Dengan sangat perlahan dan hati-hati, Anastasia menggeser lengan kokoh yang melingkar di tubuh polosnya. Sambil bergerak dengan perlahan, Anastasia terus menatap suaminya yang tampak sangat kelelahan karna beban pikiran dan perasaan.
Tangan Anastasia terulur untuk mengusap pelipis suaminya yang terus mengerut. Karna Ferdinand suaminya, pasti sedang bermimpi buruk lagi.
Setelah dahi itu berhenti mengerut, Anastasia dengan sangat perlahan menggeser tubuhnya dan langsung menyambar gaunnya yang tergeletak begitu saja di atas lantai.
Kakinya mulai menapaki lantai dan bergerak untuk menuju lemarinya. Membuka lemari, lalu meraih sebuah kotak kecil tempat dirinya menyimpan benda-benda kenangannya.
Anastasia mendaratkan bokongnya di sebuah kursi sambil memeluk kotak kecil yang sudah di simpannya selama separuh hidupnya itu.
Dengan tangan yang gemetar dan arah pandang yang mulai buram, Anastasia meraih dua buah surat di sana. Satu surat dengan nama pengirim Riri, dan satu surat lagi dengan nama pengirim Fred.
Kedua mata Anastasia langsung meluncurkan air matanya saat mulai membaca isi surat yang sama-sama berisi tentang ucapan selamat ulang tahun untuknya. Anastasia terus mengulangi, dan terus meresapi setiap kata-kata penuh kasih sayang yang di berikan kedua orang tua Ferdinand untuknya.
Kenapa semuannya menjadi seperti ini? Kenapa kebahagiaan yang baru saja akan di nikmatinya langsung menghilang dalam sekejap mata seperti ini?
Bahkan Anastasia belum mengungkapkan isi hatinya pada mereka. Mulutnya belum mengucapkan rasa terimakasih dan permintaan maaf pada mendiang Raja dan Ratu tercinta mereka.
Dengan kedua tangan yang sudah memeluki surat-surat, isakan tertahan Anastasia semakin menjadi. Dirinya sekuat nyawa menjaga suaranya agar tidak mengganggu tidur suaminya yang pasti jauh lebih menderita lagi karna tenggelam dalam lubang kehilangan.
Suaminya, yang tanpa Anastasia ketahui jika sudah meneteskan air matanya dengan kedua mata terpejam. Suaminya yang juga sudah terbangun saat Anastasia mengusapi dahinya.
Ferdinand...
Ferdinand yang sudah mengepalkan kedua tangannya dengan dada yang terus di hujami besi panas kepedihan. Hingga rasanya Ferdinand lebih memilih untuk mati dari pada harus merasakan kesakitan itu.
Sangat sangat sangat sakit...
Bukan hanya karna perasaannya sendiri, tapi juga karna perasaan seseorang yang pasti sekarang sedang menjerit kesakitan.
Francesca....
Francesca yang sedang menangis dengan menahan jeritan pedih tanpa ampunnya. Dengan kedua tangan yang terus memeluk kedua mahkota ayah dan ibunya, Francesca terus menumpahkan air matanya berdarahnya.
Perih..
Nyeri..
Menyesakkan..
Membakar..
Dan, menenggelamkan jiwannya kedalam segala bentuk rasa menyakitkan yang terus membuat Francesca ingin lebih memilih untuk mati.
Tangisan pilu tertahan Francesca terus mengisi seluruh isi kamarnya yang dingin dan hampa.
Sama seperti di sebuah kamar yang jauh dari tempat kakak-kakaknya berada. Sebuah kamar yang sangat mewah terus di isi suara isak tangis menyakitkan seorang gadis.
Summer....
Summer terus menangis dan menjerit seperti sudah kehilangan akalnya. Setiap malam setelah terbangun sendiri dari mimpi buruknya, Summer akan terus menjerit dengan rasa kesakitan tanpa ampun yang terus menghujami dadanya.
Dan malam itu, adalah malam dibulan kedua musim panas Francia. Malam di hari ke enam setelah terjadinya kekalahan istana Rembrantd.
Jeritan dan tangisan kesakitan terus mereka keluarkan dalam pekatnya malam dan sunyinya kegelapan malam.
Air mata berdarah mereka terus menetes dalam kepedihan karna kehilangan.
Pedih tanpa ampun yang menenggelamkan hati mereka ke dalam lubang terdalam kesakitan. Kesakitan yang sudah membekukan dan menghitamkan hati mereka.
