Episode 4 : Menikah lagi

Semalam Mas harun tidak pulang kerumah, aku yakin dia menemui ulat bulu yang kegatelan itu, sudah satu minggu tidak bertemu pasti dia gatel pengen digarukin.

Ini hari ketiga Mas Harun tidak pulang, ada rasa khawatir aku takut terjadi sesuatu yang membahayakan, semarah apapun aku tetap istri Mas Harun.

Mencoba bersikap biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa, Mas Harun sudah dewasa tak perlu ku khawatirkan dia tahu apa yang harus dilakukan, dia tahu jalan pulang.

Gawaiku berbunyi dert...dert....kulihat dilayar tertera Nama Tuti adik Mas Harun.

"Assalmualaikum Mbak..." sapa Tuti diseberang sana.

"Waalaikum salam..."

"Mbak Ratri mbak baik-baik aja kan ?" kudengar nada khawatir dari suaranya.

"Alhamdulillah...baik, memangnya ada apa. kamu kok kuatir gitu ?"

"Mbak sudah tahu belum ?"

"Tahu apa ?"

"Mas Harun tadi pagi kerumah Ibu, minta ibu dan adik-adiknya menghadiri pernikahannya, ya jelas kami semua bingung mbak, apa mbak Ratri sudah memberi ijin, mbak Ratri merestui ?" Mendengar ucapan Tuti ada yang teriris dalam dadaku.

"Mas Harun sudah minta ijin tapi aku tidak mengijinkannya Tut, apalagi merestui aku bilang silahkan menikahi siapapun asal ceraikan dulu Aku"

"Mbak Ratri tahu siapa perempuan itu ?"

"Namanya Diana janda anak satu, kasir Indosemar, kemarin datang kerumah minta Mas Harun menikahinya, karena dia sudah hamil." aku menghempaskan nafas kasar, agar sesak didadaku berkurang.

"Yakin itu anaknya Mas Harun mbak ? berapa kali dia selingkuh tapi gak ada yang hamilkan ? jangan-jangan perempuan itu menjebak Mas Harun, paling dia hanya mau duitnya aja Mbak"

"Aku pikir juga begitu, Aku sudah mengingatkannya Tut, dia malah marah dan gak pulang tiga hari. Tahu-tau kamu malah cerita begini"

"Mas Harun itu sudah tua bukannya tobat tapi kelakuannya makin bejat, pokoknya kami adik-adiknya Mas Harun tidak akan menerima Diana sebagai kakak ipar kami, apalagi Ibu nggak sudi punya mantu ulat bulu. Bagi kami satu-satunya istri Mas Harun ya Mbak Ratri"

Selesai menerima telfon dari Tuti aku makin mantap untuk bercerai dari Mas Harun, Aku lelah terus berjuang sendiri mempertahankan rumah tangga kami sedang yang diperjuangkan tak perduli lagi.

Usiaku tak lagi muda, lebih baik aku mendekatkan diri pada sang pencipta memperbanyak berdoa dan khusyuk beribadah.

Badai ini ujian diusia senjaku, aku kehilangan belahan jiwaku agar aku sadar tak ada yang abadi didunia ini.

------------------------------------------------------------------------

Genap seminggu Mas Harun tidak pulang kerumah, Aku mulai terbiasa hidup tanpa pria yang membersamaiku selama tiga puluh tahun itu.

Selama pergi usaha rental mobilnya Mas Harun dikelola Anto sepupu jauhnya Mas Harun.

Pagi ini menemui Anto untuk menanyakan tentang kondisi rental Mas Harun karena selama ini aku tidak ikut mengelola.

"To bagaima kondisi rental ? Apa masih rame ?" tanyaku to the point pada Anto.

"Rame Bu tapi keuanganya yang nggak rame"

"Maksudnya ?" tanyaku penasaran.

"Ya...order banyak Bu tapi uangnya gak ada, beberapa mobil malah ada yang nunggak angsuran" jelas Anto.

"Kok bisa ? memangnya para penyewa belum pada bayar ?"

"Sudah Bu, tapi akhir-akhir Bapak suka ambil uang kas berlebihan, ini bu catatannya dalam tiga bulan terakhir Bapak sudah ambil dua ratus lima puluh juta, terakhir tiga hari yang lalu lima puluh juta" Anto menujukan catatan pengeluaran keuangan kepadaku.

Aku terkejut mendengar penuturan Anto, seroyal itu Mas Harun sama Diana, sampai nggak mikir kelangsungan perusahaannya sendiri.

"Bapak ada nelfon kamu ?"

"Tidak Bu, makanya saya bingung pihak leasing nagih terus Bu, katanya kalo sudah tiga bulan nunggak mobil mau ditarik leasing"

"Memang ada berapa mobil yang nunggak ?"

