...***...
Saat ini Patih Rangga Dewa sedang menghadap Prabu Maharaja Sura Fusena. Ia melaporkan masalah wanita itu pada kakaknya sebagai raja. Ia hanya tidak ingin Prabu Maharaja Sura Fusena mengalami masalah nantinya. Karena itulah ia mengatakan semuanya.
"Katakan padaku rangga dewa, kali ini apalagi yang hendak kau laporkan padaku?."
"Mohon ampun kanda prabu, aku ingin mengatakan jika ada seorang wanita yang hendak menginginkan kematian kanda prabu."
"Menginginkan kematianku? Seram sekali keinginannya itu."
"Ahahaha! Aku juga tidak mengetahuinya, Karena itulah aku ingin membahasnya denganmu kanda prabu." Patih Rangga Dewa merasa tidak enak sama sekali. "Aku harap kanda Prabu bisa menjelaskannya secara baik padaku."
"Tapi, bagaimana bisa kau mendapatkan infomasi itu?." Prabu Maharaja Sura Fusena sangat heran. "Apakah kau mendapatkan langsung infomasinya? Kau ini sangat luar biasa sekali dalam hal mengumpulkan informasi."
"Tentu saja aku mendapatkan langsung infomasi itu kanda prabu." Patih Rangga Dewa terlihat sangat percaya diri. "Bahkan aku berbicara langsung dengan wanita itu, kanda prabu tidak perlu ragu dari mana aku mendapatkan infomasi itu."
"Jangan katakan padaku, kau menyamar lagi rangga dewa?." Sang Prabu terlihat terkejut. "Sehingga musuh sama sekali tidak mengenali bahwa kau adalah adikku? Kau itu suka sekali menyamar jika melakukan tugas, heran sekali aku dengan perangai mu itu." Sang Prabu merasa kagum dan kebingungan. "Biasanya seorang patih akan bangga jika bertugas tanpa harus menyamar."
"Lupakan saja masalah itu penyamaran kanda." Patih Rangga Dewa juga merasa lelah. "Jika kanda prabu telah mengetahuinya, aku tidak perlu susah-susah lagi menjelaskannya."
"Tapi mengapa mesti harus menyamar? Apakah hanya itu saja cara yang ampuh mendapatkan sebuah informasi?." Itulah yang membuat sang Prabu merasa heran.
"Kanda prabu sendiri kan telah mengetahuinya." Patih Rangga Dewa terlihat menghela nafasnya dengan sangat lelahnya. "Jika kakiku baru saja menginjak keluar dari gerbang istana ini, banyak sekali wanita yang jatuh cinta, dan tergila-gila padaku." Lanjutnya. "Jika aku tidak menyamar? maka tugas ku akan berantakan, karena mereka selalu mendekatiku."
"Hufh! Kutukan apa yang diberikan mendiang ayahanda prabu pada kita? Sehingga banyak orang yang ingin menempel pada kita? Dan sekarang pada putraku arya fusena yang ditempeli oleh dayang." Rasa lelah yang diungkapkan oleh sang Prabu memang menggambarkan suasana hatinya saat itu.
"Jangan tanyakan padaku masalah itu kanda prabu, aku juga lelah." Patih Rangga Dewa juga terlihat lelah. "Dan sebaiknya kanda prabu tidak meremehkan orang yang sedang mengincar keselamatan kanda prabu." Itu adalah sebuah peringatan dari adik untuk kakaknya.
"Lalu apa yang ia inginkan dariku dinda patih? Apakah dia masih dendam padaku?." Sang Prabu ingin mengetahuinya.
"Tentu saja ia menginginkan nyawa kanda prabu, apalagi yang dia inginkan selain kematianmu kanda prabu." Patih Rangga Dewa memberikan gestur membunuh yang mengerikan.
"Lantas? Mengapa kau tidak segera meringkusnya?!." Sang Prabu merasa sangat kesal. "Kau ini sangat aneh sekali, kau ini seorang patih! Kenapa kau malah membiarkan dia berkeliaran di kawasan ini?! Bagaimana jika dia memang membunuhku? Peragaimu itu juga terlihat sangat menyeramkan!."
"Oh? Jika masalah itu? Ia meminta bantuan padaku, karena aku mengatakan jika aku sedang membutuhkan sebuah pekerjaan? Jadi dia memberikan pekerjaan padaku." Balasnya dengan sangat santainya.
