawasan kerajaan Trisakti. Terdapat sebuah pondok, yang kini dihuni oleh seorang wanita. Dulunya ia terkenal dengan kecantikannya. Siapa saja ingin memilikinya. Dari kalangan bawah, sampai kalangan raja. Sayangnya ada seseorang yang berhasil mengungkap identitas aslinya. Bahwa ia adalah siluman ular yang menyamar menjadi manusia. Dan orang tersebut adalah Gusti Prabu Maharaja Sura Fusena.

Disebuah acara yang dihadiri oleh orang-orang penting. Di sana Prabu Maharaja Sura Fusena mengetahuinya. Dan sekarang, ia menatap wajahnya di sebuah cermin di depannya. Sesekali ia melihat wajahnya dihiasi oleh sisik hijau. Saat itu pula, emosinya memuncak. Sehingga ia membanting, melempar apa saja yang ada di dekatnya.

"Huwah! Awas saja kau prabu maharaja sura fusena." Teriaknya penuh dengan kemarahan. Dendamnya yang ingin segera ia balas kan. Rasa sakit hati yang membuncah di dalam dirinya.

"Aku telah bersumpah! Aku akan membalaskan rasa sakit ini padanya!." Hatinya yang mendendam, dan terbakar amarah yang luar biasa. "Dia telah berani mempermalukan aku! Padahal aku sedikit lagi mendapatkan pangeran incaranku! Tetapi raja kurang ajar itu mengetahui identitas asliku. Bedebah!." Ia tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi pada hari itu. Karena rasa malu yang ia terima, membuatnya tidak bisa hidup tenang di alam manusia.

"Kita lihat saja! Aku akan segera menuntut balas, apa yang telah kau lakukan padaku sura fusena." Ia telah bertekad, bahwa ia akan membalas semua rasa sakit hati yang ia terima.

...***...

Kembali ke istana.

Pangeran Arya Fusena saat ini sedang berlatih ilmu kanuragan di halaman belakang istana. Dengan memainkan beberapa jurus yang pernah diajarkan oleh ayahandanya, pangeran Arya Fusena melatih kembali jurus tersebut, agar terlihat sempurna.

Dengan sebuah trisula sakti di tangannya. Ia memainkan benda tersebut dengan kekuatan penuh. Melompat ke sana kemari, terbang, dan sesekali mengerahkan tenaga dalamnya. Gerakan itu sangat kuat dan bertenaga, sehingga membuat gerakan itu semakin sempurna. Dayang yang mengawasi itu terlihat sangat sangat senang. Akan tetapi tiba-tiba saja, kakaknya Putri Rara Wulan datang, dan langsung menyerangnya.

Terjadilah perkelahian antara mereka, sehingga mereka panik melihat itu. Tapi untungnya saat itu datang Paman Rangga Dewa. Adik Dari Prabu Maharaja Sura Fusena.

"Paman Patih?."

"Maaf jika paman mengganggu latihan nanda berdua."

"Tidak apa-apa paman Patih, kami hanya latihan ringan saja."

"Baguslah kalau begitu." Senyumnya begitu ramah. "Hanya saja, paman sedikit lain melihatnya tadi." Matanya melihat ke arah Putri Rara Wulan. "Terutama pada nimas rara wulan yang terlihat sangat bernafsu sekali menyerang nanda arya fusena."

"Ah, paman Patih." Putri Rara Wulan sedikit berkelit. "Baru saja dicolek seperti itu sudah kesakitan?." Ia colek bahu adiknya sedikit kuat. "Jadi benar dong? Kabar yang beredar, bahwa pangeran arya fusena sebenarnya adalah pangeran yang sangat manja?."

Patih Rangga Dewa tertawa mendengarkan apa yang dikatakan oleh Putri Rara Wulan, sedangkan Pangeran Arya Fusena hanya pasrah saja dengan apa yang telah dikatakan saudarinya itu.

"Jadi karena itu nimas ingin mengujinya?."

"Hmph!."

"Jadi yunda sengaja melakukannya?."

"Tentu saja aku sengaja." Ada kekesalan yang hendak ia ungkapkan. "Karena aku tidak tahan lagi mendengarkan kabar itu." Putri Rara Wulan mendekati adiknya, dan dengan jengkelnya ia menunjal kepala adiknya.

"Gusti pangeran!." Para dayang langsung panik, mereka mendekati Pangeran Arya Fusena. Dan melindungi pangeran kesayangan mereka dari tangan jahat Rara Wulan.

"Lihatlah paman patih? Masa seorang laki-laki dilindungi oleh wanita? Itu namanya lemah paman!." Putri Rara Wulan semakin kesal.

Patih Rangga Dewa kembali tertawa geli melihat bagaimana raut wajah Putri Rara Wulan yang merenggut kesal. "Tapi nimas terlihat galak, apakah nimas tidak kasihan pada adik nimas?." Patih Rangga Dewa hanya tidak tega. "Lihat saja wajahnya, itu bukan takut melawan wanita." Dengan hati-hati Patih Rangga Dewa menjelaskannya. "Namun sebagai seorang adik, nanda arya fusena sangat menghargai kakaknya, seperti menghargai ibundanya."

"Benar itu paman patih." Pangeran Arya Fusena terlihat lega. "Yunda saja yang salah faham dengan semuanya, terima kasih paman patih mau menjelaskannya pada yunda."

"Hmph! Katakan saja kau takut padaku dinda, tidak usah mencari pembelaan dari paman patih!."

"Ya sudah." Patih Rangga Dewa mengelus kepala mereka dengan sayang. "Jika mau meneruskan latihan silahkan, paman akan melihat dari sana." Patih Rangga Dewa tersenyum kecil. "Tapi ingat?! Jangan sampai menyakiti satu sama lain hingga terjadinya dendam, kalian itu bersaudara ya? Mengerti?."

"Mengerti paman."

Patih Rangga Dewa mempersilahkan mereka kembali bertarung, memuaskan apa yang terpendam di dalam diri mereka.

"Dan dayang? Berikan mereka ruang untuk latihan bersama."

"Tapi gusti patih?."

"Apakah kalian ingin membantah perintah dariku?."

"Sandika gusti patih."

"Gusti Patih sangat seram jika marah." Bisik mereka.

"Sudahlah, ikuti saja apa yang dikatakan Gusti Patih!."

"Baiklah, kita juga harus fokus dengan keselamatan Gusti pangeran juga Gusti Putri."

Mau tak mau keempat dayang tersebut menepi. Mereka juga tidak berani membantah apa yang dikatakan oleh patih Rangga Dewa. Apa yang akan terjadi?. Temukan jawabannya. Next.

...***...

Terpopuler

Comments

Mugiya is back

Mugiya is back

mantap thor

2023-02-21

1

pranacitra

pranacitra

ceritanya bagus,,,ttp semangat

2022-03-22

2

Theonlykiaaa

Theonlykiaaa

First kack

2022-03-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!