Bloody Crown

Bloody Crown

BC 01

Francesca Victoria Rosemary Emylis Georgia Castalarox

Age: 24 Y.O

Ferdinand Fredrick George William Castalarox

Age: 24 Y.O

Ryes Alexander Hasting

Age: 29 Y.O

Regan Bernard Harrold Austin Cloone Beltruz

Age: 27 Y.O

Summer Bastiana Alexandrina Castalarox

Age: 18 Y.O

Anastasia Chaterina Hellena Castalarox

Age: 20 Y.O

Richard Edgar David Beltruz

Age: 15. Y.O

George Benedict Philip David Castalarox

Age: 76. Y.O

Feroca Antonias Bernard Cloone Beltruz

Age: 50 Y.O

Delana Veronica Elizabeth Anitha Berltruz

Age: 52 Y.O

...*******...

Francia, adalah sebuah kerajaan kecil yang sudah mengikat dua kerajaan lain. Kerajaan Vancia dan Tancia yang sudah di ikat dalam satu aliran darah kemakmurannya.

Francia, memiliki Raja dan Ratu terbaik di Eropan. Terbaik bukan karna luasnya kekuasaan mereka, bukan juga karna banyaknya kekayaan mereka tapi, karna bagaimana tentang kepemimpinan mereka yang bisa merubah dan mensejaterahkan rakyat-rakyatnya dari masa-masa keterpurukan Francia itu sendiri. Temasuk, untuk merubah kerajaan Trancia yang hampir mati karna kebusukan dari dalam kerajaannya sendiri.

Tapi, semua nama besar dan nama mulia yang di miliki Francia itu,

Sekarang sudah menjadi sejarah....

Karna Raja dan Ratu tersohor mereka telah pergi dengan kekalahan dan kehancuran istana Rembrantd, jantung utama Francia, nyawa dan simbol semua kekokohan Francia.

Puing-puing reruntuhan benteng dan dinding istana masih terus di bersihkan. Sisa-sisa warna merah yang sempat membanjiri seluruh penjuru istana masih terus berusaha di hilangkan. Aroma amis pekat yang menandakan jika pernah terjadi penyerangan luar biasa hebat di istana Rembrantd telah hilang tapi, tidak dengan tanda yang akan terus tertancap di dalam hati setiap manusia di Francia.

Tanda jika, mereka sudah kalah dan dirusak dari dalam. Di serang dari bagian jantung mereka, dari tempat aliran utama darah mereka memompa, istana Raja dan Ratu.

Di musim panas bulan kedua Francia. Keheningan mencekam tidak hanya menyelimuti istana Rembrantd, tapi juga di seluruh ibu kota dan Francia.

Mereka diam, mereka bergerak, mereka bernafas, mereka bekerja. Berusaha hidup seperti biasa tanpa ingin percaya dan bisa menerima jika Raja dan Ratu tercinta mereka, telah di bunuh.

Raja dan Ratu mereka, telah mangkat dengan cara yang tidak ingin mereka percayai

Bahkan, tubuh Raja dan Ratu tidak bernyawa mereka pun, tidak bisa Francia miliki. Tidak bisa di kebumikan di tempat orang-orang kebanggan dan kecintaan mereka, di pemakaman para pemilik tahta kerajaan Francia.

Rintihan di dalam sebuah kamar itu terus membuat pelayan yang ada di sana ikut menangis. Gumanan dan kegelisahan dalam tidur seseorang di kamar itu, terus membuat semua yang ada di sana ikut teriris.

Di dalam sebuah kamar, seorang gadis terbaring lemah dengan terus merintih dan gelisah dalam tidurnya. Di dalam kamar yang kemarin siang baru saja di selesai bersihkan itu, seorang gadis sedang terbaring penuh kesakitan

Francesca. Pewaris tahta baru Francia, pemegang kekuasaan mutlak Francia yang baru, terlalu hancur untuk bisa terus bernafas dengan baik setelah mendapati semua kenyataan. Kenyataan yang terlalu mengerikan dan pedih untuk menjadi kenyataan.

Dengan tangan gemetar dan keadaan yang selalu bisa merasakan satu sama lain, Ferdinand kembali mengusapi peluh di dahi Francesca yang kembali basah.

Dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, tangan Ferdinand terus menggenggam tangan kakaknnya, dengan keadaan dirinya yang tidak jauh lebih baik. Dirinya yang juga hanya bisa terbaring kesakitan di atas ranjang yang sama dengan kakaknya.

