Hari ini gugatan ceraiku resmi didaftarkan kepengadilan agama, dengan didampingi pengacaraku. Sidang dimulai minggu depan.
Ada berharap persidangan berjalan lancar dan tidak mengalami kesulitan, semoga Mas Harun bisa bersikap koorperatif.
Selama proses perceraian Mas Harun masih datang kegarasi, dia masih mengurusi usaha rentalnya, Aku bisa memaklumi karena itu usaha satu-satunya milik Mas Harun.
Tak ada lagi nafkah yang diberikan Mas Harun kepadaku, Aku tahu usaha Mas Harun sedikit bermasalah, mungkin juga dia kewalahan menafkahi ulat bulu yang banyak ~tuntutannya itu.
Pengacaraku menyarankan untuk membicarakan masalah harta gono gini secara kekeluargaan, agar tidak terjadi banyak pedebatan dan memperlancar jalannya persidangan.
Dengan didampingi pengacara Aku hadirkan Ibu mertuaku dan adik-adiknya Mas Harun untuk jadi saksi, Dari pihakku tidak ada yang hadir karena kedua orang tuaku sudah meninggal dan Aku adalah anak tunggal.
Aku hanya menghadirkan Indra sepupuku yang berprofesi sebagai notaris.
Mas Harun datang sendiri tanpa didampingi ulat bulunya. Karena ini urusannya denganku tidak ada kaitannya dengan perempuan itu.
Perundingan berjalan sesuai dengan harapanku. Rumah tetap jadi milikku karena rumah itu warisan orang tuaku bahkan sampai saat ini masih atas nama kedua orang tuaku belum sempat kubalik nama.
Butik dan rumah jahitku tetap menjadi milikku karena ini hasil usahaku, sedangkan mobil rental jatuh ketangan Mas Harun. Lagi pula aku juga tidak faham sebeluk usaha rental mobil jadi biar untuk Mas Harun saja.
Aku memakluminya karena itu satu-satunya usaha Mas Harun, meskipun modal awalnya dariku. Lagipula Aku tidak yakin usaha itu bertahan lama mengingat gaya hidup Mas Harun dan ulat bulu yang jorjoran itu
Tanpa banyak bicara Mas Harun menandatangani surat pernyataan. Untuk sementara garasi dan kantor rental masih di rumahku sampai Mas mendapatkan tempat yang cocok untuk lokasi usahanya.
Meskipun Mas Harun kerumah setiap hari tidak sedikitpun terbersit dalam hatiku untuk menemuinya, lebih cepat move on lebih baik untuku.
Persidangan berjalan lancar, meski awalnya Mas Harun kekeh tidak mau menceraikanku. Mungkin atas permintaan ulat bulu akhirnya Mas Harun menjatuhkan talak padaku.
Palu hakim telah diketok resmi sudah aku menyandang status janda, miris juga diusiaku yang hampir kepala lima rumah tanggaku harus kandas tiga puluh tahun berjuang membangun mahligai cinta harus berakhir di pengadilan agama.
Dengan didampingi Ulat bulu Mas Harun menghadiri sidang putusan, dengan mata berkaca-kaca Mas Harun mengucapkan ikrar talak kepadaku.
'Mas...mas...simpan saja sesalmu, karena sebentar lagi kamu akan meresakan penyesalan terbesar dan hidupmu' aku berkata dalam hati.
Ada rasa lega dalam hatiku, melepas status istri melepas semua beban yang selama ini menghimpit dada.
Saat aku hendak keluar dari ruang sidang Mas Harun mengejarku.
"Ratri ! tunggu !" teriaknya memanggilku.
"Ada apa Mas ?" Aku menatap datar laki-laki yang sudah menjadi mantan suamiku itu.
"Aku minta maaf, selama menjadi suamimu banyak berbuat salah" sadar juga dia.
"Aku sudah memaafkanmu Mas, semoga kamu bahagia dengan keluarga barumu"
Mas Harun menyodorkan tangannya kepadaku bermaksud menjabat tanganku, tapi aku tepis dengan halus.
"Maaf kita bukan muhrim lagi mas" Aku menangkupkan tanganku didepan dada.
Terlihat tatapan cemburu perempuan disamping Mas Harun.
"Udah Mas basa-basinya, ayo kita pulang" perempuan yang giginya berkawat itu bergelayut manja dilengan Mas Harun.
"Oh ya Mbak, terima kasih ya sudah melepas Mas Harun untukku, selamat menjadi janda baru" Ucap perempuan itu berlalu sambil menggandeng tangan Mas Harun.
Dasar perempuan tidak tahu malu, kita lihat saja berapa lama rumah tangga kalian bertahan.