"Hah? Rasanya aku semakin lelah mendengarnya rangga dewa, kau ini kenapa malah mengatakan seperti itu." Sang Prabu ingin mengetuk kepala adiknya itu tapi sayangnya berhasil dihindari dengan sangat baik.
"Kanda Prabu tenang dulu, aku hanya penasaran saja dia mau berbuat apa pada kanda, jadi aku membiarkannya hidup."
"Jika saja kau bukan adikku? Kau duluan yang aku kirim ke alam sana rangga dewa."
"Hahaha! Jangan berkata seperti itu aku hanya penasaran saja, ia ingin aku melaporkan apa saja yang kanda prabu lakukan di istana ini." Patih Rangga Dewa malah tertawa. "Aku tidak mengerti mengapa ia ingin aku mengamati apa yang kanda prabu lakukan."
"Baiklah kalau begitu dinda patih." Sang Prabu menyerah. "Tetap ikuti apa yang ia inginkan, tapi dinda patih tetaplah waspada." Sang Prabu memberikan peringatan pada adiknya. "Karena ada seseorang yang juga sedang mengincar keselamatan serta kepercayaan dinda patih." Sang Prabu merasakan adiknya juga dalam keadaan bahaya. "Mereka sepertinya ingin mencari celah untuk menyalahkan dinda patih." Sejenak sang Prabu tampak menghela nafasnya. "Saat ini mereka sedang mencari bukti, ingin membuat dinda patih telah melakukan kesalahan."
"Kalau masalah itu aku akan selalu waspada kanda prabu." Balasnya dengan senyuman kecil. "Terima kasih karena kanda prabu selalu menimbang informasi yang kanda prabu terima."
"Sebagai seorang raja, serta sebagai seorang kakak? Aku tidak ingin melakukan kesalahan dinda patih." Sang Prabu menyentil kening adiknya.
"Aduh!." Patih Rangga Dewa meringis.
"Kau adalah satu-satunya adik yang aku miliki, karena itu jangan khianati kepercayaan ku padamu dinda patih." Dari sorot mata sang Prabu terlihat sangat jelas bagaimana ketulusan itu disampaikan dengan baik.
"Tentu saja kanda prabu." Patih Rangga Dewa mengusap keningnya. "Aku pun berpikiran seperti itu, sebagai seorang adik yang telah dibesarkan seorang kanda yang mengemban tugas dari mendiang ayahanda prabu." Entah kenapa hatinya sangat tersentuh. "Aku akan selalu membantu kanda prabu dari orang-orang yang berbuat jahat pada kanda prabu."
"Terima kasih untuk semuanya dinda patih, kau adalah adik yang baik." Prabu Maharaja Sura Fusena juga merasa terharu dengan apa yang dilakukan adiknya Patih Rangga Dewa.
"Terima kasih kembali kanda prabu."
Itu adalah janji keduanya, sebagai kakak dan adik yang selalu melindungi satu sama lain. Keduanya harus tetap waspada dengan laporan yang masuk. Karena banyak yang mengincar kerajaan ini, dan juga mengincar secara pribadi.
...***...
Sementara itu, putra pertama dari Prabu Maharaja Sura Fusena. Pangeran Birawa Fusena, saat ini sedang latihan. Sedangkan Putri Rara Wulan menyaksikannya dengan seksama bagaimana gerakan jurus kakaknya itu. Gerakan yang sangat cepat, dan tepat sasaran, sangat mematikan jika terkena musuh.
"Luar biasa sekali kanda." Putri Rara wulan sangat terkesan. "Apakah aku boleh mempelajari jurus itu? Aku sangat memohon pada kanda." Rasa kagum itu membuat ia ingin belajar
"Tentu saja dinda boleh mempelajarinya." Ia merasa sangat senang mendengarnya. "Karena jurus ini sangat ampuh ketika keadaan terdesak."
"Baiklah kanda, aku ingin mempelajarinya dengan baik, mohon ajari aku menggunakan jurus itu kanda." Dari raut wajahnya terlihat sangat jelas bersemangat luar biasa.
"Aku hanya mengajarkan jurus itu padamu dinda, karena jurus ini aku pelajari dengan susah payah." Ada sebuah peringatan yang hendak ia sampaikan.
"Lalu bagaimana dengan saudara kita yang lainnya? Apakah mereka tidak boleh mempelajari jurus itu?." Putri Rara Wulan sedikit bingung.
"Aku hanya punya satu saudara, yaitunya kau, dinda rara wulan." Ada ketegasan di sana. "Bagiku mereka semua hanyalah kebetulan satu ayah denganku." Suasana hatinya mendadak berubah.