Hanya saja, Ferdinand selalu mengingat pesan ayah mereka. Pesan jika Ferdinand adalah seorang pria, seorang putra satu-satunya yang memiliki saudari-saudari yang harus di lindunginya.

Karna itu, meski tubuh dan hati Ferdinand juga sama hancurnya dengan Francesca, dirinya tetap akan menjaga kakaknya dengan kekuatan penuh. Dirinya akan menjadi benteng kekuatan kokoh untuk Francesca yang setelah ini, pasti akan lumpuh dari dalam, cacat dari dalam. Sama seperti dirinya dan mungkin semua orang yang mencintai ayah dan ibu mereka.

"Dinand..."

Francesca berguman lirih sambil memegangi tangan Ferdinand yang terus mengusap dahinya

"Iya Frans"

"Aku... aku bermimpi buruk, sangat buruk Dinand"

Bibir Ferdinand terasa keluh, arah pandangnya mulai buram, sebelah tangannya yang terus menggenggam tangan kakaknya menguatkan genggamannya.

"Aku tahu, aku tahu Frances"

Isakan pedih Francesca kembali terdengar, bibirnya yang bergetar hebat kembali berguman lirih

"Aku bermimpi sangat buruk. Aku takut Dinand. Aku takut"

Ferdinand menggeser tubuhnya agar bisa memeluk kakaknya, memeluk tubuh panas kakaknya, suhu tubuh yang sama panasnya dengan tubuhnya

"Aku juga Frans, aku juga takut. Tapi kita bersama, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita yang bersama"

Suara isakan Francesca semakin kuat, isakan yang kembali mengisi suara di kamar Ratu baru itu, isakan yang membuat semua para pelayan Francesca ikut terisak pedih.

--000--

Setelah mengantar kepergian Anastasia, George langsung membawa langkahnya untuk menuju ke kamarnya. Edward yang kebetulan baru tiba saat Anastasia akan berangkat ke istana, langsung mengikuti langkah George.

Saat mereka sudah di kamar, George menatap keluar jendelannya yang terbuka. Arah pandangnya menatap pemandangan ungu kebun lavender yang sangat di sukai salah satu anak laki-lakinya.

"Bagaimana Ed?"

George bertanya tanpa merubah arah pandangnya, bertanya pada Edward yang langsung menjawab

"Her High-" Dengan cepat Edward memperbaiki ucapannya. "Her Majesty dan His Highness sedang terbaring sakit. Istana sedang berusaha di bersihkan. Dan parlement sedang sangat kacau"

Kepala George mengangguk paham.

"Summer?"

Kedua mata Edward terpejam sejenak, lalu kembali terbuka dan menjawab dengan tidak yakin

"Bosnia. Mereka membawa Her Highness Putri Summer ke Bosnia. Dan hingga sekarang, belum ada yang bisa mencari tahu keadaannya"

Tangan tua George yang sudah bertumpu di pinggiran jendela, mencengkam kuat kayu sampul jendela sambil berucap

"Henry?"

"Masih di rawat, tapi luka His Highness Pangheran Henry tidak terlalu mengkhawatirkan"

Helaan nafas panjang George berhembus. Arah pandangnya menatap kebun lavender dengan sendu.

"Pergilah ke istana Ed. Jaga dan perhatikan anak-anak hingga mereka bisa kembali bangun dan berjalan. Atur dan ambil alih kesatria-kesatria andalan yang sengaja di tinggalkan. Persiapkan mereka"

Alis Edward mengerut dalam, arah pandangnya menatap punggung tua George dengan sebuah pertanyaan. Hingga mulut Edward, mengeluarkan pertanyaan yang ada di dalam kepalanya

"Apa mereka akan menyerang lagi?"

Dengan kedua tangan yang semakin mencengkam kuat, kedua mata abu-abu George mengkilap tajam

"Jika aku ingin memiliki sesuatu dengan cara merebut, tapi yang ingin ku miliki masih mempunyai pemiliknya. Menurutmu apa yang harus aku lalukukan Ed?"

Edward yang langsung paham dengan cepat langsung menunduk sopan

"Aku pergi sekarang George. Jangan lupa obat vitaminmu, dan jangan lupa teh herbalmu saat malam"

Setelah berucap, Edward langsung berlarian menuju pintu keluar kamar George. Edward harus cepat, dirinya harus kembali dengan cepat ke istana yang sedang sangat lemah. Sangat lemah hingga sedikit saja badai menghantam istana, semuanya pasti akan rata.