"Enam Bu, Alphat dua, Fortuner dua, Innova dan pajero baru yang dibawa Bapak, total seratus tiga puluh lima juta Bu"

"Kalo gaji sopir dan karyawan lain gimana ? sudah kamu bayar ?"

"Sudah Bu, memang mereka yang saya utamakan kasihan Bu"

Dulu setiap usaha Mas Harun mengalami kesulitan keuangan akulah yang menjadi donaturnya.

Tapi kali aku tidak akan membantunya lagi biar dia tahu bagaimana rasanya berjuang sendiri.

Mas...Mas...mentang-mentang dapat mainan baru kamu sampai lupa ngurusin perusahaanmu, kamu pikir aku selalu siap membantumu seperti sebelumnya ? Mimpi kamu Mas...

Dert...dert....tertera nama Mas Harun dilayar gawaiku sebuah pesan WA masuk. Ada beberapa foto yang terkirim.

Seorang laki-laki berjas hitam sedang berjabat tangan dengan pria didepannya disampingnya duduk seorang wanita berkebaya putih.

Foto seorang laki-laki memeluk mesra wanita di tepi pantai.

Foto wanita muda sedang bergelayut manja dilengan seorang pria, di sebuah gerai pakaian di sebuah Mall ternama.

Foto seorang laki-laki sedang memakaikan sepatu wanitanya dibangku taman. Dengan pesan akhirnya memilikimu juga dengan emot love berjajar.

Ya itu foto-foto suamiku dengan istri barunya, foto pernikahan dan bulan madu mereka aku yakin bukan Mas Harun yang mengirim pesan tapi perempuan tidak tahu malu itu.

Karena aku tahu Mas Harun tidak punya cukup nyali untuk melakukannya.

------------------------------------------------------------------------

Hari ini kulangkahkan kaki kekantor Ridwan Sh. Mhum and partner dia adalah pengacara terkenal dikota kami, Aku berani membayar mahal pengacara untuk mempertahankan hartaku, harta yang kucari dengan keringatku sendiri.

Aku tidak mau kalau ulat itu menikmati hasil keringatku. Aku sudah mantap pantang bagiku untuk mundur.

------------------------------------------------------------------------

Malam ini Mas Harun pulang, wajahnya terlihat bahagia meski ada guratan lelah yang tidak bisa dia sembunyikan. Ya iya lah lelah !

melayani ulat bulu.

"Mah, maaf aku pergi gak pamit" Dia mendekatiku yang membersihkan muka didepan meja rias. Aku hanya meliriknya dari cermin.

"Gimana acara bulan madunya puas dong ?" Ucapku tetap menghadap cermin tanpa menoleh kepadanya.

"Eh, kok, anu...kok Mama tahu" Mas Harun terlihat gugup dan kaget.

"Capek ya ? kasihan !" Aku membalikan badan menghadap Mas Harun.

"Nih ! tandangan !" Aku sodorkan map berawarna biru pada Mas Harun.

"Apa ini ?" Mas Harun keheranan.

"Surat gugatan cerai" Ucapku singkat.

"Aku tidak mau, aku tidak akan menandatangani surat itu" Mas Harun menepis map yang aku sodorkan kepadanya.

"Dengan atau tanpa tanda tanganmu aku akan tetap menggugat cerai kamu !" ucapku tegas.

Wajah Mas Harun nampak merah padam menahan amarah.

"Mas...mas...harusnya kamu tahu resiko perbuatanmu, berani berbuat berani bertanggung jawab" Aku berlalu dari hadapan Mas Harun dan merebahkan tubuhku diatas tempat tidur.

Aku mencoba memejamkan mataku tanpa memperdulikan kehadiran Mas Harun.

Bukankah selama ini kamu tidak memperdulikan aku, perasaanku dan harga diriku.

Pergilah Mas biar bahtera ini berlayar tanpa nahkodanya. Dulu aku sanggup membutakan mata menulikan telingaku dengan perselingkuhanmu.

Dulu Aku sanggup menghadapi kejamnya cinta asal kau tetap disisiku. Tapi sekarang biarkan aku sendiri menghadapi duniaku.

Karna aku sanggup...

Walau ku tak mau...

Berdiri....sendiri tanpamu

Karna ku mampu...

Kau tak usah ragu

Tinggalkan aku

Bila memang harus begitu....

Bersambung.....

Ayo votenya ditunggu. like and komennya juga ngasih krisan dan ide juga boleh.

Salam sayang dari author halu lope lope muach...muach..

Terpopuler

Comments

Alisha Zakiya Anindya

Alisha Zakiya Anindya

perepuan tegas..saya suka

2020-12-18

0

putrindrani

putrindrani

Lanjut Thor

2020-05-18

0

putrindrani

putrindrani

Lanjut ❤️

2020-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!