NovelToon NovelToon

Bloody Crown

BC 01

Francesca Victoria Rosemary Emylis Georgia Castalarox

Age: 24 Y.O

Ferdinand Fredrick George William Castalarox

Age: 24 Y.O

Ryes Alexander Hasting

Age: 29 Y.O

Regan Bernard Harrold Austin Cloone Beltruz

Age: 27 Y.O

Summer Bastiana Alexandrina Castalarox

Age: 18 Y.O

Anastasia Chaterina Hellena Castalarox

Age: 20 Y.O

Richard Edgar David Beltruz

Age: 15. Y.O

George Benedict Philip David Castalarox

Age: 76. Y.O

Feroca Antonias Bernard Cloone Beltruz

Age: 50 Y.O

Delana Veronica Elizabeth Anitha Berltruz

Age: 52 Y.O

...*******...

Francia, adalah sebuah kerajaan kecil yang sudah mengikat dua kerajaan lain. Kerajaan Vancia dan Tancia yang sudah di ikat dalam satu aliran darah kemakmurannya.

Francia, memiliki Raja dan Ratu terbaik di Eropan. Terbaik bukan karna luasnya kekuasaan mereka, bukan juga karna banyaknya kekayaan mereka tapi, karna bagaimana tentang kepemimpinan mereka yang bisa merubah dan mensejaterahkan rakyat-rakyatnya dari masa-masa keterpurukan Francia itu sendiri. Temasuk, untuk merubah kerajaan Trancia yang hampir mati karna kebusukan dari dalam kerajaannya sendiri.

Tapi, semua nama besar dan nama mulia yang di miliki Francia itu,

Sekarang sudah menjadi sejarah....

Karna Raja dan Ratu tersohor mereka telah pergi dengan kekalahan dan kehancuran istana Rembrantd, jantung utama Francia, nyawa dan simbol semua kekokohan Francia.

Puing-puing reruntuhan benteng dan dinding istana masih terus di bersihkan. Sisa-sisa warna merah yang sempat membanjiri seluruh penjuru istana masih terus berusaha di hilangkan. Aroma amis pekat yang menandakan jika pernah terjadi penyerangan luar biasa hebat di istana Rembrantd telah hilang tapi, tidak dengan tanda yang akan terus tertancap di dalam hati setiap manusia di Francia.

Tanda jika, mereka sudah kalah dan dirusak dari dalam. Di serang dari bagian jantung mereka, dari tempat aliran utama darah mereka memompa, istana Raja dan Ratu.

Di musim panas bulan kedua Francia. Keheningan mencekam tidak hanya menyelimuti istana Rembrantd, tapi juga di seluruh ibu kota dan Francia.

Mereka diam, mereka bergerak, mereka bernafas, mereka bekerja. Berusaha hidup seperti biasa tanpa ingin percaya dan bisa menerima jika Raja dan Ratu tercinta mereka, telah di bunuh.

Raja dan Ratu mereka, telah mangkat dengan cara yang tidak ingin mereka percayai

Bahkan, tubuh Raja dan Ratu tidak bernyawa mereka pun, tidak bisa Francia miliki. Tidak bisa di kebumikan di tempat orang-orang kebanggan dan kecintaan mereka, di pemakaman para pemilik tahta kerajaan Francia.

Rintihan di dalam sebuah kamar itu terus membuat pelayan yang ada di sana ikut menangis. Gumanan dan kegelisahan dalam tidur seseorang di kamar itu, terus membuat semua yang ada di sana ikut teriris.

Di dalam sebuah kamar, seorang gadis terbaring lemah dengan terus merintih dan gelisah dalam tidurnya. Di dalam kamar yang kemarin siang baru saja di selesai bersihkan itu, seorang gadis sedang terbaring penuh kesakitan

Francesca. Pewaris tahta baru Francia, pemegang kekuasaan mutlak Francia yang baru, terlalu hancur untuk bisa terus bernafas dengan baik setelah mendapati semua kenyataan. Kenyataan yang terlalu mengerikan dan pedih untuk menjadi kenyataan.

Dengan tangan gemetar dan keadaan yang selalu bisa merasakan satu sama lain, Ferdinand kembali mengusapi peluh di dahi Francesca yang kembali basah.

Dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, tangan Ferdinand terus menggenggam tangan kakaknnya, dengan keadaan dirinya yang tidak jauh lebih baik. Dirinya yang juga hanya bisa terbaring kesakitan di atas ranjang yang sama dengan kakaknya.

Hanya saja, Ferdinand selalu mengingat pesan ayah mereka. Pesan jika Ferdinand adalah seorang pria, seorang putra satu-satunya yang memiliki saudari-saudari yang harus di lindunginya.

Karna itu, meski tubuh dan hati Ferdinand juga sama hancurnya dengan Francesca, dirinya tetap akan menjaga kakaknya dengan kekuatan penuh. Dirinya akan menjadi benteng kekuatan kokoh untuk Francesca yang setelah ini, pasti akan lumpuh dari dalam, cacat dari dalam. Sama seperti dirinya dan mungkin semua orang yang mencintai ayah dan ibu mereka.

"Dinand..."

Francesca berguman lirih sambil memegangi tangan Ferdinand yang terus mengusap dahinya

"Iya Frans"

"Aku... aku bermimpi buruk, sangat buruk Dinand"

Bibir Ferdinand terasa keluh, arah pandangnya mulai buram, sebelah tangannya yang terus menggenggam tangan kakaknya menguatkan genggamannya.

"Aku tahu, aku tahu Frances"

Isakan pedih Francesca kembali terdengar, bibirnya yang bergetar hebat kembali berguman lirih

"Aku bermimpi sangat buruk. Aku takut Dinand. Aku takut"

Ferdinand menggeser tubuhnya agar bisa memeluk kakaknya, memeluk tubuh panas kakaknya, suhu tubuh yang sama panasnya dengan tubuhnya

"Aku juga Frans, aku juga takut. Tapi kita bersama, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita yang bersama"

Suara isakan Francesca semakin kuat, isakan yang kembali mengisi suara di kamar Ratu baru itu, isakan yang membuat semua para pelayan Francesca ikut terisak pedih.

--000--

Setelah mengantar kepergian Anastasia, George langsung membawa langkahnya untuk menuju ke kamarnya. Edward yang kebetulan baru tiba saat Anastasia akan berangkat ke istana, langsung mengikuti langkah George.

Saat mereka sudah di kamar, George menatap keluar jendelannya yang terbuka. Arah pandangnya menatap pemandangan ungu kebun lavender yang sangat di sukai salah satu anak laki-lakinya.