"Kenapa kanda menatapku seperti itu?."
"Itu karena dinda dekat dengan pangeran manja itu." Ia tahu itu. "Jadi jangan jangan harap aku akan mengajarkan jurus tingkat dua, jika dinda mengajarkan jurus itu padanya." Itu seperti sebuah ancaman yang sangat jahat.
"Baiklah kanda." Putri Rara Wulan hanya menurut saja. "Aku janji tidak akan mengajarkan jurus itu pada siapapun termasuk pada dinda arya." Ia juga tidak ingin membuat kakak satu ibunya itu nantinya malah membencinya.
"Aku pegang janjimu dinda rara wulan, janji seorang pendekar tidak boleh diingkari." Sorot matanya terlihat sangat tajam.
"Tentu saja aku telah mengetahuinya kanda." Balasnya dengan senyuman kecil. "Jadi kanda tidak perlu cemas mengenai janji itu."
"Baiklah, kalau begitu ikuti gerakan ku." Pangeran Birawa Fusena memainkan kembali jurus miliknya dengan pelan, agar bisa diikuti adiknya. Tapi entah mengapa, ia tidak mau membagikan kepandaian yang ia miliki selain pada adiknya Putri Rara Wulan. Dari pada banyak bertanya, Putri Rara Wulan terpaksa mengikuti apa yang dikatakan oleh kakaknya.
...***...
Di sisi lain, Pangeran Arya Fusena saat ini sedang belajar tentang kenegaraan. Begitu banyak yang ia pelajari tentang cara memimpin sebuah kerajaan dengan baik. Tentu saja dikawal keempat emban yang selalu mengingatkan apa saja yang harus ia lakukan. Dan kebetulan saat itu, Patih Rangga Dewa berada di sana.
"Nanda pangeran sangat rajin sekali, apakah nanda pangeran tidak bosan seperti ini?." Patih Rangga Dewa mendekati keponakan tercintanya.
"Paman patih?." Pangeran Arya Fusena terlihat sedikit terkejut. "Apakah paman Patih tidak bertugas hari ini?." Ia merapikan beberapa buku yang berada di depannya. "Tidak biasanya paman patih berada di sini, apakah ada sesuatu yang terjadi di istana?." Rasa penasaran sedang menyelimuti hatinya.
"Tentunya paman patih memiliki tugas." Jawabnya dengan senyuman ramah. "Tugas yang hanya bisa dilakukan oleh paman saja."
"Benarkah? Tugas apa?." Pangeran Arya Fusena tercengang mendengarnya.
"Tugas memastikan nanda pangeran baik-baik saja." Patih Rangga Dewa mengelus kepala Pangeran Arya Fusena dengan lembut. "Serta memastikan jika pangeran kesayangan paman belajar dengan baik."
"Ah, paman patih ini bisa saja." Ia tersipu malu mendengarkan ucapan itu. "Aku sudah memiliki empat pengawal, apakah paman patih juga mau jadi pengawalku juga?." Ia terkekeh kecil.
"Ahaha! Tentu saja, karena paman tidak mau terjadi sesuatu pada nanda nantinya." Patih Rangga Dewa malah tertawa.
"Terima kasih paman." Pangeran Arya Fusena tersenyum kecil. "Kalau begitu aku akan melakukannya dengan sungguh-sungguh paman patih."
"Bagus." Patih Rangga Dewa mengancungkan jempolnya. "Jika nanda telah mahir, nanda bisa diangkat menjadi patih, atau demang untuk memimpin sebuah wilayah."
"Nanda akan berusaha dengan baik, agar biasa menjadi Patih yang hebat seperti paman Patih."
"Itu lebih baik lagi, kalau begitu belajarlah dengan baik." Ada rasa bangga terselip di hatinya. "Paman yakin nanda pangeran bisa melakukannya." Patih Rangga Dewa mengusap sayang puncak kepala Pangeran Arya Fusena, dan tidak lupa kecupan kecil di puncak kepalanya. "Paman akan pergi keluar sebentar, ada hal yang ingin paman lakukan."
"Berhati-hatilah paman."
"Ya."
Patih Rangga Dewa akan pergi ke tempat yang telah dijanjikan oleh mereka. Tentu sebelum ia pergi, ia meninggalkan pesan pada emban yang sekali mengawasi pangeran kesayangannya itu.
"Kalian tetaplah berada di dekat nanda pangeran arya. Jangan sampai terjadi sesuatu padanya."
"Sandika gusti patih, perintah gusti patih akan kami ingat."
