"Dek, aku ingin mengenalmu lebih jauh," ujar Bang Arfian padaku. Suaranya terdengar merdu di telingaku. Wah, ini sesuatu yang terasa sangat mendebarkan tentunya.
Seperti biasanya, aku hanya mengangguk kecil berusaha memahami maksud ucapan Mas Arfian.
"Kita jalan dulu saja, agar bisa saling memahami satu sama lain. Bukankah kecocokan sangat di perlukan untuk membangun rumah tangga," kata Mas Arfian lagi.
"Iya, Mas," jawabku tenang, sedikit ku hela nafasku agar tidak terlihat kikuk dan gugup di hadapannya. Tapi meski pun begitu, Mas Arfian mungkin saja mengetahui perasaanku sebenarnya.
Cukup lama mengobrol, Mas Arfian berpamitan pulang. Kulihat motornya menghilang di balik pagar setelah menjabat tangan ku.
"Kenapa dia terasa berbeda," gumam ku seorang diri.
"Na, kan. Kali ini pasti berjalan lancar."
Tersentak aku akan Bang Gino yang tiba-tiba muncul di belakang punggungku. Ku pukul kuat pundak Bang Gino membuatnya mengaduh kesakitan. Bodo' amat, dia sudah membuat wajahku memerah karena malu.
"Ihk, Mas. Keterlaluan sekali sih kamu. Ngapain nguping disitu?" ucapku bersungut-sungut.
"Hehehe...." Bang Gino hanya cengengesan seperti orang gila. Bikin kesel kan? "Dasar, kepo," oceh ku sambil berlalu pergi dari hadapannya.
Sampai di kamar, ponsel ku berdering. Itu adalah suara pesan masuk. Ku angkat ponsel itu dari meja dan ku perhatikan hanya nomer orang tidak di kenal.
Aku penasaran membuka pesan itu dan membaca isinya.
Dek, aku sudah sampai rumah...
Aku merasa girang, baru kali ini aku bertemu pria yang selalu memberi kabar keadaan dirinya.
Syukurlah...
Jawabku singkat. Kulihat centang itu langsung berubah biru.
kok pendek amat, dek?
Astaga, dia tanya juga hal itu. Unik sekali, puji ku dalam hati.
Aku mau bilang apa, Mas. Aku tak pandai membuat pertanyaan...
jawabku kemudian. Dia mengetik lagi, apa isinya. Tak sabar aku menunggu apa yang Ia tulis. Cukup lama, Ia menulis membuatku merasa jengah.
Ting!
Pesan itu akhirnya masuk lagi.
Ya udah, Mas mandi dulu mau sholat ashar.
Ya Allah, Benar tebakan ku. Sepertinya dia adalah orang yang tepat. Mudah-mudah, kali ini tidak seburuk seperti sebelumnya.
Aku pun mengambil handuk, aku juga ingin membersihkan diriku.
...Keesokan Harinya.......
"Nai, antar kan kerupuk ini sama Bu Imah ya, sambil kepasar!" ucap Ibuku saat kami sedang sarapan. Ya, meski sudah tua. Ibu juga mencari tambahan kecil-kecilan mengingat kebutuhan kami amatlah banyak.
Aku punya dua adik yang masih sekolah. Mereka membutuhkan perhatian ektra dari kami.
"Iya, Bu," jawabku seraya menyuapkan nasi terakhir di dalam piringku.
"Nai, bagaimana menurut mu tentang Arfian?"
Pertanyaan Ayah membuatku menunduk.
"Aku yakin, Naima suka Ayah," jawab Bang Gino menimpali. Ia menatapku sambil tertawa mengejek.
Is, mengesalkan sekali Bang Gino ini...
Aku beranjak dan menyalami mereka, lalu meraih tiga bungkus kerupuk ikan yang sudah Ibu sediakan. Aku punya sepeda mini, disitulah ku gantung kerupuk itu.
Ku kayuh pelan sepedaku di jalan besar, ramai orang lalu lalang saat di pagi hari. Tentu aku harus berhati-hati agar semua berjalan aman.
Aku melintasi toko, kulihat motor mirip Mas Arfian membelok kesana. Aku menghentikan sepedaku dan mengamati mereka. Seorang perempuan memeluk erat tubuh pemuda itu.
Rasa penasaran membabi buta dalam benak ku. Mungkin itu adalah Mas Arfian? lalu siapa wanita yang masih seusia ku itu? Mengapa mereka terlihat sangat romantis sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Siti Lestari
tampaknya Arfian itu orangnya baik
2022-09-14
1
💎⃞⃟🦋🅰𝐋𝙛𝙖𝙧𝙞𝙯𝙚𝙖༄㉿ᶻ⋆
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼mantap
2022-03-24
2
Tyara Lantobelo Simal
Semangat lanjut
2022-03-14
2