"Bagaimana Ed?"

George bertanya tanpa merubah arah pandangnya, bertanya pada Edward yang langsung menjawab

"Her High-" Dengan cepat Edward memperbaiki ucapannya. "Her Majesty dan His Highness sedang terbaring sakit. Istana sedang berusaha di bersihkan. Dan parlement sedang sangat kacau"

Kepala George mengangguk paham.

"Summer?"

Kedua mata Edward terpejam sejenak, lalu kembali terbuka dan menjawab dengan tidak yakin

"Bosnia. Mereka membawa Her Highness Putri Summer ke Bosnia. Dan hingga sekarang, belum ada yang bisa mencari tahu keadaannya"

Tangan tua George yang sudah bertumpu di pinggiran jendela, mencengkam kuat kayu sampul jendela sambil berucap

"Henry?"

"Masih di rawat, tapi luka His Highness Pangheran Henry tidak terlalu mengkhawatirkan"

Helaan nafas panjang George berhembus. Arah pandangnya menatap kebun lavender dengan sendu.

"Pergilah ke istana Ed. Jaga dan perhatikan anak-anak hingga mereka bisa kembali bangun dan berjalan. Atur dan ambil alih kesatria-kesatria andalan yang sengaja di tinggalkan. Persiapkan mereka"

Alis Edward mengerut dalam, arah pandangnya menatap punggung tua George dengan sebuah pertanyaan. Hingga mulut Edward, mengeluarkan pertanyaan yang ada di dalam kepalanya

"Apa mereka akan menyerang lagi?"

Dengan kedua tangan yang semakin mencengkam kuat, kedua mata abu-abu George mengkilap tajam

"Jika aku ingin memiliki sesuatu dengan cara merebut, tapi yang ingin ku miliki masih mempunyai pemiliknya. Menurutmu apa yang harus aku lalukukan Ed?"

Edward yang langsung paham dengan cepat langsung menunduk sopan

"Aku pergi sekarang George. Jangan lupa obat vitaminmu, dan jangan lupa teh herbalmu saat malam"

Setelah berucap, Edward langsung berlarian menuju pintu keluar kamar George. Edward harus cepat, dirinya harus kembali dengan cepat ke istana yang sedang sangat lemah. Sangat lemah hingga sedikit saja badai menghantam istana, semuanya pasti akan rata.

--000--

Di pusat utaman politik ke dua kerajaan Francia, parlement. Di ruang utama parlement. Pagi ini masih saja terus di selimuti keheningan. Lima keluarga besar Francia di sana masih terus larut dalam luka dan duka mereka.

Luka dan duka yang selalu mereka tolak dan tidak ingin mereka terima.

Kekalahan dan kehilangan, adalah hal yang paling di benci ke lima nama keluarga paling berpengaruh di Francia setelah nama Castalarox.

Arthur terus menatap kosong mejanya, Thomas masih terus memejamkan kedua tangannya, Charles tidak juga berhenti memijat tangannya sendiri, dan Albert masih terus menatap ke luar jendela dengan kecemasan dan ketakutan.

"Uncle"

Suara Arthur yang akhirnya memecahkan keheningan di sana membuat semua mata mulai meliriknya. Arthur yang berucap sambil terus menatap kosong mejanya kembali mengeluarkan suaranya.

"Kita tidak bisa seperti ini"

Semua orang tahu itu. Semua orang mengerti maksut Arthur tapi, mereka sekarang terlalu lemah hanya untuk sekedar membahas surat-surat keluhan dari rakyat. Hal dasar yang akan selalu mereka lakukan agar parlement bisa berputar sesuai fungsinya.

"Kami tahu Arthur tapi-"

"Aku masih bisa merasakan jika adikku, yang beberapa hari lalu datang kemari untuk meminta bantuan, masih berbisik dengan perintah tajam padaku. Agar kita harus terus menjalankan parlement dengan baik setelah serangan ini. Dengan atau tanpa dirinya, dengan atau tanpa namanya lagi, dan ada atau tidaknya masalah, setelah ini semuanya harus berjalan seperti biasa"

Ucapan Arthur langsung membuat semua kepala di sana menoleh padanya

"Apa maksutmu?"

Albert bertanya dengan kedua alis mengerut dalam. Dengan bibir keluh, Arthur menatap jauh keluar jendela

"Mereka tahu. Adikku dan suaminya sudah tahu jika mereka akan tetap kalah. Mereka tahu jika Francia tidak akan bisa bertahan dengan serangan itu. Karna itu mereka menggiring serangan hanya pada mereka, hanya pada istana"

Benar... Itulah sebabnya Raja dan Ratu mereka tidak mencoba pergi dari istana saat kejadian itu. Itulah sebabnya mereka hanya meminta tolong untuk meminta sedikit pasukan. Karna Raja dan Ratu, pasti sudah bisa menilai kekalahan mereka dan sebisa mungkin meminimkan darah dari pemuda Francia. Lihatlah... bagaimana cintanya Raja dan Ratu mereka pada kerajaan mereka itu.

"Berikan kotak-kota surat keluhan Char"

Akhirnya, Thomas yang sudah tersadar mulai membuka suaranya. Mulai membuka pekerjaan mereka

Dan Albert, hanya bisa kembali menatap jauh keluar jendela dengan kedua mata berkaca-kaca.

--000--

Masih dengan semua aroma amis yang terus tersimpan dengan baik di dalam ingatannya, masih dengan rasa lengket yang terus terasa ada di sekujur kulitnya, seorang gadis bersurai coklat keemasan terus menutup rapat mulutnya dengan arah pandang yang juga terus menatap kosong ke dinding-dinding kamar itu

Meski semua pelayan terus membujuk dan bahkan memaksanya untuk makan, tapi hanya untuk sekedar meneguk air di tenggorokannya saja, gadis itu tidak ingin dan tidak mampu.

Ingatannya yang terus terngiang tentang bagaimana bentuk tubuh ayah dan ibunya yang ikut di bawa bersamanya, membuat segala rasa perih terperih terus menggerogoti hatinya. Menggerogoti tanpa ampun hatinya yang sudah menghitam bersamaan dengan tubuh kedua orang tuannya yang sudah membeku.

Kedua tubuh yang bahkan tidak bisa dirinya sentuh lagi, tubuh-tubuh yang tidak akan pernah bisa menghangat lagi, tubuh-tubuh yang tidak akan bisa kembali lagi padanya.

"Your Highness.. tolong makanlah sedikit. Anda sudah tiga hari belum memamkan apapun"

Suara yang terus mengganggu telingannya itu, akhirnya membuat arah pandang gadis itu menatap seorang pelayan yang masih juga belum menyerah untuk membujukknya.