--000--

Di pusat utaman politik ke dua kerajaan Francia, parlement. Di ruang utama parlement. Pagi ini masih saja terus di selimuti keheningan. Lima keluarga besar Francia di sana masih terus larut dalam luka dan duka mereka.

Luka dan duka yang selalu mereka tolak dan tidak ingin mereka terima.

Kekalahan dan kehilangan, adalah hal yang paling di benci ke lima nama keluarga paling berpengaruh di Francia setelah nama Castalarox.

Arthur terus menatap kosong mejanya, Thomas masih terus memejamkan kedua tangannya, Charles tidak juga berhenti memijat tangannya sendiri, dan Albert masih terus menatap ke luar jendela dengan kecemasan dan ketakutan.

"Uncle"

Suara Arthur yang akhirnya memecahkan keheningan di sana membuat semua mata mulai meliriknya. Arthur yang berucap sambil terus menatap kosong mejanya kembali mengeluarkan suaranya.

"Kita tidak bisa seperti ini"

Semua orang tahu itu. Semua orang mengerti maksut Arthur tapi, mereka sekarang terlalu lemah hanya untuk sekedar membahas surat-surat keluhan dari rakyat. Hal dasar yang akan selalu mereka lakukan agar parlement bisa berputar sesuai fungsinya.

"Kami tahu Arthur tapi-"

"Aku masih bisa merasakan jika adikku, yang beberapa hari lalu datang kemari untuk meminta bantuan, masih berbisik dengan perintah tajam padaku. Agar kita harus terus menjalankan parlement dengan baik setelah serangan ini. Dengan atau tanpa dirinya, dengan atau tanpa namanya lagi, dan ada atau tidaknya masalah, setelah ini semuanya harus berjalan seperti biasa"

Ucapan Arthur langsung membuat semua kepala di sana menoleh padanya

"Apa maksutmu?"

Albert bertanya dengan kedua alis mengerut dalam. Dengan bibir keluh, Arthur menatap jauh keluar jendela

"Mereka tahu. Adikku dan suaminya sudah tahu jika mereka akan tetap kalah. Mereka tahu jika Francia tidak akan bisa bertahan dengan serangan itu. Karna itu mereka menggiring serangan hanya pada mereka, hanya pada istana"

Benar... Itulah sebabnya Raja dan Ratu mereka tidak mencoba pergi dari istana saat kejadian itu. Itulah sebabnya mereka hanya meminta tolong untuk meminta sedikit pasukan. Karna Raja dan Ratu, pasti sudah bisa menilai kekalahan mereka dan sebisa mungkin meminimkan darah dari pemuda Francia. Lihatlah... bagaimana cintanya Raja dan Ratu mereka pada kerajaan mereka itu.

"Berikan kotak-kota surat keluhan Char"

Akhirnya, Thomas yang sudah tersadar mulai membuka suaranya. Mulai membuka pekerjaan mereka

Dan Albert, hanya bisa kembali menatap jauh keluar jendela dengan kedua mata berkaca-kaca.

--000--

Masih dengan semua aroma amis yang terus tersimpan dengan baik di dalam ingatannya, masih dengan rasa lengket yang terus terasa ada di sekujur kulitnya, seorang gadis bersurai coklat keemasan terus menutup rapat mulutnya dengan arah pandang yang juga terus menatap kosong ke dinding-dinding kamar itu

Meski semua pelayan terus membujuk dan bahkan memaksanya untuk makan, tapi hanya untuk sekedar meneguk air di tenggorokannya saja, gadis itu tidak ingin dan tidak mampu.

Ingatannya yang terus terngiang tentang bagaimana bentuk tubuh ayah dan ibunya yang ikut di bawa bersamanya, membuat segala rasa perih terperih terus menggerogoti hatinya. Menggerogoti tanpa ampun hatinya yang sudah menghitam bersamaan dengan tubuh kedua orang tuannya yang sudah membeku.

Kedua tubuh yang bahkan tidak bisa dirinya sentuh lagi, tubuh-tubuh yang tidak akan pernah bisa menghangat lagi, tubuh-tubuh yang tidak akan bisa kembali lagi padanya.

"Your Highness.. tolong makanlah sedikit. Anda sudah tiga hari belum memamkan apapun"

Suara yang terus mengganggu telingannya itu, akhirnya membuat arah pandang gadis itu menatap seorang pelayan yang masih juga belum menyerah untuk membujukknya.

Kedua bola mata abu-abu yang biasanta terlihat ceria dan hangat itu, sudah tidak menunjukkan lagi sedikitpun suasana kehidupan dan keinginan. Abu-abu yang sudah menggelap.

