Cinta Di Balut Luka
Namaku Naima Armila, usiaku sekarang menginjak sembilan belas tahun. Aku adalah tulang punggung keluargaku. Segala pekerjaan aku tekuni demi menghasilkan rupiah.
Usia yang seharusnya bisa ku pergunakan untuk bersenang-senang tidak pernah ada. Aku terlalu repot akan urusan yang lainnya yang lebih bermanfaat untukku.
Sekarang aku ada di pasar swalayan menjadi tukang panggul barang belanjaan orang yang membutuhkan jasa seperti aku.
Ya, beginilah kesehariannya. Cinta juga tak pernah ada dalam kamus ku. Aku mungkin hanya akan menikah jika keluargaku menjodohkan ku
Satu hal yang tak pernah bisa aku lupakan adalah kala masih sekolah menengah pertama, Seorang teman pria ku mengungkapkan perasaannya padaku sebelum Ia hijrah kepesantren.
Namanya Dikha Al fajri, entah bagaimana kabarnya sekarang? aku sudah tidak tahu lagi. Ku akui, wajahnya sangat tampan dan mampu membuatku berdebar-berdebar.
"Aku mencintai mu, Naima." Masih melekat kuat dalam benakku kata-kata itu.
"Aku berjanji, jika aku kembali nanti, aku akan mencari mu untuk ku jadikan istriku," ucapnya.
Apa yang bisa kulakukan, satu hal yang membuatkan terasa bodoh, itu karena aku masih sangat lugu dan menganggap Dikha sedang bercanda.
Ia menggennggam tanggan ku serius, dan ditatapnya bola mataku sedalam mungkin.
"Aku serius, Naima. Aku pasti datang padamu dan aku berharap kau belum menjadi milik orang lain." Begitulah ucapan terakhirnya.
Aku hanya tersenyum, dan melepas kepergiannya dengan perasaaan bingung antara percaya dan tidak.
"Mbak, cepat angkat belanjaan ku," ucap seseorang Ibu-Ibu. Sesaat Ke tepuk jidatku dan tersenyum kecil. Ya ampun kenapa aku sampai melamun begini sih? emang pria itu masih mengingatku?
Maklum lah, kebahagian itu terasa langka bagi ku.
Matahari mulai terasa ada di tengah ubun-ubun ku itu artinya aku harus istirahat dulu untuk menunaikan kewajiban ku di mushola.
Sekitar setengah jam ada di mushola aku menyantap makan siang yang ku beli tadi sebelum kemari.
Baru saja satu suapan masuk kemulutku, ponselku berdering nyaring.
Aku hanya menghela nafas, rasa kecewa akibat panggilan itu membuatku harus menghentikan makan siangku.
"Ya, Halo Ayah," jawabku malas.
"Cepat pulang, ada sesuatu yang ingin Ayah katakan."
Rasanya tubuh ini mendadak lemas, pasti ini soal perjodohan yang Ayah bilang tempo hari.
"Baik, Ayah," jawabku sekenanya.
Nasi yang tadi aku makan, akhirnya aku bungkus kembali. Aku harus segera pulang sebelum suara Ayah berdendang riang seharian di telingaku.
Setibanya dirumah, benar saja aku terpaku pada dua buah motor yang terparkir di halaman.
"Ya Allah, haruskan ini ku alami?"
Tak sadar, Kakakku Gino menarik tanganku secepat kilat dan membawaku lewat pintu dapur.
"Cepat mandi dan dandan yang cantik, Nai. Gino adalah temanku, dia memiliki toko Ponsel yang sedang berjaya. Jangan sampai kamu mengecewakan aku ya," ujar Bang Gino.
Aku hanya mengangguk dan membiarkan dia ngeloyor pergi menemui orang yang dia bilang temannya itu.
Ya, seperti itulah sifat Bang Gino. Ia adalah orang yang paling suka mencari kan aku jodoh selain Ayahku. "Emang dia pikir aku ini barang apa? seenaknya saja memperlakukan aku sesuka hatinya, dasar Abang ngeselin," gumamku kesal.
Lekas, aku membersihkan diri dan memilih baju terbaikku. Ya, walaupun aku tidak suka perjodohan yang dilakukan Bang Gino, aku harus tetap menghargai mereka, bukan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
bobo
melas tmen ayu2 jd kuli panggul...abang dan bpky sengklek y thor
2023-01-27
0
Siti Lestari
kasihan naima
2022-09-14
1
naima di jodoh kn atas pilihan orang tuanya,bagaimana ka jika dhika tau,...😔😔
2022-07-23
2