Kedua bola mata abu-abu yang biasanta terlihat ceria dan hangat itu, sudah tidak menunjukkan lagi sedikitpun suasana kehidupan dan keinginan. Abu-abu yang sudah menggelap.

"Bisakah kau memberikan makanan yang ku inginkan?"

Suara yang biasanya terdengar ramah dan lembut itu, sekarang sudah tidak menunjukkan lagi suara kelembutan yang biasa dirinya miliki.

Tapi, pelayan itu tidak bisa mengerti semua perubahan yang sudah terjadi pada gadis itu. Pelayan itu tidak tahu jika gadis itu, sudah bukan lagi dirinya yang biasa, sudah bukan lagi anak kesayangan papanya yang naif dan cerita.

"Anda ingin makan apa Your Highness? Katakan saja, sa-"

"Berikan aku jantung Pangeran Putra Mahkota. Panggang jantungnya untuk makananku, dan peras seluruh darahnya untuk minumannku"

Pelayan itu tersentak, arah pandangnya menatap gadis itu dengan ngeri dan tidak percaya. Bagaimana bisa gadis berwajah lembut seperti itu bisa mengeluarkan ucapan semengerikan itu?

Melihat jika pelayan yang ada di depannya sudah melotot dengan wajah pias. Separuh sudut bibir gadis itu tertarik ke atas.

"Tidak bisa?" Kekehan dingin tanpa rasa humornya terdengar, dengan arah pandangnya yang kembali menatap kosong ke dinding kamar, bibirnya kembali berucap datar. "Karna itu diamlah, berhenti bersuara di sekitarku"

--000--

Dengan tangan yang terus memegangi tembakau di tangannya, dengan sesekali mulutnya menghisap asap menyenangkan dari tembakau yang di bakar, arah pandangnya masih terus menatap ke laut samudra yang membentang luar.

Kedua bola mata sebiru samudranya terus menikmati pemandangan di tengah-tengah kebisingan yang di buat kedua anak buah, anak buah yang juga adalah teman terbaik tergilanya.

Bibir Ryes menipis saat membayangkan dirinya yang akan kembali ke Bosnia. Kerajaan yang di cintainya, tapi juga kerajaan yang di bencinya.

"Jangan banyak termenung Rai. Ayo kita cari gadis-gadis cantik saja. Aku dengar jika kapal ini bisa menyediakan pelacur"

Plakk!!

Tangan Basco langsung memukul kepala Benji saat mendengar ucapan kembarannya itu

"Apa-apaan kau Bas!"

"Kau yang apa-apaan bodoh! untuk apa kau menawarkan selangk*ngan yang sudah longgar pada Rai!"

Basco berdecak sambil kembali mengangkat tangannya tapi, dengan cepat Beji menahan tangan kembarannya itu

"Jangan pukul lagi sialan! aku hanya menawarkan! Jika dia tidak mau yang sudah, kita saja Bas"

Ucapan Benji membuat Basco menarik tangannya kembali, lalu menoleh pada Rayes, menoleh untuk meminta ijin. Ryes yang di runggu ijinnya langsung mengangguk asal, seolah tidak peduli.

Dan anggukan itu langsung membuat Beji dan Basco berjinjit sambil bersorak. Benji dengan semangat langsung melangkah untuk menuju ke dalam kapal. Sedangkan Basco kembali menatap Ryes

"Rai, aku akan mencari tahu apakah mereka bisa menyediakan perawan at-"

"Aku tidak berminat. Pergilah"

Bibir Basco langsung mencebit saat Ryes dengan tegas langsung menolaknya. Langkahnya mulai mengikuti arah Benji sambil berguman.

"Semenjak bertemu Putri Mahkota es itu, kau jadi aneh Rai"

Setelah langkah Basco mulai hilang dari indra pendengarannya, Ryes kembali menghembuskan asap kenikmatan yang di berikan tembakau.

Arah pandangnya yang masih menatap ke laut samudra, terus membuat banyak pikirannya melayang. Hingga bibirnya berguman

"Dia bukan Putri Mahkota lagi"

\=\=\=💚💚💚💚

Ayukk.. like dan komen-nya di tebar-tebar...

BC 02

"Bangun! bangun bodoh!!"

Dengan tersentak, Ferdinand langsung membuka kedua matanya saat tubuhnya terus di guncang dengan kuat.

Masih dengan tubuh yang terasa lemah dan arah pandang yang sedikit buram, Ferdinand mencoba menyerap keadaan. Hingga wajah seseorang yang sangat di kenalnyan muncul di depan wajahnya dengan tampang gahar, seperti biasa.

"Ed?"

Edward kembali mengguncang-guncangkan dengan kuat tubuh Ferdinand sambil mendengus kuat

"Bangunlah. ini bukan saatnya kau bisa sakit"

Ucapan Edward membuat Ferdinand langsung menoleh ke arah samping. Untuk melihat keadaan saudari kembarnya. Saudari kembarnya yang lebih Ferdinand khawatirkan dari pada dirinya sendiri. Tapi, ranjang di sebelahnya sudah kosong.

Sambil mengangkat punggungnya dengan susah payah, Ferdinand mulai bangkit sambil mengerdarkan arah pandangnya.

Hingga Ferdinand bisa melihat Francesca yang ternyata sudah duduk di kursi meja, duduk diam sambil menatap ke arah luar jendela.

"Frans?"

"Aku baik-baik saja"

Jawaban datar Francesca membuat Ferdinand cukup lega. Tubuhnya yang masih cukup lemah mulai kembali bergerak hingga suara pintu yang terbuka membuat arah pandang semua orang menoleh ke arah siapa yang datang.

Sudah berhari-hari Ferdinand terbaring lemah dengan hanya bisa terus tenggelam dalam kegelapan dan kekhawatirannya pada Francesca. Hingga dirinya melupakan istrinya, istrinya Anastasia yang sedang masuk ke dalam kamar dan langsung memberikan senyum hangat padanya

"Selamat siang"

Kedua tangan Ferdinand langsung terangkat ke arah Anastasia. Anastasia yang mengerti langsung mendekat pada ranjang dan langsung masuk ke dalam dekapan suaminya.

Beberapa detik mereka saling memeluk, hingga Ferdinand dengan cepat melepaskan pelukannya saat Edward sudah menyeret sebuah kursi, kursi untuknya. Kursi yang hanya di geser Edward di depan kursi Francesca, tapi juga menjadi sebuah ucapan jika Ferdinand harus segera menuju ke sana

Sambil membantu suaminya untuk bangkit berdiri dari ranjang, Anastasia juga ikut melangkah mendekat pada Francesca yang masih belum juga merubah arah pandangnya.

