LAPORAN

...***...

Pagi ini Patih Rangga Dewa sedang berlatih ilmu kanuragan di halaman belakang istana. Ia tampak serius saat sedang berlatih, sehingga menarik perhatian pangeran Birawa Fusena. Dengan seksama ia memperhatikan semua gerakan yang dilakukan oleh Patih Rangga Dewa. Mungkin ia bisa mempelajari jurus itu, namun Patih Rangga Dewa menyadari kehadiran Pangeran Birawa Fusena, ia mengatur hawa murninya dan mendekati keponakannya itu.

"Nanda pangeran, selamat pagi."

"Selamat pagi paman Patih."

"Tidak biasanya nanda pangeran berada di sini? Ada apa nanda pangeran? Hm?."

"Hanya jalan-jalan pagi biasa paman." Senyuman kecil yang ia perlihatkan. "Siapa sangka malah bertemu dengan paman patih di sini, tapi gerakannya sangat luar biasa hebat paman." Ada kekaguman yang ia tunjukkan saat itu.

"Oh begitu." Hanya seperti itu saja tanggapannya?.

"Apakah paman patih tidak bertugas hari ini? Sehingga paman patih masih berada di sini."

"Paman ingin meregangkan otot-otot dulu." Ucapnya sambil meregangkan tubuhnya dengan gerakan kecil. "Melakukan pemanasan sebelum melakukan tugas."

"Tapi aku jarang melihat paman patih keliling kota Raja, apakah paman tugas di desa?." Dari raut wajahnya terlihat sangat jelas bagaimana rasa penasaran menyelimuti hatinya.

"Paman selalu ada di mana-mana." Jawabnya dengan sangat santai. "Berjalan diam, dan menangkap mangsa."

"Jadi begitu? Apakah mangsanya perempuan?." Tanpa banyak berpikir ia malah berkata seperti itu.

"Apa maksud nanda pangeran berkata seperti itu?."

"Karena kabar buruk yang aku dengar dari penjaga istana, serta beberapa berita yang tersebar paman patih lebih suka berburu wanita."

"Hum." Patih Rangga Dewa tampak berpikir sejenak. "Kabar buruk memang selalu ada tentang paman." Terlihat ia sedang menghela nafas dengan pelan. "Itu karena mereka ingin paman dihukum oleh ayahandamu."

"Tapi mengapa mereka menyebarkan berita buruk itu tentang paman?." Rasa penasaran semakin besar di dalam hatinya saat itu. "Bagaimana jika berita itu mempengaruhi reputasi paman patih?."

"Itu namanya penyakit hati nanda pangeran." Ia tepuk pundak keponakannya dengan pelan. "Itu tidak boleh sama sekali dimiliki seseorang."

"Penyakit hati?." Spontan ia mengulangi kalimat itu. "Mengapa paman mengatakan penyakit hati? Apakah ada jenis penyakit seperti itu?." Raut wajahnya terlihat sangat lucu ketika bertanya mengenai hal baru yang ia ketahui.

"Orang yang memiliki penyakit hati itu, dia selalu mencari celah keburukan seseorang." Ia mencoba  menjelaskannya. "Tidak suka jika dia terbukti bersalah, namun tidak memperbaiki dirinya." Lanjutnya. "Selain itu, dia tidak senang melihat orang lain merasa unggul darinya, itu salah satu contoh penyakit hati yang selalu menggerogoti hati yang lemah."

"Jadi itu namanya penyakit hati paman Patih?." Ia masih bingung dengan penjelasan itu.

"Ya, itu sangat benar nanda pangeran." Jawabnya dengan senyuman kecil. "Nanda pangeran harus menjauhi penyakit hati itu."

"Kenapa seperti itu? Apakah penyakit hati itu sangat berbahaya?." Pangeran Birawa Fusena masih bingung.

