Setelah Bercerai

Setelah Bercerai

BAB 1 PERGI MENJAUH

Sepatu heels berwarna merah maron itu bergema dengan begitu nyaringnya sepanjang koridor menuju ke sebuah lift yang berjarak tak jauh dari ruanganku.

Menekan tombol menuju lantai 16 di Perusahaan tersebut, yang dimana di lantai 16 tersebut terdapat ruangan dari pemimpin perusahaan Mahesa Group.

Tapi sebelum itu kalian jangan heran dulu kalau perusahaan milik keluarga Mahesa bisa mencapai lantai 16. Perusahaan Mahesa Group bukanlah sembarang perusahaan, perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan terbesar dan ternama, bahkan perusahaan milik keluarga Mahesa itu adalah salah satu perusahaan ternama di dunia.

Dan bukan hanya perusahaan itu saja yang dimiliki oleh keluarga Mahesa. Keluarga Mahesa masih memiliki banyak anak perusahaan lainnya dan juga bisnis lain di berbagai negara seperti hotel, restoran, resort bahkan mall/pusat perbelanjaan.

Sangat kaya bukan keluarga Mahesa. Dan mungkin banyak dari orang-orang di luar sana yang menyayangkan ketika aku memilih untuk bercerai dari Adrian, penerus perusahaan dan bisnis-bisnis milik keluarga Mahesa.

Tetapi itulah keputusanku, karena aku sudah terlanjur sakit hati dengan penghianatan yang dilakukan oleh Adrian. Orang yang sempat aku cintai dan percaya dulu.

Ohiya aku lupa untuk memperkenalkan diriku sendiri. Perkenalkan namaku Freya Ranita Ganney, orang-orang di perusahaan dan teman-temanku sering memanggilku dengan sebutan Freya. Tetapi Papa Mamaku dan keluarga Mahesa termasuk Adrian sering memanggilku dengan sebutan Rea.

Aku bukanlah berasal dari keluarga yang kaya raya. Tetapi juga bukan berasal dari keluarga sederhana. Aku sebenarnya berasal dari keluarga yang lumayan berkecukupan, tetapi tidak sekaya keluarga Mahesa. Papaku memiliki sebuah perusahaan properti yang tidak terlalu besar dan Mamaku adalah seorang Ibu rumah tangga biasa yang memiliki usaha catering makanan rumahan.

Aku dulunya adalah sekertaris pribadi Adrian di Perusahaan ini sampai kami menikah. Tetapi setelah menjalani kehidupan rumah tangga bersama Adrian selama kurang lebih 3 tahun dan bercerai 2 bulan yang lalu. Aku lebih memilih untuk berpindah ke divisi lain di perusahaan itu.

Karena aku merasa tidak nyaman dan akan sangat akward jika setelah bercerai aku masih tetap menjadi sekertaris pribadi Adrian. Kalian juga pasti akan merasakan hal yang sama denganku, jika itu terjadi pada kalian.

Setelah bercerai, aku meminta ke Adrian untuk memindahkan aku ke divisi lain dan Adrian langsung menyetujuinya dan memindahkan aku ke divisi di bagian keuangan sebagai manajer keuangan yang kebetulan waktu itu kosong. Aku pikir Adrian juga merasakan hal yang sama denganku dan memilih untuk memindahkan aku ke divisi lain. Dan juga salah satu alasan Adrian memindahkan aku juga mungkin ingin menjaga perasaan pacarnya alias selingkuhannya dulu.

Okey, itulah adalah sedikit ceritaku tentang aku dan keluarga Mahesa.

Jadi sekarang kita kembali ke topik utama, dimana hari ini aku memutuskan untuk resign dari perusahaan ini. Perusahaan yang sudah mempekerjakanku dan memberikan aku banyak pengalaman selama lebih dari 7 tahun.

Bukan tanpa alasan aku memilih untuk resign dari perusahaan ini. Aku memilih untuk resign karena menurutku ini adalah yang terbaik bagi aku dan Adrian, mantan suamiku.

Apalagi pacar atau selingkuhan Adrian selalu datang berkunjung ke perusahaan ini dan kami selalu bertemu di lobi perusahaan.

Dan bukannya aku belum move on, tetapi entah mengapa setiap kali aku berpapasan dengan wanita pelakor itu aku selalu merasa ingin marah saat itu juga dan aku selalu merasa muak melihat wanita itu apalagi kalau sudah berdekatan dengan Adrian.