Hingga Ferdinand sudah duduk di kursi, suara Francesca kembali terdengar.

"Ana?"

Anastasia langsung memisahkan diri dari suaminya, dan langsung menatap punggung Francesca dengan sopan.

"Iya Your Majesty"

"Hari ini kau pimpin rapat bersama Pangeran Henry. Dan kirim surat undangan ke parlement untuk besok"

Dengan cepat Anastasia mengangguk paham

"Baik Your Majesty"

Setelah mendengar jawaban Anastasia, Francesca langsung berdiri dari kursinya sambil berucap

"Apa kau sudah memanggil para anjing terbaik Ed?"

Kepala Edward langsung mengangguk

"Sudah Your Majesty"

Ucapan Francesca yang entah mempunyai maksut apa. Membuat Ferdinand, Edward, dan Anastasia langsung menatap punggung Francesca yang masih mengarah ke depan jendela. Arah pandang mereka meminta penjelasan tentang apa yang sedang di rencanakan Francesca. Hingga suara Francesca kembali terdengar.

"Jika kalian mendengar pemilik dari kerajaan yang ingin kalian rebut sudah muncul. Apa yang akan kau lakukan?"

Sudut mata Edward berkedut. Ternyata benar, jika Francesca adalah anak kakeknya. Lihatlah bagaimana cara berpikirnya yang sama persis seperti George.

Setelah melihat langkah Francesca yang mulai bergerak, Edward menunggu langkah Ferdinand dan Anastasia yang mulai mengikuti langkah Francesca. Lalu dirinya ikut bergerak menuju ke camp kesatria.

Saat langkah mereka sudah sampai di depan pintu istana yang masih coba di perbaiki, sama seperti yang terjadi di segala sisi sudut istana, Anastasia segera memisahkan dirinya untuk menuju ke ruang rapat. Dimana di sana semua gentleman dan Henry mungkin sudah berkumpul.

Sedangkah mereka bertiga tidak menghentikan langkah mereka yang akan menuju camp kesatria.

Arah pandang Ferdinand dan Francesca melebar, menatap segala kerusakan yang masih di perbaiki. Selama empat hari ternyata mereka sudah membuang banyak waktu berharga karna terbaring, dan akhirnya dua kembaran itu mulai menyadari jika sudah terlalu banyak waktu yang mereka sia-siakan.

Karna itu. Meski sama-sama merasa jika tubuh mereka masih lemah, dua kembar itu tidak akan mengikuti tubuh mereka tapi, mereka akan mengikuti bara api di hati mereka yang mulai kembali membakar perasaan mereka.

Langkah Francesca dan Ferdinand sudah menuju camp kesatria yang langsung di sambut semua kesatria dengan raut wajah yang jelas menunjukkan kesedihan dan kesakitan. Francesca dan Ferdinand tahu itu, mereka mengerti jenis perasaan seperti itu, karna mereka pun sama. Sama-sama merasa sedih dan sakit karna duka yang tidak ingin mereka anggap nyata.

"Selamat siang, Your Majesty dan Your Highness" Jeremmy dan kesatria andalan Raja yang lain langsung menyambut kedatangan mereka, lalu mereka sama-sama menatap ke arah Edward. "Kapt"

Edward hanya mengangguk singkat dan langsung mengambil posisinya.

Meski kursi-kursi sudah di sediakan, tapi Francesca memilih berdiri yang membuat semua orang juga harus berdiri.

"Gregory"

Suara datar Francesca membuat Gregory yang sedang menatap lekat wajah Francesca dan Ferdinand langsung mengangguk

"Iya Your Majesty"

"Cari tahu segala hal tentang ke empat kerajaan terkutuk itu. Segala hal, setiap detail, semua jejak apapun yang bisa menjadi cela"

Dengan paham, kesatria penyelidik terbaik Francia itu mengangguk

"Baik Your Majesty"

Jawaban paham dan tegas Gregory membuat Francesca menatap Keelf dan Farel sejenak. Lalu kembali membuka suara datarnya.

"Menyelinaplah ke Bosnia. Lihat dan perhatikan sejenak bagaimana kerajaan itu bergerak. Dan jika kalian memiliki peluang, cari tahu tentang keadaan Putri Summer. Tapi Putri Summer bukanlah prioritas utama kalian"

Perintah tegas dan jelas Francesca membuat semua kepala menatapnya. Mereka berpikir, bagaimana bisa mencari tahu tentang keadaan Summer bukanlah prioritas utama?

Francesca yang mengerti raut wajah penuh tanya seluruh orang di sana, kecuali kembarannya. Kembali membuka mulutnya

"Aku yakin mereka tidak akan melakukan apapun pada Putri Summer, belum. Karna mereka pasti punya banyak rencana dengan itu, dan kematian Putri Summer hanya akan merugikan mereka"

Akhirnya semua orang mengerti. Termasuk Keelf dan Farel, kesatria yang paling ahli dalam menyelinap dan mencuri itu langsung menngguk paham.

"Baik Your Majesty"

Arah pandang Francesca menatap Jeremmy

"Apa sisa kesatria masih banyak?"

Dengan yakin dan cepat Jeremmy menjawab

"Kesatria terbaik Francia masih utuh, bersama kesatria terbaik milik mendiang Raja. Mereka tidak ikut di medan pertempuran, Your Majesty"

Ahh.. jawaban Jeremmy membuat Francesca dan Ferdinand kembali merasakan desiran nyeri di dalam dada mereka karna tersadar. Tersadar, jika para kesatria yang di kirim bersama Francesca untuk ke African, dan para kesatria yang juga ikut bersama mereka ke Yorksire saat terjadinya peristiwa itu, sepertinya memang sudah di persiapkan Fredrick.

Semua itu sangat berkesinambungan, seperti memang sudah sangat-sangat di perhitungkan. Jadi, apakah ternyata ayah mereka memang sudah cukup lama tahu jika semua ini memang akan terjadi? atau ini hanya kebetulan yang cocok dari perhitungan ayah mereka yang cerdas dan licik itu?

Dan pemikiran itu, langsung membuat tangan Francesca mencengkam gaunnya. Sedangkan Ferdinand, langsung menggigit kuat bibir dalamnya. Karna rasa sesak dan perih hebat mulai menggerogoti isi dada mereka.