"Karena penyakit hati itu tidak baik nanda pangeran." Ia mengajak keponakannya itu untuk duduk. "Apalagi kita akan selalu iri dengan apa yang orang lain miliki." Dengan pelan-pelan ia mencoba untuk menjelaskannya. "Lama-lama hatinya akan menghitam, dan ia tidak lagi mau mendengarkan kebaikan, selain itu akan mempengaruhi mentalnya, seperti suka marah-marah, atau mudah tersinggung."

"Jadi itu alasan paman tidak pernah marah? Meskipun orang lain menyebarkan kabar buruk tentang paman?." Ia memikirkan sikap pamannya yang sangat santai

"Ya, karena jika kita menanggapinya, sama saja kita dengan dia." Ia malah terkekeh kecil. "Karena penyakit hati bukan hanya dari orang seperti itu saja." Lanjutnya. "Kita pun bisa kena penyakit hati jika kita menanggapi hal buruk, serta menjadi seorang pemarah." Matanya melihat dengan jelas bagaimana keponakannya itu sedang memikirkan ucapannya.

"Apa karena alasan itu?." Pangeran Birawa Fusena menatap lekat pamannya. "Meskipun umur paman sudah tua tapi terlihat awet muda? Karena paman tidak terkena penyakit hati itu? Tapi kenapa paman belum menikah juga?."

"Waduh?!." Patih Rangga Dewa terkejut mendengarnya. "Nanda pangeran jangan seperti bicaranya, rasanya sangat menyakitkan." Hatinya seperti tertusuk jarum. "Paman hanya belum bertemu jodoh saja, meskipun banyak yang mengajar paman." Rasanya sesak juga mendengarkan apa yang dikatakan oleh keponakannya itu. "Tapi paman hanya ingin yang benar-benar serius mencintai paman, bukan karena memandang fisik saja."

"Kalau soal itu aku sama sekali tidak mengerti paman." Raut wajahnya terlihat sangat polos. "Hehehe! Maafkan aku ya paman?." Lanjutnya sambil tertawa cekikikan.

"Ya sudah." Patih Rangga Dewa hanya pasrah saja. "Kalau begitu paman akan melakukan tugas paman." Ia harus menekan perasaan sakit itu. "Ingat ya nanda pangeran? Jangan nanda pangeran memiliki penyakit hati, iri atau dengki pada orang lain, karena penyakit hati itu susah diobati."

"Baiklah paman Patih." Ia mengangguk mengerti. "Berhati-hatilah saat bertugas."

"Paman pamit dulu, sampurasun."

"Rampes."

Patih Rangga Dewa pergi meninggalkan Pangeran Birawa Fusena yang sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Patih Rangga Dewa mengenai penyakit hati.

"Selama ini aku sangat membenci dinda arya." Tiba-tiba saja ia merasakan apa yang diucapkan pamannya itu. "Juga adik-adikku yang lainnya." Ia menghela nafasnya sejenak. "Apakah aku juga terkena penyakit hati?." Ucapan pamannya benar-benar terasa. "Kata paman penyakit hati itu tidak baik, apakah selama ini aku tidak baik?." Dalam hatinya bertanya-tanya bagaimana sikapnya pada Pangeran Arya Fusena selama ini?. "Apakah selama ini aku telah berbuat jahat?." Dalam hatinya memikirkan itu semua.

...***...

Sementara itu, Prabu Maharaja Sura Fusena saat ini sedang bersama beberapa bawahannya yang hendak melaporkan apa yang mereka lihat tentang Patih Rangga Dewa.

"Mohon ampun gusti prabu." Ia memberi hormat. "Kami semua mengetahui bahwa patih rangga dewa sering menyamar, karena kejahatan yang ia lakukan tidak diketahui oleh siapa saja." Dengan sangat yakinnya ia berkata seperti itu.

"Lalu kejahatan apa yang hendak kalian laporkan padaku tentang dinda patih?." Prabu Maharaja Sura Fusena pura-pura tidak mengetahuinya.

"Ada beberapa kejahatan yang sangat fatal Gusti Prabu." Jawabnya.