Hati mereka yang sudah tidak mungkin lagi memiliki kehangatan dan rasa maaf.
Sama seperti seorang pria tua yang terus meneteskan air mata di kedua mata tuannya.
George...
Dengan kedua tangan yang terus memeluki sebuah baju kecil usang, air matanya terus mengalir pilu.
George terus menangis tergugu sambil memeluk sebuah baju kecil dan sepasang sarung tangan yang belum selesai di rajutnya.
Baju kesayangan salah satu putranya yang di rajut oleh mendiang istrinya, dan sepasang sarung tangan yang rencananya akan George berikan untuk menantu kesayangannya.
"Tuhan... Tolong tukar saja nyawa hambamu yang tua ini.. Tolong tukar saja nyawa tidak berharga ini dan kembalikan anak-anakku... Tolong Tuhan... Tolong kembalikan mereka..."
Edward yang malam itu baru saja tiba di Yorksire dan berencana ingin melihat keadaan George, langsung menutup kembali kamar pria tua itu. Dirinya langsung menunduk dengan kedua mata yang tidak bisa membendung lagi air matanya.
Hingga bermenit-menit Edward ikut menangis dalam diamnya. Hingga akhirnya Edward memutuskan untuk meninggalkan sebuah surat dan akan kembali lagi ke istana.
Dirinya yang tidak akan pernah kehabisan masa kebengisan itu, akan berjuang memberikan apapun agar bisa berguna.
Bahkan, jika harus menjual jiwannya pada iblis sekalipun. Edward akan melakukannya bersama semua Castalarox yang pasti juga sudah siap jika harus menenggelamkan diri mereka ke dalam kegelapan.
Kemarahan, kebencian, dan dendam yang terus menggerogoti setiap hati mereka. Entah bagaimana akan menuntun jalan pembalasan untuk orang-orang yang bertanggung jawab dengan semua kerusakan hati yang telah mereka torehkan, di dalam hati seluruh Castalarox.
--000--
"Kau sudah kembali Rai?"
Ryes yang baru saja akan menaiki tangga untuk menuju kamar-kamar utama di istana Helsingr, langsung menghentikan langkahnya dan segera berbalik. Arah pandangnya langsung menatap asal suara yang sedang di gelayuti dua wanita di sebelah kirinya dan tiga wanita di selah kanannya
"Iya.."
Pria itu membisikkan sesuatu pada wanita-wanita yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Wanita-wanita yang terlihat memiliki dada paling tumpah di antara yang lainnya.
Sambil terus mengerling pada Reys, dua wanita itu langsung melompat dan hinggap di kanan dan kiri lengan Ryes. Ryes yang sudah di gelayuti hanya mediamkan sambil menatap datar semua wanita yang sudah terus menatapnya dengan menggoda.
"Sudah lama kita tidak melakukannya bersama. Ayo berpesta gila di ranjang, di dalam kamarku masih-"
"Aku harus bertemu His Majesty Re" Sambil melepaskan dengan sopan tangan-tangan yang mulai liar menjamahnya, Ryes kembali berucap. "Selamat berpesta Regan"
Pria itu, Regan. Hanya mengedipkan kedua bahunya dengan acuh dan langsung melangkah sambil membawa dua wanita yang baru saja di tolak Ryes tadi.
Hembusan nafas panjang Ryes terdengar saat dirinya sudah sampai di depan kamar Raja Bosnia, Raja Feroca. Dengan malas dan enggan, tangan Ryes terangkat
TOK TOK TOK
"Your Majesty"
Ryes menunggu dengan sabar di depan pintu dengan di temani suara-suara meriah yang menyambutnya. Suara-suara des**an meriah yang terus memenuhi segala suara di depan pintu hingga ke koridor.
Suara-suara yang membuat gendang telinga Ryes berdenyut nyeri. Dan suara-suara yang sudah sangat biasa terdengar saat malam hari di dalam kamar-kamar para manusia dewasa keturunan Beltruz. Kebiasaan para manusia dewasa Beltruz yang sudah mendarah daging turun temurun hingga ke generasi sekarang
Bermenit-menit Ryes menunggu, hingga tangannya kembali terangkat
TOK TOK TOK
"Your Majesty"
"Siapa!!!"