"Ed"

"Iya Your Majesty"

"Persiapkan para kesatria dengan baik. Persiapkan dalam keadaan yang seperti apapun"

Edward langsung mengangguk paham dan bersuara

"Saya mengerti Your Majesty. Tapi, berapapun kekuatan kita, melawan senjata meriam hanya akan memberikan kerusakan parah. Walaupun kita menang sekalipun, akan banyak kerugian yang akan berhamburan"

"Aku tahu itu Ed"

Sambil berucap, tangan Francesca merogoh saku mantelnya. Tangannya langsung mengeluarkan amplop yang sudah di stempel dengan stempel resmi berlambang ular hitam berkepala dua, lalu terulur pada Carl. Carl dengan cepat langsung maju sambil menunduk sopan untuk menerima perintah Francesca yang langsung di ucapkannya

"Berikan ini ke pengadilan dunia Carl, dan buat agar ampop kecil ini bisa menjadi cerita yang besar"

Ucapan Francesca langsung membuat Ferdinand, Carl, dan Jeremmy menyeringai. Luar biasa! Ternyata mereka sangat salah jika harus mengkhawatirkan keadaan Francesca. Karna Francesca, Ratu mereka yang baru, ternyata sudah siap untuk menanggung beban seorang pemilik tahta mutlak yang cerdas, sama seperti para pendahulunya. Walaupun Francesca menerimanya harus dalam keadaan terpaksa seperti ini.

Kepala Carl langsung mengangguk sambil menerima amplop dengan sopan

"Baik Your Majesty"

Pengertian yang bisa di baca Ferdinand, Carl, dan Jeremmy di sana, nyatanya tidak berlaku untuk sisa kesatria terbaik di sana. Cara mereka memandang amplop, mematap wajah Carl, serta mengamati raut wajah Francesca jelas menunjukkan kebingungan yang membuat Francesca akhirnya menjelaskan.

"Aku ingin mereka mendengar jika aku mengajukan tuntutan untuk mereka ke pengadilan dunia. Aku ingin mereka tahu, dan jadi tidak sabar untuk datang padaku"

Edward langsung tersentak, dan menatap Francesca dengan mulutnya yang langsung memuntahkan kekhawatirannya

"Tapi Your Majesty, apakah ini akan baik-baik saja?"

Separuh sudut bibir Francesca tertarik

"Akan selalu ada hal meleset dari setiap perhitungan Ed. Karna itu aku memintamu untuk tetap mempersiapkan jika perhitungan ini menjadi sedikit meleset, tapi-" Francesca menjedah untuk menatap semua wajah di sana. "Tapi selama isi amplop ini di proses, mereka yang sedang ingin ku tuntut, akan berpikir setidaknya beberapa kali jika ingin menyerang. Tuntutan yang sedang di proses akan membuat mereka menjadi sorotan. Meskipun kita semua tahu, jika kecil kemungkinan pengadilan dunia akan menerima tuntutan sebuah penahlukkan kerajaan oleh kerajaan lain." Tangan Francesca yang bertaut di depan perutnya mengerat, lalu kembali berucap. "Waktu, aku butuh waktu pasti selama mungkin. Kita butuh waktu tenang untuk mencari cela ataupun melihat peluang di dalam waktu yang tidak membuat kita terus merasa khawatir karna serangan"

Suara datar Francesca membuat perasaan bangga, tenang, dan terlindungi langsung membakar semangat para kesatria terbaik di sana. Mereka yang sudah bersumpah untuk hidup demi pewaris tahta dan demi Francia langsung merasakan perasaan tunduk yang selalu bisa mereka rasakan ketika bersama para mendiang Raja. Dan sekarang, perasaan itu muncul saat mendengar suara Ratu baru mereka.

Mereka sudah bisa sangat yakin dan sudah kembali membara dalam semangat kegunaan mereka sebagai kesatria.

Hingga Edward yang dulu selalu memperhatikan bagaimana Francesca kecil tumbuh di Yorksire, langsung menekuk satu kalinya ke atas lantai dengan kepala tertunduk. Dan pergerakan itu, langsung di ikuti semua kesatria lain.

Srang!!

"Your Majesty Ratu Francesca"

Dengan pedang yang sudah ada di kedua telapak tangannya yang terangkat ke atas kepala, Edward mewakili yang lain untuk memberikan sumpah setiap mutlak mereka kepada Ratu baru Francia.

Dengan kedua mata berkaca-kaca, Ferdinand menatap Francecsa yang sudah menatapnya. Kepala Ferdinand mengangguk yakin yang membuat tangan Francesca langsung meraih pedang Edward. Pedang yang sudah memberikan pengabdian mutlak kepada dua generasi Raja terdahulu.

Tangan Francesca terangkat. Mengangkat pedang spesial milik anjing gila perang Francia itu ke depan wajahnya. Kedua bola mata abu-abunya yang selalu menjadi simbol pewaris tahta utama Francia itu mengkilap, bersamaan dengan kilapan tajam badan pedang. Mulut Francesca yang mengatup keras berdesis tajam dengan seluruh isi hatinya

"Bakar dan hanguskan mereka semua yang sudah membuat kita menjadi seperti ini. Iris, kuliti, dan tusuk kehidupan mereka semua dengan segala rasa sakit dan perih kita. Mereka harus membayar semua kerusakan dan kehilangan kita. Merek harus menjerit di kematian mereka!"

Kedua bola mata Ferdinand menggelap dan berkobar. Sama seperti semua mata yang sudah menunduk di sana. Mata yang sudah terbakar dengan perasaan amarah, kebencian, dan dendam yang tidak akan bisa di redakan lagi.

Mereka... akan membinasakan semuanya. Mengiris, menguliti, dan menusuk semua yang sudah membuat mereka menangis dan tenggelam dalam kegelapan rasa kesakitan perih.

"Dengan seluruh nyawa kami, Your Majesty!"

--000--

Di sini lain, Anastasia yang sudah tiba di ruang rapat langsung menatap semua wajah gentleman yang sudah ada di sana. Wajah-wajah yang menunjukkan rasa terkejut dan juga enggan. Sangat tidak sopan.

Jelas saja, mereka semua pasti berpikir jika Francesca yang akan masuk ke dalam sana. Tapi, inilah kenyataannya, dan inilah Anastasia yang akan memimpin rapat.

Solar yang melihat tidak adanya rasa sopan yang di tunjukkan untuk nyonya tuannya hampir membalik meja besar di sana tapi,

"Kalian terlihat kecewa"

Anastasia berucap lembut sambil berjalan melewati kursi yang sudah di sediakan untuknya.... atau untuk Francesca?

Mereka semua hanya diam dalam keheningan dengan raut wajah tidak nyaman dan tidak suka. Anastasia yang melihat itu kembali bersuara.

