Aku mengabaikan foto dan pesan yang dikirim perempuan itu, buat apa diladeni hanya buang-buang waktu dan energiku saja.
Aku jalani hari-hariku seperti biasa, aku tak perduli lagi apapun yang Mas harun lakukan. Seperti hari ini dia baru pulang jam sepuluh malam.
"Mah, belum tidur ?" halah basa-basi, aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Maaf pulang kemalaman tadi ada pertemuan dengan klien" tuh kan bohong lagi, suamiku memang ahlinya berbohong.
"Ketemuan dihotel Kencana ya Mas ? Klienmu perempuan kan ?" tanyaku dengan datar, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kok mama tahu ?" Aku tahu kalau mereka berada dihotel kencana dari selimut yang menutupi tubuh mereka bertulis 'Kencana Hotel'.
wajah Mas Harun terlihat sedikit memucat. Mas Harun memang takut kalau perselingkuhannya kuketahui.
Biasanya dia akan meninggalkan selingkuhannya setelah ketahuan dan akan bersikap manis kepadaku.
Tapi itu tak akan lama paling sebulan dua bulan dia akan selingkuh dengan perempuan yang lain lagi.
Ntah hoby entah kecanduan kalo gak selingkuh Mas Harun bisa sakau.
"Iya, klien itu tadi WA mama, kalo kalian sedang bersama, aku juga heran dari mana klienmu itu dapat nomerku ?"
"WA Mama ?" melihat ekspresi terkejutnya membuatku pengen nampol wajah Mas Harun pakai sandal bakiak.
"Nih ! " aku menyodorkan gawaiku yang berisi fotonya dengan ulat bulu itu.
"Mah ini bisa dijelaskan" ucapnya seperti ketakutan.
"Siapa dia mas ? umurnya berapa ? lumayan cantik dia" aku berkata dengan menatap tajam kearah nya.
"Eh...Bukan, maksudku...aku...anu..." ha...ha...aku tertawa dalam hati, tukang selingkuh kok takut ketahuan.
"Jawab aja Mas, gak usah mbulat mbulet gitu"
"Na...namanya Diana ma, dua puluh lima tahun"
"Masih muda juga ya ? masih kuliah apa sudah kerja ?"
"Kerja Ma, kasir Indosemar janda anak satu"
"Oooh janda to ? pantesan gatel, sudah berapa lama kalian pacaran ? berapa kali main kuda-kudaan ?"
Mendengar pertanyaanku Mas Harun menundukan kepala, seperti anak kecil yang dimarahin Ibunya karena ketahuan mencuri permen.
"Kok diam aja Mas...kan enak main sama janda muda"
"Dua bulanan ini Mah, Tapi baru sekali ini kok Ma, bobok bareng nya, maaf ya ma...jangan marah, Aku janji ini yang terakhir Aku ketemu Diana"
Rasanya perutku mual mendengar pengakuannya, dan pengen memuntahkannya di muka Mas Harun.
"Halah ! janji palsu ! kalau nggak ketemu Diana ya cari diana yang lain, iya kan Mas ?"
"Beneran janji, habis ini aku tinggalkan Diana"
"Basi ! dan satu lagi, bilang sama gundikmu itu jangan pernah hubungi aku lagi !"
Mas Harun hanya mengangguk seperti sapi ompong saja.
------------------------------------------------------------------------
Setelah kejadian malam itu Mas Harun lebih banyak dirumah, dia jadi sering menemaniku kebutik. Dia keluar hanya untuk mengantarku kemana saja atau ada acara penting saja.
Apakah dia sudah insaf ? semoga saja. Karena ini bukan pertama kali dia ketahuan selingkuh.
Sebenarnya aku berharap Mas Harun berubah, usianya sudah tidak muda lagi, bukankah lebih baik mendekatkan diri kepada Tuhan.
Keinginanku sederhana, hanya ingin menua bersama, menikmati usia senja dengan tentram dan damai tanpa ada batu sandungan apalagi badai perselingkuhan.
Meski tanpa anak toh ada Johan yang sudah seperti anak kami sendiri, dan sudah memberi cucu cantik yang lucu.
Kami sudah punya segalanya apalagi yang mau dicari. Yang kutakutkan saat maut menjemput Mas Harun belum bertobat.
Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, biar saja kunikmati hari-hari damai ini, semoga Mas Harun benar-benar sudah tobat dan berhenti berselingkuh.
Ternyata Ketenanganku tidak berlangsung lama belum sampai satu minggu, ulet bulu itu mulai menebar teror lagi.
Beberapa kali aku lihat Mas Harun mendapat telfon, dia bicara berbisik sepertinya takut kepergok aku.
["Aku sudah bilang jangan hubungi aku lagi"]
["Aku gak perduli !"]
["Terserah"!]
Hanya itu yang kudengar, dari nada bicaranya sepertinya Mas Harun marah. entah dengan siapa Mas Harun bicara ditelfon.
"Yang nelfon siapa mas ?" tanyaku
"Arman ma, dia minta kasbon lagi" Aku tahu Mas Harun Berbohong ada yang dia sembunyikan dariku.
"Oh" jawabku pendek.
Bukan itu saja, Aku pernah mendapati Mas Harun menerima telfon tengah malam saat kami sedang tidur berdua dikamar.
["Apalagi ? hubungan kita hanya sebatas suka sama suka, gak lebih"]
["Hei jaga ucapanmu, aku sudah punya istri, kamu harusnya tau resiko menjalin hubungan dengan pria beristri"]
["Kamu sudah mendapat apa yang kamu mau, uang, perhiasan mau apa lagi ?"]
["Kamu gila !"] Ada frustasi dalam nada suara Mas Harun.
Tut......Mas Harun mamatikan gawainya.
Aku duduk disisi ranjang menunggu Mas Harun bertelefon.
"Mas, sini" sambil kutepuk kasur agar dia duduk disebelahku. Dengan kasar Mas harus menghempaskan tubuhnya dan duduk.
"Mas jujur saja, tadi yang telfon siapa ? apa Diana ?"
"Iya Ma, Diana marah aku tak menemui dia akhir-akhir ini. Siang malam dia WA aku terus, kalau gak aku respon dia marah-marah"
Mas Harun menghela nafas, menjeda obrolannya.
"kemarin dia mengancam akan bunuh diri, dia juga mengancam akan menyebarkan foto-foto syur kami, tadi dia mengancam mau lapor polisi" Mas Harun menggenggam tanganku seperti mencari kekuatan.
"Katakan yang sebenarnya Mas ? Apa mas mencintai Diana ?" Mas Harun menggelengkan kepala.
"Berapa kali kalian bercinta ? aku tidak percaya kalau baru sekali itu"
"Maaf ma, Aku lupa berapa kali gak pernah ngitung" jawabnya sambil cengengesan.
Coba bayangkan bagaimana perasaanmu mendengar pengakuan suami seperti itu.
Sebenarnya itu bukan seratus persen kesalahan Mas Harun, sudah satu tahun ini aku tidak bisa melayaninya diranjang.
Aku menderita kanker serviks meski masih stadium awal, itu membuatku kehilangan gairah. Dan memang saran dokter aku tidak melakukan hubungan intim sampai benar-benar sembuh.
Beberapa tahun yang lalu Aku sudah menyarankan Mas Harun menikah lagi dengan siapapun terserah, dari pada zina terus.
Tapi Mas Harun menolak, karena aku minta cerai kalu dia mau menikah lagi. Aku tidak bisa berbagi suami apalagi melihatnya langsung didepan mataku, aku tidak sanggup.
"Tolong Aku ya mah...Diana neror terus" suaranya seperti orang tertekan.
"Asal Janji ini perselingkuhanmu yang terakhir, Aku akan bantu. Tapi kalau terulang lagi i'am sorry good bay Mas" kataku tegas.
Mulai malam ini aku mencoba berdamai dengan keadaan, mencoba untuk menuntun Mas Harun kembali kejalan yang benar.
Malam ini kami tidur dengan saling berpelukan, nyaman rasanya sudah lama sekali kami tidak melakukan.
Pagi menjelang kami berlima sarapan bersama diruang makan, Aku duduk bersebelahan dengan Mas Harun. Didepanku duduk Johan dan istrinya yang memangku cucu kami.
Sungguh pemandangan yang indah, kami jarang sekali punya waktu bersama, terutama Mas Harun. Aku bercengkrama sambil sesekali bercanda andai kehangatan ini selamanya.
Thing...thing gawaiku berbunyi ada WA masuk. Sebuah foto gambar tes pack dua garis dengan pesan "Harun junior".
Bersambung say....
jangan lupa vote biar author semangat...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
Harun Harun Uda tua tinggal nikmati hidup.cari amal yg byk buat sangu mati .malah berjina terus
2021-07-14
0
Alisha Zakiya Anindya
baca dfb menarik..lsg buka di NT
2020-12-17
0
Anabel Belanisa
sebenernya sih masih blum paham tapi ko lucu ya 🤣🤣🤣
2020-11-17
1