"Baik." Sang Prabu menatap tajam. "Jika laporan yang kalian berikan padaku tidak sesuai dengan apa yang aku terima dari telik sandi? Maka kalian yang akan aku hukum." Ancam sang Prabu. "Karena laporan yang kalian berikan bisa mencemarkan nama baik dinda patih, dan kalian akan mendapatkan hukuman yang paling kejam dariku."

Deg!.

Untuk sejenak mereka terdiam, karena mereka benar-benar harus mempertimbangkan apa yang akan mereka laporkan pada Prabu Maharaja Sura Fusena. Mereka saling bertatapan satu sama lain, apalagi ada keraguan ketika ingin melaporkan apa yang dilakukan Patih Rangga Dewa di luar istana.

"Seperti yang dikatakan dinda patih." Sang Prabu memperhatikan gelagat mereka yang sedikit mencurigakan. "Cepat atau lambat mereka akan melaporkan apa yang mereka lihat tentang dinda patih". Dalam hati Prabu Maharaja Sura Fusena memperhatikan mereka dengan tatapan penuh kecurigaan. "Mereka yang selalu membuntuti dinda patih secara diam-diam, tapi aku juga telah menugaskan mata-mata untuk mengikuti apa saja yang dilakukan dinda Patih selama bertugas di luar istana." Dalam hati sang Prabu sangat waspada. "Katakan saja, kenapa kalian malah diam? Apakah kalian ragu dengan laporan yang akan kalian sampaikan padaku?." Ada perasaan kesal yang terselip di hati sang Prabu saat itu.

...***...

Ratu Dewi Saraswati saat itu menemui anaknya Pangeran Arya Fusena di perpustakaan, namun siapa yang menduga jika ia melihat anaknya sedang serius dalam mempelajari ilmu ketatanegaraan.

"Gusti Ratu."

Keempat dayang yang selalu mengikuti anaknya memberi hormat.

"Kalian sangat perhatian dan sangat dekat sekali dengan anakku pangeran arya fusena, rasanya aku sangat iri atas kedekatan kalian ini." Ratu Dewi Saraswati terlihat sedang menghela nafas. "Rasanya anakku hanya menumpang lahir saja padaku, namun tidak dekat denganku."

Keempat dayang itu merasa sungkan dengan apa yang telah dikatakan Ratu Dewi Saraswati.

"Mohon ampun Gusti Ratu, kami tidak bermaksud memberikan kesan seperti itu ada Gusti Ratu."

"Benar sekali Gusti Ratu, mohon ampun jika apa yang telah kami lakukan ini telah membuat Gusti Ratu tidak enak sebagai ibunda tercinta dari Gusti pangeran arya fusena."

"Sekali lagi mohon ampun Gusti Ratu, kami hanya ingin melindungi Gusti Pangeran dari marabahaya."

"Kami akan menjadi pelindung bagi Gusti Pangeran arya fusena, hanya itu saja Gusti."

Ratu Dewi Saraswati tertawa kecil mendengarkan ucapan itu, sehingga membuat mereka terlihat bingung.

"Gusti Ratu dewi saraswati tertawa?." Setidaknya itu yang ada di dalam hati keempat dayang itu.

"Aku ucapkan terima kasih pada kalian berempat karena telah perhatian pada putraku." Terlihat sangat jelas bagaimana senyuman manis yang diperlihatkan Ratu Dewi Saraswati. "Aku sangat bersyukur karena kalian sangat sayang pada anakku, kadang aku pun hanya berusaha melindunginya dari jarak jauh saja." Tiba-tiba saja raut wajahnya kali ini terlihat sangat sedih. "Aku mohon pada kalian agar tetap melindungi anakku, entah kenapa aku merasakan ada banyak orang yang ingin menyingkirkannya dari istana ini karena ia memiliki wajah yang sangat mirip dengan ayahandanya."

"Tentu saja kami akan melindungi Gusti pangeran arya fusena dengan segenap hati kami Gusti Ratu." Kembali mereka memberi hormat.

...****...