"Suka tidak suka, terima tidak terima, akulah yang akan memimpin rapat besar kali ini. Aku yang akan-" Anastasia menjedah dan mengitari punggung-punggung para gentleman yang sedang duduk di kursi meja panjang disana. "Mengambil keputusan dan menyimpan keputusan. Aku, mantan Putri Mahkota kerajaan Trancia yang juga menjadi bagian dari Francia. Gentleman yang terhormat" Setelah selesai mengitari semua punggung dengan meyebar perasaan berkuasanya, Anastasia kembali menuju kursi pemimpin rapat. Berdiri di sana sambil menarik sebelah sudut bibirnya. "Jika kalian tidak ada yang bisa menerimanya, silahkan angkat kaki dari sini. Pergi dan jangan pernah kembali lagi ke sini"

"Your Highness!"

BRAAAKKK!!

"Lancang! berani sekali kau berteriak padaku! siapa dan apa statusmu hingga berani meneriakiku hah!!"

Cangkir teh Anastasia yang ada di atas meja langsung terbalik saat tangan Anastasia memukul kuat meja di depannya. Arah pandang Anastasia mengkilap tajam menatap semua wajah yang sudah menunduk tidak berani menatapnya.

"Pergi! pergi dari sini! Pergi kemana kalian ingin pergi! pergi dan biarkan Francia ini hancur!! Hancur karna ego kalian!" Bibir Anastasia berdesis tajam. "Her Majesty Ratu Francesca butuh dukungan dan butuh pion-pion berguna untuk bangkit dan membangkitkan Francia. Dan kalian di sini masih memikirkan ego sampah menjijikkan kalian hah!" Telunjuk Anastasia menunjuk dada kirinnya. "Di sini, di sini rasanya sangat perih dan mematikan karna apa yang sudah terjadi. Dan kalian masih bisa dengan sombongnya mengagungkan ego sampah kalian hah!! Kalian sedang menghina aku? menghina aku mantan Putri Mahkota Trancia dan pendamping pilihan mendiang Raja Fredrick!!"

Braakk!!

Anastasia berteriak keras dan kembali memukul meja. Menumpahkan segala kekesalan dan amarahnya.

Semua yang ada di sana langsung menunduk sopan dan segan tanpa berani menatap Anastasia. Dan Solar yang hampir saja membalik meja di sana tadi, jadi ikut merasa segan dan sedikit takut. Baru ini dirinya melihat nyonyanya mengamuk

Baiklah... African dan segala kehidupan dua musim di sana sepertinya sudah mengubah nyonyanya. Atau mungkin.... semua ini karna kebencian, kemarahan, dan dendam yang sudah menghitamkan hati mereka?

\=\=\=💜💜💜💜

Jangan lupa like dan komen-nya di sebar-sebar yaaa...

BC 03

Dengan sangat perlahan dan hati-hati, Anastasia menggeser lengan kokoh yang melingkar di tubuh polosnya. Sambil bergerak dengan perlahan, Anastasia terus menatap suaminya yang tampak sangat kelelahan karna beban pikiran dan perasaan.

Tangan Anastasia terulur untuk mengusap pelipis suaminya yang terus mengerut. Karna Ferdinand suaminya, pasti sedang bermimpi buruk lagi.

Setelah dahi itu berhenti mengerut, Anastasia dengan sangat perlahan menggeser tubuhnya dan langsung menyambar gaunnya yang tergeletak begitu saja di atas lantai.

Kakinya mulai menapaki lantai dan bergerak untuk menuju lemarinya. Membuka lemari, lalu meraih sebuah kotak kecil tempat dirinya menyimpan benda-benda kenangannya.

Anastasia mendaratkan bokongnya di sebuah kursi sambil memeluk kotak kecil yang sudah di simpannya selama separuh hidupnya itu.

Dengan tangan yang gemetar dan arah pandang yang mulai buram, Anastasia meraih dua buah surat di sana. Satu surat dengan nama pengirim Riri, dan satu surat lagi dengan nama pengirim Fred.

Kedua mata Anastasia langsung meluncurkan air matanya saat mulai membaca isi surat yang sama-sama berisi tentang ucapan selamat ulang tahun untuknya. Anastasia terus mengulangi, dan terus meresapi setiap kata-kata penuh kasih sayang yang di berikan kedua orang tua Ferdinand untuknya.

Kenapa semuannya menjadi seperti ini? Kenapa kebahagiaan yang baru saja akan di nikmatinya langsung menghilang dalam sekejap mata seperti ini?

Bahkan Anastasia belum mengungkapkan isi hatinya pada mereka. Mulutnya belum mengucapkan rasa terimakasih dan permintaan maaf pada mendiang Raja dan Ratu tercinta mereka.

Dengan kedua tangan yang sudah memeluki surat-surat, isakan tertahan Anastasia semakin menjadi. Dirinya sekuat nyawa menjaga suaranya agar tidak mengganggu tidur suaminya yang pasti jauh lebih menderita lagi karna tenggelam dalam lubang kehilangan.

Suaminya, yang tanpa Anastasia ketahui jika sudah meneteskan air matanya dengan kedua mata terpejam. Suaminya yang juga sudah terbangun saat Anastasia mengusapi dahinya.

Ferdinand...

Ferdinand yang sudah mengepalkan kedua tangannya dengan dada yang terus di hujami besi panas kepedihan. Hingga rasanya Ferdinand lebih memilih untuk mati dari pada harus merasakan kesakitan itu.

Sangat sangat sangat sakit...

Bukan hanya karna perasaannya sendiri, tapi juga karna perasaan seseorang yang pasti sekarang sedang menjerit kesakitan.

Francesca....

Francesca yang sedang menangis dengan menahan jeritan pedih tanpa ampunnya. Dengan kedua tangan yang terus memeluk kedua mahkota ayah dan ibunya, Francesca terus menumpahkan air matanya berdarahnya.

Perih..

Nyeri..

Menyesakkan..

Membakar..

Dan, menenggelamkan jiwannya kedalam segala bentuk rasa menyakitkan yang terus membuat Francesca ingin lebih memilih untuk mati.

Tangisan pilu tertahan Francesca terus mengisi seluruh isi kamarnya yang dingin dan hampa.

Sama seperti di sebuah kamar yang jauh dari tempat kakak-kakaknya berada. Sebuah kamar yang sangat mewah terus di isi suara isak tangis menyakitkan seorang gadis.

Summer....

Summer terus menangis dan menjerit seperti sudah kehilangan akalnya. Setiap malam setelah terbangun sendiri dari mimpi buruknya, Summer akan terus menjerit dengan rasa kesakitan tanpa ampun yang terus menghujami dadanya.