"Ryes, Your Majesty"
Ryes dengan sabar menunggu beberapa saat setelah suara teriakan terengah dari dalam pintu tadi terdengar. Hingga suara geraman panjang seorang pria di dalam terdengar dan di susul dengan pintu yang terbuka.
Di buka oleh seorang wanita tanpa memakai seheli benangpun. Menyambut Ryes dengan tatapan lapar dan bibir yang di gigit semenggoda mungkin.
"Masuk saja Rai"
Langkah Ryes mulai bergerak masuk dengan di sambut aroma kental bekas pertempuran ranjang. Arah pandang Ryes di sambut dengan pemandangan tubuh basah terengah Raja Feroca di atas ranjang yang di temani enam orang wanita yang tidak memakai apapun. Para wanita bertubuh polos tanpa sehelai benangpun yang sangat terlihat tidak merasa terganggu sedikitpun karna kedatangannya
"Kau kembali Rai"
Dengan raut wajah datar dan tatapan yang sudah menjauhkan matanya dari pemandangan buruk, Ryes mengangguk
"Iya Your Majesty"
"Kerja bagus Rai. Kau memang sangat berguna. Tambang emas dan berlian yang sangat menyenangkan"
Tawa Raja Feroca langsung membahana di dalam ruangan itu. Tawa yang sangat menunjukkan kepuasan dan juga keserakahan seorang manusia tamak.
"Terimakasih Your Majesty"
Raja Fero kembali menatap Ryes dengan tatapan bangga, lalu berucap.
"Apa kau tidak mengingnkan mereka?" Tangan Raja Feroca mencubit dada seorang wanita yang ada di sampingnya, lalu kembali berucap. "Bawa saja, kebetulan malam ini mereka adalah yang terbaik Rai"
Dengan sopan, Rai menunduk lalu menggeleng.
"Terimakasih atas kebaikkannya Your Majesty, tapi saya sangat kelelahan dan masih sedikit mabuk laut"
Kedua alis Raja Feroca terangkat, arah pandangnya menatap Ryes penuh selidik. Terjadi keheningan beberapa saat dengan mata Raja Feroca yang terus menilai Ryes. Hingga akhirnya Raja Feroca mengedipkan kedua bahunya dengan acuh dan berucap.
"Baiklah.. istrirahatlah Rai. Kau pasti lelah setelah menahlukkan tambang-tambang menyenangkan itu"
Kembali dengan sopan Ryes menunduk, lalu berucap.
"Kalau begitu saya permisi sekarang Your Majesty. Selamat malam"
Anggukan singkat Raja Feroca membuat Ryes dengan cepat berbalik untuk menuju pintu. Dirinya benar-benar harus cepat pergi dari pemandangan yang sebenarnya sudah sering dirinya lihat, bahkan saat usia Ryes masih belum bisa berlari dengan benar
Ryes kembali membuang nafas panjang saat kakinya akan melangkah untuk menuju ke bawah, ke kamarnya.
"Akhirnya kau pulang Rai"
Langkah Ryes kembali terhenti dan langsung menoleh sambil mengeryit
"Kenapa kau masih berkeliaran di sini Richi?"
Richard tidak menjawab pertanyaan Ryes, tangannya langsung menyambar lengan Ryes untuk mengikutinya. Ryes yang sudah di seret hanya mengikuti saja kemana adik tirinya itu akan membawa langkah mereka.
Hingga mereka kembali lagi ke kamar-kamar yang ada di sisi barat atas. Kamar-kamar untuk tamu spesial.
Saat mereka sudah berada di koridor paling akhir, di depan sebuah kamar sudah berkumpul beberapa pelayan yang tampak gelisah
"Ada apa ini Rich?"
Sambil terus membawa langkah mereka untuk mendekat ke pintu, Richard menjawab
"Kau dengar saja sendiri"
Benar... Ryes bisa mendengar dengan baik suara isak tangis jeritan seorang perempuan dari dalam kamar. Kedua alis Ryes mengerut dan mengabaikan beberapa pelayan yang sudah menunduk hormat pada mereka.
"Siapa?"
Dengan kedua alis yang masih mengerut dalam, Ryes bertanya sambil menatap Richard.
"Dia tawanan yang di bawa dari Francia"
"Tawanan dari Francia?"