Mas Harun hanya nurut saja ketika ditarik si ulat bulu untuk menjauhiku. Seperti kerbau yang sedang di cocok hidungnya.
------------------------------------------------------------------------
Belum sampai sebulan pasca sidang putusan, Anto memberi kabar bahwa Mas Harun menjual tiga mobilnya.
"Hari ini Bapak mau jual tiga mobilnya Bu" cerita Anto waktu itu.
"Mau buat beli mobil lagi duitnya ?" biasanya Mas Harun menjual mobil yang lama untuk dibelikan mobil yang baru demi servis pelanggan, karena biasanya pelanggan minta mobil yang masih baru karena lebih nyaman.
"Bukan Bu, tapi buat bayar tunggakan cicilan dan beli rumah"
Mas Harun memang butuh rumah baru untuk tempat tinggalnya bersama ulat bulu, Bagaimanapun juga Mas Harun harus membawa mobil-mobilnya dari sini karena status kami bukan suami istri lagi.
Sebenarnya Aku kasihan sama Mas Harun sejak menjalin hubungan hingga menikah dengan si Ulat bulu, usahanya makin menurun, dia juga kewalahan menuruti kemauan Si ulat bulu.
Kalau dulu Aku siap membantu semua permasalahan Mas Harun, Bahkan ketika usahanya sedang terpuruk akulah yang jadi penyelamatnya.
Sekarang Mas Harun harus menghadapinya sendiri, ditambah lagi permintaan ulat bulu yang tak ada habisnya.
Kabar terakhir Aku dengar dari Yuni adik bungsunya Mas Harun.
"Tau nggak Mbak, Ibu dan Bapaknya Diana minta diberangkatin haji sama Mas Harun, mumpung ya Mbak..haha..." suara tawa yuni siseberang sana.
Aku hanya tertawa mendengar cerita Yuni nasibmu Mas...
"Dia pikir Mas Harun kaya kali ya Mbak, kemarin anaknya minta mobil dan rumah sekarang orang tuanya minta diberangkatin Haji. Nggak tahu dia kalo yang kaya itu Mbak Ratri" Yuni masih berceloteh ditelefon
"Lho Masmu kan memang kaya, tuh punya mobil tiga puluh" Ucap berseloroh.
"Halah mobil kreditan ini ! nanti kalo mobil Mas Harun sudah habis dijual paling-paling juga ditendang dia haa...haa..."
"Hust ! nggak boleh ngomong gitu, dia itu kan Masmu ! gimana kalo nanti bener kejadian Mas Harun diusir Diana ? kamu mau merawatnya ?"
"Ha...ha...Ogah Aku Mbak....males !" suara tawa masih terdengar dari sana.
"Makanya ngomong yang bener, doain Masmu hidupnya bahagia, bukan malah nyumpahin"
"Habisnya aku gemes sama mereka berdua mbak, orangg kok nggak tahu diri. Kalo sudah dapat karma baru tahu rasa" dalam hatiku Aku tertawa, ternyata bukan Aku saja yang sakit hati dengan mereka berdua. Adik kandungnya sendiri saja merasa jengkel dengan kelakuan pasangan tidak tahu diri itu.
Mas Harun meski sakit hatiku aku tetap berharap di usia tuamu istrimu mau merawatmu nanti
Belum selesai aku bicara ditelfon dengan yuni, terdengar bunyi suara bel rumahku,
Pak karto tukang cuci mobil rentalku tergopoh-gopoh menemuiku.
"Ada tamu didepan"
"Siapa Pak ?"
"Nggak tahu Bu belum pernah kesini, tadi nyari Bapak karena gak ada orangnya mau ketemu ibu"
"Ya sudah Saya tunggu di ruang tamu Pak ?"
kira-kira siapa ya tamunya Bu Ratri baca terus tulisan receh author halu ini.
Bersambung dulu ya say....
Masih ditunggu vote, like, komen, dan krisannya, untuk mendukung author agar tetap bekarya.
Yang mau ngasih ide juga boleh, kira enaknya Diana dan si Harun ini apain ?
Salam sayang dari author halu
I lap yu muach...muach....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
putrindrani
Semangat
2020-05-18
0
Neng Euis
Lanjut terus up kak 🤗..
Yuk kita saling Boom Like+ rate 5
Mampir cerita aku...
" Hello seoul"
2020-04-30
1
Bonteng Cihuy
Hai kak aku mampir ya ...
aku kasih dukungan bomlike disetiap bab + rate 5 ' untuk maha karyamu
jangan lupa feed back y
ditunggu dukunganya
2020-04-30
1