Dan malam itu, adalah malam dibulan kedua musim panas Francia. Malam di hari ke enam setelah terjadinya kekalahan istana Rembrantd.

Jeritan dan tangisan kesakitan terus mereka keluarkan dalam pekatnya malam dan sunyinya kegelapan malam.

Air mata berdarah mereka terus menetes dalam kepedihan karna kehilangan.

Pedih tanpa ampun yang menenggelamkan hati mereka ke dalam lubang terdalam kesakitan. Kesakitan yang sudah membekukan dan menghitamkan hati mereka.

Hati mereka yang sudah tidak mungkin lagi memiliki kehangatan dan rasa maaf.

Sama seperti seorang pria tua yang terus meneteskan air mata di kedua mata tuannya.

George...

Dengan kedua tangan yang terus memeluki sebuah baju kecil usang, air matanya terus mengalir pilu.

George terus menangis tergugu sambil memeluk sebuah baju kecil dan sepasang sarung tangan yang belum selesai di rajutnya.

Baju kesayangan salah satu putranya yang di rajut oleh mendiang istrinya, dan sepasang sarung tangan yang rencananya akan George berikan untuk menantu kesayangannya.

"Tuhan... Tolong tukar saja nyawa hambamu yang tua ini.. Tolong tukar saja nyawa tidak berharga ini dan kembalikan anak-anakku... Tolong Tuhan... Tolong kembalikan mereka..."

Edward yang malam itu baru saja tiba di Yorksire dan berencana ingin melihat keadaan George, langsung menutup kembali kamar pria tua itu. Dirinya langsung menunduk dengan kedua mata yang tidak bisa membendung lagi air matanya.

Hingga bermenit-menit Edward ikut menangis dalam diamnya. Hingga akhirnya Edward memutuskan untuk meninggalkan sebuah surat dan akan kembali lagi ke istana.

Dirinya yang tidak akan pernah kehabisan masa kebengisan itu, akan berjuang memberikan apapun agar bisa berguna.

Bahkan, jika harus menjual jiwannya pada iblis sekalipun. Edward akan melakukannya bersama semua Castalarox yang pasti juga sudah siap jika harus menenggelamkan diri mereka ke dalam kegelapan.

Kemarahan, kebencian, dan dendam yang terus menggerogoti setiap hati mereka. Entah bagaimana akan menuntun jalan pembalasan untuk orang-orang yang bertanggung jawab dengan semua kerusakan hati yang telah mereka torehkan, di dalam hati seluruh Castalarox.

--000--

"Kau sudah kembali Rai?"

Ryes yang baru saja akan menaiki tangga untuk menuju kamar-kamar utama di istana Helsingr, langsung menghentikan langkahnya dan segera berbalik. Arah pandangnya langsung menatap asal suara yang sedang di gelayuti dua wanita di sebelah kirinya dan tiga wanita di selah kanannya

"Iya.."

Pria itu membisikkan sesuatu pada wanita-wanita yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Wanita-wanita yang terlihat memiliki dada paling tumpah di antara yang lainnya.

Sambil terus mengerling pada Reys, dua wanita itu langsung melompat dan hinggap di kanan dan kiri lengan Ryes. Ryes yang sudah di gelayuti hanya mediamkan sambil menatap datar semua wanita yang sudah terus menatapnya dengan menggoda.

"Sudah lama kita tidak melakukannya bersama. Ayo berpesta gila di ranjang, di dalam kamarku masih-"

"Aku harus bertemu His Majesty Re" Sambil melepaskan dengan sopan tangan-tangan yang mulai liar menjamahnya, Ryes kembali berucap. "Selamat berpesta Regan"

Pria itu, Regan. Hanya mengedipkan kedua bahunya dengan acuh dan langsung melangkah sambil membawa dua wanita yang baru saja di tolak Ryes tadi.

Hembusan nafas panjang Ryes terdengar saat dirinya sudah sampai di depan kamar Raja Bosnia, Raja Feroca. Dengan malas dan enggan, tangan Ryes terangkat

TOK TOK TOK

"Your Majesty"

Ryes menunggu dengan sabar di depan pintu dengan di temani suara-suara meriah yang menyambutnya. Suara-suara des**an meriah yang terus memenuhi segala suara di depan pintu hingga ke koridor.

Suara-suara yang membuat gendang telinga Ryes berdenyut nyeri. Dan suara-suara yang sudah sangat biasa terdengar saat malam hari di dalam kamar-kamar para manusia dewasa keturunan Beltruz. Kebiasaan para manusia dewasa Beltruz yang sudah mendarah daging turun temurun hingga ke generasi sekarang

Bermenit-menit Ryes menunggu, hingga tangannya kembali terangkat

TOK TOK TOK

"Your Majesty"

"Siapa!!!"

"Ryes, Your Majesty"

Ryes dengan sabar menunggu beberapa saat setelah suara teriakan terengah dari dalam pintu tadi terdengar. Hingga suara geraman panjang seorang pria di dalam terdengar dan di susul dengan pintu yang terbuka.

Di buka oleh seorang wanita tanpa memakai seheli benangpun. Menyambut Ryes dengan tatapan lapar dan bibir yang di gigit semenggoda mungkin.

"Masuk saja Rai"

Langkah Ryes mulai bergerak masuk dengan di sambut aroma kental bekas pertempuran ranjang. Arah pandang Ryes di sambut dengan pemandangan tubuh basah terengah Raja Feroca di atas ranjang yang di temani enam orang wanita yang tidak memakai apapun. Para wanita bertubuh polos tanpa sehelai benangpun yang sangat terlihat tidak merasa terganggu sedikitpun karna kedatangannya

"Kau kembali Rai"

Dengan raut wajah datar dan tatapan yang sudah menjauhkan matanya dari pemandangan buruk, Ryes mengangguk

"Iya Your Majesty"

"Kerja bagus Rai. Kau memang sangat berguna. Tambang emas dan berlian yang sangat menyenangkan"

Tawa Raja Feroca langsung membahana di dalam ruangan itu. Tawa yang sangat menunjukkan kepuasan dan juga keserakahan seorang manusia tamak.

"Terimakasih Your Majesty"

Raja Fero kembali menatap Ryes dengan tatapan bangga, lalu berucap.

"Apa kau tidak mengingnkan mereka?" Tangan Raja Feroca mencubit dada seorang wanita yang ada di sampingnya, lalu kembali berucap. "Bawa saja, kebetulan malam ini mereka adalah yang terbaik Rai"

Dengan sopan, Rai menunduk lalu menggeleng.