Kepala Richard mengangguk yakin
"Setiap malam dia akan terus seperti ini Rai. Dia selalu menangis dan menjerit-jerit seperti ini"
Inilah kekurangan dari istana Helstingr yang mewah dan besar itu. Istana megah yang tidak memiliki pintu dan dinding peredam suara hingga suara jeritan pilu seperti yang terjadi di dalam akan bisa terdengar jelas dari luar, seperti sekarang.
"Apa wanita itu gila?"
Ryes bertanya sambil mencoba mendengarkan apa yang di tangisi suara perempuan di dalam.
"Aku tidak tahu Rai. Tapi siapa saja akan gila jika tahu ayah dan ibu mereka di bunuh dengan mengerikan seperti yang dia alami"
"Apa maksutmu ayah dan ibu?"
Dengan raut wajah polos dan memang tidak mengerti apapun, Richard menjawab sambil menatap raut wajah Ryes yang sudah terlihat berubah.
"Karna gadis tawanan itu adalah Putri ke dua Raja Francia"
Jawaban polos Richard langsung membuat kepala Ryes berdenyut.
"Bajingan bodoh mana yang membawa racun ke dalam istana ini Rich?"
"Regan"
Jawaban singkat dan polos Richard membuat umpatan Ryes kembali terdengar. Dirinya sangat yakin jika Regan terkadang memang bodoh, tapi dirinya tidak tahu jika Regan ternyata sangat bodoh
Membawa Putri Francia sebagai tawanan untuk apapun itu rencana Regan, adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Francia dan orang-orangnya bukanlah sebuah kerajaan dan orang-orang yang bisa di remehkan.
Karna itu, Ryes sendiri sangat berhati-hati ketika dirinya mencoba mempelajari Francia lebih dalam lagi setelah melihat fakta itu. Terlebih Francia banya menyimpan orang-orang yang cerdas dan berbahaya.
Ryea ingat saat dirinya yang mencoba bermain-main dengan Vancia mereka. Dan dirinya juga sangat ingat bagaimana Raja Fredrick langsung membuatnya menjadi seperti anak kecil kemarin sore yang segera di tendang dengan santai hingga dirinya tidak berniat lagi untuk mencobai kerjaan itu.
Jika saja Raja Francia memiliki ketamakan dan keserakahan seperti yang di miliki Raja Bosnia, mereka pasti bisa dengan mudah menahlukkan dan memiliki banyak kerajaan di genggamannya. Tapi, Raja Francia bukanlah kerajaan yang akan menyerang jika tidak memiliki alasan, apa lagi hanya sekar untuk memuaskan rasa serakah.
Richard yang terus memperhatikan raut wajah kesal Ryes akhirnya bersuara.
"Kau terlihat sangat kesal Rai. Kenapa?"
"Hm.. ini semua cukup membuat jengkel Rich"
Dengan wajah penasaran, Richard menatap pintu ketika suara di sana mulai mereda
"Apa karna gadis yang ada di dalam sana, atau karna Regan?"
Ryes membuang nafas panjang sambil ikut menatap ke arah pintu saat dirinya juga menyadari jika suara di sana mulai berhenti. Lalu menatap semua pelayan sambil mengedipkan dagunya ke arah pintu, memberikan perintah pada pada pelayan. Ryes kembali menatap Richard dan berucap
"Semuanya. Semuanya menjengkelkan"
Melihat para pelayan yang terlihat ragu-ragu untuk menuju pintu, Ryes akhirnya bersuara pada para pelayan.
"Buka dan lihat keadaannya. Kenapa kalian ragu-ragu?"
Seorang pelayan dengan sopan menjawab Ryes
"Her Highness Putri Summer tidak akan membuka kamarnya Your Grace. Ini sudah terjadi setiap malam"
Sambil menatap para pelayan dengan acuh, Ryes mulai bergerak dengan acuh untuk kembali ke kamarnya. Persetan! itu bukan urusan dan masalahnya jika terjadi sesuatu.
"Kau mau kemana Rai?"
"Tidur. Kau juga kembalilah Richi, ini sudah tengah malam"
Dan Richard hanya menurut dengan mengikuti langkah Ryes
\=\=\=❤❤❤❤
Jangan lupa like dan komennya di tabur-tabur yaaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
Edward the best
2023-10-17
0
Cut SNY@"GranyCUT"
eh... masih hidup nih sang kakek.
2023-10-17
0
Cut SNY@"GranyCUT"
Ferdinand memang lembek, lebih memilih mati ketimbang bangkit untuk membalaskan rasa sakit.
2023-10-17
0