Di tempat latihan.

"Ada apa kanda? Kenapa kanda terlihat sangat murung seperti itu? Apakah terjadi sesuatu?." Putri Rara Wulan terlihat sangat cemas pada saudaranya.

"Tidak apa-apa dinda, aku hanya sedang memikirkan sesuatu saja." Jawabnya tanpa melihat ke arah adiknya.

"Aneh sekali, kanda terdengar tidak bersemangat sekali, apakah kanda memiliki masalah?." Ia duduk bersama kakaknya, ia sangat cemas. "Jika kanda ada masalah? Kenapa tidak mengatakannya padaku? Mungkin aku bisa membantu kanda dalam menyelesaikannya."

"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku sedang tidak bersemangat saja."

"Benarkah?."

"Ya, benar." Jawabnya sambil melihat ke arah adiknya. "Dan berhentilah banyak bertanya."

"Aduh!." Putri Rara Wulan meringis sakit karena disentil kakaknya.

"Jika kau menghujani aku dengan banyak pertanyaan seperti itu? Suasana hatiku semakin buruk, jadi kau jangan banyak bertanya dulu, mengerti?."

"Baik, aku enggak akan bertanya." Putri Rara terlihat sangat kesal.

"Aku juga bingung dengan diriku setelah mendengarkan ucapan paman Patih mengenai penyakit hati." Dalam hatinya merasa sangat gelisah dengan itu semua.

...****...

Di dalam Istana.

"Mohon ampun gusti prabu." Ia memberi hormat. "Beberapa hari yang lalu, ada laporan yang masuk dari kami bahwa mereka melihat gusti Patih masuk ke rumah hiburan." Akhirnya ia mengatakan tujuan laporannya. "Katanya ia tidur dengan beberapa perempuan di sana, dan mereka ada yang mengadu bahwa mereka ingin minta pertanggung jawaban dari gusti patih."

"Ini sangat aneh sekali, mereka bekerja di rumah malam? Tapi kenapa malah minta pertanggungjawaban dari adikku? Bukankah itu sangat aneh? Tidak masuk akal sama sekali." Sang Prabu tampak berpikir keras. "Bukankah sudah banyak lelaki yang menyentuh mereka? Tapi kenapa malah ingin minta pertanggungjawaban dari adikku? Kalian ini aneh sekali."

"Tapi gusti prabu-."

"Tapi apa?!." Prabu Maharaja Sura Fusena terlihat sangat murka. "Katakan dengan jelas!."

"Tapi menurut pemilik rumah, mereka tidak pernah melayani sampai tidur Gusti, hanya menemani berbincang-bincang saja." Jawabnya dengan gelagapan. "Tapi malam itu mereka dipaksa oleh Gusti Patih untuk menemaninya sampai tidur, bahkan diancam agar tidak mengatakannya pada siapapun juga."

"Jika memang adikku mengancam? Lantas? Kalian memata-matai adikku dan melaporkan perbuatannya padaku atas apa yang kalian lihat itu?." Sang Prabu memberikan pertanyaan seperti itu pada mereka.

"Benar sekali Gusti Prabu, apalagi kami tidak tega melihat mereka yang teraniaya seperti itu, nantinya anak-anak mereka lahir tanpa bapak, akan malang sekali hidup mereka Gusti." Terlihat sangat jelas bagaimana raut wajah penuh simpati padanya.

"Kalau begitu bawa mereka ke sini, aku sendiri yang akan bertanya pada mereka." Sang Prabu tidak tahan mendengarnya.

"Kami telah mencobanya Gusti Prabu, hanya saja-."

"Hanya apa? Jangan buat aku menebak hal yang tidak aku ketahui!."

"Hanya saja mereka mengurung diri di rumah, mereka tidak mau bertemu dengan siapapun juga gusti prabu." Dengan raut wajah memelas ia menjawabnya. "Ada perasaan trauma yang sangat mendalam setelah kejadian itu Gusti."