"Bisakah kau memberikan makanan yang ku inginkan?"

Suara yang biasanya terdengar ramah dan lembut itu, sekarang sudah tidak menunjukkan lagi suara kelembutan yang biasa dirinya miliki.

Tapi, pelayan itu tidak bisa mengerti semua perubahan yang sudah terjadi pada gadis itu. Pelayan itu tidak tahu jika gadis itu, sudah bukan lagi dirinya yang biasa, sudah bukan lagi anak kesayangan papanya yang naif dan cerita.

"Anda ingin makan apa Your Highness? Katakan saja, sa-"

"Berikan aku jantung Pangeran Putra Mahkota. Panggang jantungnya untuk makananku, dan peras seluruh darahnya untuk minumannku"

Pelayan itu tersentak, arah pandangnya menatap gadis itu dengan ngeri dan tidak percaya. Bagaimana bisa gadis berwajah lembut seperti itu bisa mengeluarkan ucapan semengerikan itu?

Melihat jika pelayan yang ada di depannya sudah melotot dengan wajah pias. Separuh sudut bibir gadis itu tertarik ke atas.

"Tidak bisa?" Kekehan dingin tanpa rasa humornya terdengar, dengan arah pandangnya yang kembali menatap kosong ke dinding kamar, bibirnya kembali berucap datar. "Karna itu diamlah, berhenti bersuara di sekitarku"

--000--

Dengan tangan yang terus memegangi tembakau di tangannya, dengan sesekali mulutnya menghisap asap menyenangkan dari tembakau yang di bakar, arah pandangnya masih terus menatap ke laut samudra yang membentang luar.

Kedua bola mata sebiru samudranya terus menikmati pemandangan di tengah-tengah kebisingan yang di buat kedua anak buah, anak buah yang juga adalah teman terbaik tergilanya.

Bibir Ryes menipis saat membayangkan dirinya yang akan kembali ke Bosnia. Kerajaan yang di cintainya, tapi juga kerajaan yang di bencinya.

"Jangan banyak termenung Rai. Ayo kita cari gadis-gadis cantik saja. Aku dengar jika kapal ini bisa menyediakan pelacur"

Plakk!!

Tangan Basco langsung memukul kepala Benji saat mendengar ucapan kembarannya itu

"Apa-apaan kau Bas!"

"Kau yang apa-apaan bodoh! untuk apa kau menawarkan selangk*ngan yang sudah longgar pada Rai!"

Basco berdecak sambil kembali mengangkat tangannya tapi, dengan cepat Beji menahan tangan kembarannya itu

"Jangan pukul lagi sialan! aku hanya menawarkan! Jika dia tidak mau yang sudah, kita saja Bas"

Ucapan Benji membuat Basco menarik tangannya kembali, lalu menoleh pada Rayes, menoleh untuk meminta ijin. Ryes yang di runggu ijinnya langsung mengangguk asal, seolah tidak peduli.

Dan anggukan itu langsung membuat Beji dan Basco berjinjit sambil bersorak. Benji dengan semangat langsung melangkah untuk menuju ke dalam kapal. Sedangkan Basco kembali menatap Ryes

"Rai, aku akan mencari tahu apakah mereka bisa menyediakan perawan at-"

"Aku tidak berminat. Pergilah"

Bibir Basco langsung mencebit saat Ryes dengan tegas langsung menolaknya. Langkahnya mulai mengikuti arah Benji sambil berguman.

"Semenjak bertemu Putri Mahkota es itu, kau jadi aneh Rai"

Setelah langkah Basco mulai hilang dari indra pendengarannya, Ryes kembali menghembuskan asap kenikmatan yang di berikan tembakau.

Arah pandangnya yang masih menatap ke laut samudra, terus membuat banyak pikirannya melayang. Hingga bibirnya berguman

"Dia bukan Putri Mahkota lagi"

\=\=\=💚💚💚💚

Ayukk.. like dan komen-nya di tebar-tebar...

Terpopuler

Comments

Cut SNY@"GranyCUT"

Cut SNY@"GranyCUT"

Langsung lanjut baca ini setelah seesai baca BTC dan MTP..

2023-09-24

1

owl_panda

owl_panda

penasaran dengan lanjutan ceritanya ,, sesek baca fredrik ma victoria mati mengenaskan, tpi semua ngk ya, semoga diprank sama author 😁

2023-01-26

0

Pengawal Cakra-Anja

Pengawal Cakra-Anja

belum apa²... bawang sudah berserakan... 😭😭😭

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!