"Terimakasih atas kebaikkannya Your Majesty, tapi saya sangat kelelahan dan masih sedikit mabuk laut"

Kedua alis Raja Feroca terangkat, arah pandangnya menatap Ryes penuh selidik. Terjadi keheningan beberapa saat dengan mata Raja Feroca yang terus menilai Ryes. Hingga akhirnya Raja Feroca mengedipkan kedua bahunya dengan acuh dan berucap.

"Baiklah.. istrirahatlah Rai. Kau pasti lelah setelah menahlukkan tambang-tambang menyenangkan itu"

Kembali dengan sopan Ryes menunduk, lalu berucap.

"Kalau begitu saya permisi sekarang Your Majesty. Selamat malam"

Anggukan singkat Raja Feroca membuat Ryes dengan cepat berbalik untuk menuju pintu. Dirinya benar-benar harus cepat pergi dari pemandangan yang sebenarnya sudah sering dirinya lihat, bahkan saat usia Ryes masih belum bisa berlari dengan benar

Ryes kembali membuang nafas panjang saat kakinya akan melangkah untuk menuju ke bawah, ke kamarnya.

"Akhirnya kau pulang Rai"

Langkah Ryes kembali terhenti dan langsung menoleh sambil mengeryit

"Kenapa kau masih berkeliaran di sini Richi?"

Richard tidak menjawab pertanyaan Ryes, tangannya langsung menyambar lengan Ryes untuk mengikutinya. Ryes yang sudah di seret hanya mengikuti saja kemana adik tirinya itu akan membawa langkah mereka.

Hingga mereka kembali lagi ke kamar-kamar yang ada di sisi barat atas. Kamar-kamar untuk tamu spesial.

Saat mereka sudah berada di koridor paling akhir, di depan sebuah kamar sudah berkumpul beberapa pelayan yang tampak gelisah

"Ada apa ini Rich?"

Sambil terus membawa langkah mereka untuk mendekat ke pintu, Richard menjawab

"Kau dengar saja sendiri"

Benar... Ryes bisa mendengar dengan baik suara isak tangis jeritan seorang perempuan dari dalam kamar. Kedua alis Ryes mengerut dan mengabaikan beberapa pelayan yang sudah menunduk hormat pada mereka.

"Siapa?"

Dengan kedua alis yang masih mengerut dalam, Ryes bertanya sambil menatap Richard.

"Dia tawanan yang di bawa dari Francia"

"Tawanan dari Francia?"

Kepala Richard mengangguk yakin

"Setiap malam dia akan terus seperti ini Rai. Dia selalu menangis dan menjerit-jerit seperti ini"

Inilah kekurangan dari istana Helstingr yang mewah dan besar itu. Istana megah yang tidak memiliki pintu dan dinding peredam suara hingga suara jeritan pilu seperti yang terjadi di dalam akan bisa terdengar jelas dari luar, seperti sekarang.

"Apa wanita itu gila?"

Ryes bertanya sambil mencoba mendengarkan apa yang di tangisi suara perempuan di dalam.

"Aku tidak tahu Rai. Tapi siapa saja akan gila jika tahu ayah dan ibu mereka di bunuh dengan mengerikan seperti yang dia alami"

"Apa maksutmu ayah dan ibu?"

Dengan raut wajah polos dan memang tidak mengerti apapun, Richard menjawab sambil menatap raut wajah Ryes yang sudah terlihat berubah.

"Karna gadis tawanan itu adalah Putri ke dua Raja Francia"

Jawaban polos Richard langsung membuat kepala Ryes berdenyut.

"Bajingan bodoh mana yang membawa racun ke dalam istana ini Rich?"

"Regan"

Jawaban singkat dan polos Richard membuat umpatan Ryes kembali terdengar. Dirinya sangat yakin jika Regan terkadang memang bodoh, tapi dirinya tidak tahu jika Regan ternyata sangat bodoh

Membawa Putri Francia sebagai tawanan untuk apapun itu rencana Regan, adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Francia dan orang-orangnya bukanlah sebuah kerajaan dan orang-orang yang bisa di remehkan.

Karna itu, Ryes sendiri sangat berhati-hati ketika dirinya mencoba mempelajari Francia lebih dalam lagi setelah melihat fakta itu. Terlebih Francia banya menyimpan orang-orang yang cerdas dan berbahaya.

Ryea ingat saat dirinya yang mencoba bermain-main dengan Vancia mereka. Dan dirinya juga sangat ingat bagaimana Raja Fredrick langsung membuatnya menjadi seperti anak kecil kemarin sore yang segera di tendang dengan santai hingga dirinya tidak berniat lagi untuk mencobai kerjaan itu.

Jika saja Raja Francia memiliki ketamakan dan keserakahan seperti yang di miliki Raja Bosnia, mereka pasti bisa dengan mudah menahlukkan dan memiliki banyak kerajaan di genggamannya. Tapi, Raja Francia bukanlah kerajaan yang akan menyerang jika tidak memiliki alasan, apa lagi hanya sekar untuk memuaskan rasa serakah.

Richard yang terus memperhatikan raut wajah kesal Ryes akhirnya bersuara.

"Kau terlihat sangat kesal Rai. Kenapa?"

"Hm.. ini semua cukup membuat jengkel Rich"

Dengan wajah penasaran, Richard menatap pintu ketika suara di sana mulai mereda

"Apa karna gadis yang ada di dalam sana, atau karna Regan?"

Ryes membuang nafas panjang sambil ikut menatap ke arah pintu saat dirinya juga menyadari jika suara di sana mulai berhenti. Lalu menatap semua pelayan sambil mengedipkan dagunya ke arah pintu, memberikan perintah pada pada pelayan. Ryes kembali menatap Richard dan berucap

"Semuanya. Semuanya menjengkelkan"

Melihat para pelayan yang terlihat ragu-ragu untuk menuju pintu, Ryes akhirnya bersuara pada para pelayan.

"Buka dan lihat keadaannya. Kenapa kalian ragu-ragu?"

Seorang pelayan dengan sopan menjawab Ryes

"Her Highness Putri Summer tidak akan membuka kamarnya Your Grace. Ini sudah terjadi setiap malam"

Sambil menatap para pelayan dengan acuh, Ryes mulai bergerak dengan acuh untuk kembali ke kamarnya. Persetan! itu bukan urusan dan masalahnya jika terjadi sesuatu.

"Kau mau kemana Rai?"

"Tidur. Kau juga kembalilah Richi, ini sudah tengah malam"

Dan Richard hanya menurut dengan mengikuti langkah Ryes

\=\=\=❤❤❤❤

Jangan lupa like dan komennya di tabur-tabur yaaa....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!