"Baiklah." Sang Prabu mengalah untuk sesaat. "Jika memang adikku telah melakukan perbuatan yang bejad?. Maka aku yang akan menyuruhnya mempertanggungjawabkan apa yang telah ia lakukan." Sorot mata sang Prabu terlihat sangat tajam menatap mereka semua. "Dia akan menjalani hukuman buang dengan wanita yang ia hamil itu." Hatinya sedikit resah. "Namun jika kalian memberikan informasi yang salah? Maka kalian akan aku hukum seberat-beratnya, mungkin hukuman gantung sampai mati."

Deg!.

Tentu saja mereka sangat terkejut mendengarkan ucapan itu. Hukuman gantung sampai mati?. Itu adalah hukuman yang berat, dan tidak akan terulang beberapa kali, sekali menjalani hukuman itu maka akan langsung pindah alam sambil mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana ini.

"Kalau tidak ada yang ingin kalian sampai lagi? segera pergi dari sini, aku memiliki pekerjaan yang berat setelah ini." Sang Prabu mengusir mereka semua.

"Sandika gusti prabu."

Setelah itu mereka pergi meninggalkan tempat, karena Prabu Maharaja Sura Fusena memberikan kode pada mereka untuk meninggalkan ruangan itu. Ia menghela nafasnya, mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Kanda prabu tidak usah semarah itu." Ada suara Patih Rangga Dewa yang menyapa. "Dan berikan saja aku surat untuk melindungi wanita-wanita yang telah dinodai oleh kaca para dan anak buahnya." Dari suaranya terdengar sangat jelas bahwa ia sedang menahan amarah yang sangat kuat. "Aku yakin mereka akan melenyapkan para wanita itu dan membuat surat wasiat seakan-akan mereka bunuh diri karena takut ancaman dariku kanda prabu."

"Kalau begitu segera lakukan dinda patih." Prabu Maharaja Sura Fusena juga sedang menahan gejolak amarahnya. "Seret kaca para itu di hadapanku! Akan aku penggal lehernya yang selalu melimpahkan kesalahannya padamu!." Hawa sekitar terasa panas karena kemarahan sang Prabu.

Patih Rangga Dewa keluar dari persembunyiannya, ia menghadap Prabu Maharaja Sura Fusena.

"Ini lencana kerajaan, kau harus segera bertindak dinda patih. Jangan sampai sibiang masalah itu menjebak mu lagi."

"Sandika kanda prabu." Ia memberi hormat.

"Pastikan kau menyelesaikan masalah ini, aku sudah muak pada mereka."

"Kanda Prabu tenang saja, aku pasti akan menyelesaikan masalah ini dengan cepat."

"Itu harus!."

"Kalau begitu aku pamit dulu, sampurasun."

"Rampes."

Setelah mengambil lencana dari Prabu Maharaja Sura Fusena, Patih Rangga Dewa segera pergi. Ia tidak mau kalah selangkah dari mereka yang berniat jahat pada rakyat kecil hanya untuk kepuasan mereka.

"Sungguh mengerikan sekali mereka." Prabu Maharaja Sura Fusena mengepal kuat tangannya. "Berani sekali mereka berbuat kejahatan, dan setelah itu malah menjadikan adikku sebagai pelakunya?." Hati sang Prabu sedang dipenuhi dengan amarah yang membara. "Mereka pikir aku ini raja bodoh yang mau menerima laporan mereka begitu saja? Ternyata mereka sangat meremehkan aku, akan aku beri mereka pelajaran nantinya, lihat saja jika aku marah seperti apa." Hati sang Prabu sama sekali tidak terima dengan itu. "Mereka benar-benar membuat aku kesal, takut pada ketegasan dinda patih ketika bergerak, namun tidak takut padaku yang merupakan Raja yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari patih." Dalam hati sang Prabu tidak terima.

NEXT.

...***...

Terpopuler

Comments

Bang Roy

Bang Roy

fitnah keji penyakit hati

2022-10-29

1

tutup botol

tutup botol

👍

2022-05-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!