"Bagus, itu yang aku harapkan dari kalian."
Setelah itu ia pergi meninggalkan tempat, namun matanya sempat melirik ke suatu tempat yang ia curigai.
"Masih saja mengikuti aku." Dalam hati Patih Rangga Dewa sangat kesal. "Rupanya benar apa yang dikatakan kanda prabu, bahwa mereka sedang mencari-cari kesalahanku, yang ingin mereka laporkan pada kanda prabu." Ia mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja. "Baiklah, jika itu yang ingin kalian lakukan padaku." Namun saat itu ada perasaan ingin mengerjai mereka yang telah membuntutinya ke mana saja ia pergi.
Patih Rangga Dewa hanya bersikap pura-pura tidak mengetahuinya, bahkan ketika ia menyamar menjadi rakyat biasa untuk menemui wanita siluman ular itu di hutan kota raja. Ia yakin, mereka pasti akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
Begitu ia sampai di tempat tujuan?. Ia bertemu dengan wanita itu, dan ia melihat wanita itu dengan tatapan aneh.
"Bagaimana? Apakah kau berhasil memasuki istana?." Itulah pertanyaan pertama yang ia lontarkan. "Dan mencaritahu apa yang telah dilakukan oleh Raja itu?."
"Aku mendapatkan beberapa informasi yang ingin aku sampaikan pada nini."
"Katakan padaku dengan cepat."
"Gusti prabu biasanya duduk di pendopo istana bersama istri serta selirnya di pagi hari." Jawabnya. "Jika nini ingin menemui gusti prabu, nini bisa datang sebelum matahari sampai di atas puncak kepala."
"Jadi begitu? Sangat menarik sekali." Ia merasa tertarik, dan mendapatkan sebuah ide yang bagus. "Selain itu apalagi? Apakah ada hal penting lainnya yang kau ketahui tentangnya?." Ia merasa belum puas dengan informasi itu saja.
"Biasanya mereka akan makan buah, atau minum wedang jahe bersama sebelum makan siang." Patih Rangga Dewa tampak berpikir. "Tradisi keluarga istana katanya, karena itu waktu yang tepat untuk berkumpul bersama."
"Baiklah." Ia benar-benar memikirkan ide bagus untuk rencana terbaiknya. "Kalau begitu ini upahmu."
"Terima kasih nini."
"Kalau begitu teruslah memantau apa saja yang dilakukan oleh Raja itu." Ia tepuk pundak Patih Rangga Dewa dengan sangat pelan. "Aku akan melakukan sesuai dengan rencana, aku telah memiliki rencana yang bagus untuk itu."
"Baiklah jika memang seperti itu." Balasnya dengan sangat santai. Setelah mendapatkan upah, Patih Rangga Dewa meninggalkan tempat.
Sedangkan wanita itu memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. "Informasi itu sangat berguna sekali untukku, aku sangat terkejut jika dia memiliki kemampuan yang sangat hebat menyusup ke dalam istana." Dalam hatinya merasa kagum dengan orang yang membantunya itu. "Kalau begitu balas dendamku akan berjalan dengan sangat lancar, akan aku bunuh Raja bedebah itu dengan menggunakan racun berbahaya milikku, hahaha!." Di dalam pikirannya saat itu muncul ide cemerlang menurutnya, sehingga ia tertawa terbahak-bahak karena bayangan yang ia ciptakan itu. "Tunggu saja sebentar lagi! Akan aku habisi kau Raja busuk! Kau harus membayar rasa sakit hatiku!." Teriaknya dengan sangat kuat.
"Aku rasa wanita itu sudah sinting." Ternyata Patih Rangga Dewa belum pergi dari sana sepenuhnya, ia sedang memperhatikan wanita itu dari kejauhan. "Bisa-bisanya kanda prabu terlibat dengan wanita sinting itu." Entah kenapa ia sangat kesal dengan itu. "Hufh!." Tampak ia menghela nafasnya dengan sangat lelahnya. "Sebaiknya aku awasi saja dia dari jauh, aku rasa bukan hanya sikapnya saja yang sinting, aku yakin apa yang akan dia lakukan nantinya pada kanda prabu bahkan jauh lebih sinting lagi." Keluhnya dengan sangat kesal. "Sepertinya pekerjaanku kali ini akan bertambah, bertambah sinting karena selalu diikuti oleh orang-orang sinting yang sangat ingin mencari celah untu menyalahkan aku." Keluhnya lagi dengan lelahnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments