Aku langsung memblokir no yang kunamai ulat bulu itu. Rupanya dia tidak kehabisan akal dengan menghubungiku, karena Mas Harun sudah memblokir nomor Diana lebih dulu.
Nekat juga perempuan, melakukan segala cara untuk mendekati Mas Harun lagi, hal ini membuat aku tidak yakin kalau dia hamil kalaupun benar dia hamil belum tentu itu anaknya Mas Harun.
Dia bisa tidur dengan suamiku bisa jadi dia juga tidur dengan laki-laki lain, bisa saja kan ?Aku tak mau ambil pusing dengan perempuan itu.
Selesai sarapan Johan yang ASN berangkat kerja dikantor PEMDA kota kami. Sedangkan istrinya sekarang ikut mengurusi Butikku.
Tapi kami berangkat agak siang, Sekarang istri Johan, Anita aku ajarin ngurus butik bagaimanapun juga harus ada yang melanjutkan usahaku.
Kami kebutik diantar Mas Harun, sesampainya dibutik aku sibuk menata baju yang sudah selesai dijahit karyawanku. Anita mengecek barang-barang yang dikirim para supliyerku.
Semantara Mas Harun bermain dengan loly cucu kami, Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati. Mas harusnya kamu memang main sama cucu bukan main perempuan.
Suasana damai ini tak berlangsung lama, tiba-tiba gawaiku berbunyi nama Anto yang tertera dilayar.
"Assalamualikum bu..."
"waalaikum salam ada to ?"
"Mohon maaf Bu dirumah ada perempuan mencari Pak Harun, sudah saya bilang Bapak gak ada tapi dia ngeyel Bu, ini orangnya masih nunggu"
"Kamu tanya namanya siapa, maunya apa ?"
"Namanya Diana Bu, dia bilang mau bicara sama Bapak saja. saya harus bagaimana Bu ?"
Setiap ada perempuan yang mencari Mas Harun, Anto menelfonku karena hanya aku yang bisa mengatasi mereka.
"Ya sudah kamu jaga dia jangan sampai bikin rusuh sebentar lagi Aku pulang"
Rupanya perempuan sinting itu benar-benar nantangin ngajak perang.
"Anita nanti kamu pulangnya dijemput Johan aja ya, Mama sama Papa pulang dulu" Titahtu pada menantuku itu.
"Mama mau kemana ?"
"Pulang, Ada tamu nunggu dirumah"
Mas Harun menoleh kearahku keheranan.
"Kok pulang Ma ?" tanya Mas Harun.
"Ada Diana lagi nungguin kamu Mas"
"Diana ?"
"Udah ayo !" aku tarik tangan Mas Harun yang keheranan agar segera beranjak.
Sepanjang perjalanan kami hanya berdiam tanpa bicara, mungkin karena melihat ekspresi wajahku yang datar Mas Harun terlihat gelisah. Seperti pencuri yang tertangkap.
"Thin....thin...." bunyi klakson mobilku tak lama pintu gerbang terbuka.
Kami turun dari mobil Anto tergopoh-gopoh menghampiriku.
"Sudah saya suruh pulang Bu, tapi dia gak mau, malah mengitari rumah ini lihat-lihat"
"Sekarang dia dimana ?"
"Diruang tamu Bu dijagain, Bi Minah"
"Ya sudah kamu kembali kerja" Anto pun beranjak meninggalkanku.
Kulihat Mas Harun masih didepan kemudi, dia takut rupanya. Aku ketok pintu mobil. Kaca pintu didepanku diturunkan.
"Mas ! Ayo !"
"kok Malah bengong !"
Mas Harun turun dari mobil dengan malas.
Di ruang tamu Aku lihat bik Minah duduk berdampingan dengan perempuan muda yang memakai baju kurang bahan. Perempuan yang sama dengan foto yang dikirim ke WA ku.
Masih muda, Perempuan full make up itu sebenarnya tidak terlalu cantik tapi lekuk tubuhnya yang sengaja ditonjolkan itu memang menggoda hasrat pria, termasuk suamiku.
Perempuan itu tersenyum, melihatku dan Mas Harun yang berdiri disamping. Kami berdua duduk berdampingan disebrang perempuan itu.
"Saya pemisi dulu Bu " Dengan merundukan badan bik Minah meninggalkan kami bertiga.
"Mas Harun, Bu" perempuan tak tahu malu itu menyapa kami. Sedangkan Mas Harun hanya tersenyum kecut.
"Katakan apa maumu ?" Perempuan itu menatapku seperti tidak ada ketakutan sama sekali.
Perempuan itu mengeluarkan amplop coklat dari tasnya dan menyodorkannya kepadaku. Sebuah hasil foto USG.
"Saya hamil Bu, dan itu anaknya Mas Harun" ucapnya yakin.
"Lalu ?" kutatap tajam wanita itu dia terlihat sedikit grogi.
"Saya mau Mas Harun bertanggung jawab, dia harus menikahi saya"
"Kamu yakin iyu anaknya Mas Harun, bisa jadi itu anak laki-laki lain yang tidur dengan kamu kan ?"
"Ibu jangan sembarangan ngomong ya, saya bukan perempuan murahan"
"Tidur dengan suami orang tanpa ikatan pernikahan, Kalo bukan perempuan murahan lalu apa namanya ?" Ucapku tajam.
"Mau disebut bidadari ?"
"Saya hanya tidur dengan Mas Harun, tidak ada laki-laki lain !" nada suaranya meninggi sepertinya dia mulai terbawa emosi.
"Ok, Mas Harun akan segera menikahimu setelah hasil tes DNA membuktikan kalau itu benar anak Mas Harun." Aku masih mencoba mengendalikan emosiku yang hampir meledak ini.
"Aku tidak mau menunggu, anak ini harus punya ayah sebelum lahir" Wanita itu berdiri dengan mata nyalang menatapku.
"Mas selesaikan urusanmu dengan wanita ini" Aku menoleh kearah Mas Harun yang dari tadi diam dengan menundukan kepala.
Aku beranjak dari sofa tamu dan berjalan menuju kamar, dia usia yang tak lagi muda ini aku masih saja direpotkan urusan perempuan-perempuan Mas Harun.
Entah apa yang dibicarakan Mas Harun dengan perempuan itu, aku tidak perduli dadaku sesak kepalaku pusing aku mau tidur.
Mataku sulit terpejam pikiranku melayang kemasa silam, awal-awal pernikahan kami kebahagiaan menyelimuti.
Mas Harun laki-laki sederhana itu membuatku jatuh cinta, sikapnya yang sopan dan sifatnya yang mengayomi membuatku menerima lamarannya meskipun dia tidak punya apa-apa.
Mas harun anak pertama dari lima bersaudara laki-laki satu-satunya, semua adiknya perempuan. Kehidupan Mas Harun boleh dibilang memprihatinkan.
Sejak Mas Harun bekerja dia ikut membantu menafkahi keluarganya, pun setelah menikah denganku.
Bahkan biaya pendidikan adik-adiknya Mas Harun yang menanggung, tentu saja dengan bantuanku yang lebih banyak karena Mas Harun hanya karyawan biasa sedangkan aku pengusaha.
Semua adiknya jadi sarjana berkat jasaku itulah kenapa setiap perselingkuhan Mas Harun terungkap adik-adiknya lebih membelaku.
Dalam kehidupan rumah tanggaku hampir tidak pernah terjadi perselisihan apalagi pertengkaran, Mas Harun yang lemah aku yang tegas sebenarnya kami pasangan yang saling melengkapi.
Badai selalu menghantam tak mampu menggoyang bahtera kami, tapi kali ini aku menghadapi perempuan nekat.
Suara handle pintu membuyarkan lamunanku, Mas Harun masuk dengan wajah tertekan.
"Bagaimana Mas ? Apa perempuan itu sudah pergi ?" kutatap wajah laki-laki yang sudah menemaniku selama tiga puluh tahun itu.
"Sudah Ma" Laki-laki disampingku menghela nafas.
"Ma, aku harus menikahi Diana, dia mengandung anakku." suara Mas Harun terdengar berat.
"Kamu yakin itu anakmu ? setelah tes DNA membuktikan kalo itu anakmu silahkan nikahi Diana."
"Diana hanya tidur denganku, anak itu hanya korban kesalahan orang tuanya kasihan kalo dia lahir tanpa ayah"
"Sejak awal sudah kukatakan, silahkan kamu menikahi siapapun tapi ceraikan aku !" ucapku emosi.
"Aku tidak akan menceraikanmu, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu !"
Ucap Mas Harun tak kalah emosi.
"Kalau kamu tidak mau menceraikanku, aku yang akan menggugatmu !"
Mas Harun keluar kamar dan membanting pintu dengan keras.
sepeninggalnya aku hanya termenung setelah tiga puluh tahun bertahan, apakah aku harus menyerah ?
Bersambung....
Like, komen, krisan, votenya dong....untuk mendukung karya author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
wah thoooor km jahat.kenapa istriya yg kena kanker serviks.keapa gak Harun aja yg kena hiv
2021-07-14
0
Sri Mugi Lestari
prinsip yang hebat..
2020-11-17
0
putrindrani
Next Thor
2020-05-18
0