Jadi, daripada aku selalu seperti itu lebih baik aku memilih untuk resign dan pergi menjauh dari bayang-bayangan Adrian dan keluarganya.

Walaupun begitu, Daddy dan Mommy mertuaku sudah melarang aku untuk melakukannya. Tetapi aku tetap kekeuh untuk resign dan pergi dari kehidupan Adrian.

Daddy dan Mommy mertuaku memang sangat menyayangiku layaknya anak mereka sendiri. Mereka tidak ingin aku berhenti bekerja di perusahaan milik keluarga mereka dengan alasan agar mereka tetap bisa melihatku dan menjagaku. Bukan sebagai seorang menantu tetapi sebagai Putri mereka sendiri, tetapi aku menolaknya.

Aku hanya ingin menjauh dari bayang-bayangan masa lalu dan membuka lembaran baru di kehidupanku.

"Selamat siang Bu, Freya," sapa seorang wanita cantik yang barusan keluar dari ruangan dengan pintu besar yang terlihat begitu kokoh dan mewah.

Wanita itu adalah Dinda. Sekertaris baru Adrian yang menggantikan aku.

Aku tersenyum manis. "Selamat siang juga Din, ohiya Pak Adrian nya ada?" tanyaku pada Dinda.

Dinda mengangguk sambil tersenyum manis. "Iya Bu. Pak Adrian ada di dalam, saya baru saja mengantarkan file yang diminta Pak Adrian tadi," jelasnya.

"Oh gitu. Yaudah saya mau bertemu dengan Pak Adrian sebentar, bisa kan."

"Bisa Bu silahkan, kebetulan setelah ini jadwal Pak Adrian kosong. Hmmm perlu saya antar kan?"

Aku menggeleng. "Tidak usah Din, ada sedikit urusan pribadi yang harus saya selesaikan dengan Pak Adrian."

Dinda yang memang sudah mengetahui kalau aku adalah mantan istri dari direktur utama perusahaan ini pun hanya tersenyum memaklumi.

"Hmm, kalau begitu saya permisi ya bu."

"Iya, terimakasih ya Din."

"Sama-sama Bu."

Dinda kemudian melengos pergi dari hadapanku menuju ruangannya yang bertepatan di samping ruangan Adrian.

Aku kemudian menatap pintu besar di hadapanku itu. Menghela nafas panjang, kemudian menghembuskannya.

"Ayo Rea. Kamu pasti bisa ngomong sama Adrian dan menyerahkan surat resign ini langsung, setelah itu kamu akan bebas," aku bermonolog sendiri dihadapan pintu itu.

Padahal seharusnya jika ingin resign surat resign nya di antarkan pada bagian HRD, tetapi khusus aku Adrian meminta agar aku menghadap nya langsung dan memberikan surat resign itu kepadanya sendiri. Sehingga membuat aku harus mengumpulkan banyak niat untuk bisa berhadapan langsung dengannya.

Aku memejamkan mata sebentar, kemudian dengan mantap menekan tombol mewah yang ada di samping pintu itu.

Tak lama ku dengar ada suara yang mempersilahkan aku untuk masuk.

Aku melangkahkan kaki menuju ruang tersebut dan langsung menelan saliva setelah berhasil masuk dan kini berdiri di hadapan Adrian.

Mata elang pria itu tak lepas menatapku dengan tatapan tajam dan dinginnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mungkin dia membenciku, entahlah aku hanya berfikir seperti itu.

"Duduk!" perintahnya.

Dan tanpa basa-basi aku langsung duduk di kursi di hadapannya. Oh Gosh! entah kenapa aku merasa ruangan ini menjadi sangat panas hawanya.

"Untuk apa jauh-jauh datang ke ruanganku di siang hari seperti ini?" tanya Adrian membuka pembicaraan karena dari tadi aku sibuk dengan fikiranku sendiri, sampai lupa tujuan awalku.

"Mau menggodaku?" tanya Adrian lagi sambil memperhatikan pakaian yang aku gunakan.

****! Sialan! Begitu apesnya aku sampai hari ini bisa menggunakan pakai seksi seperti ini. Tapi menurutku ini tidaklah terlalu seksi juga sebenarnya, tapi aku yakin bagi Adrian ini pasti sangatlah seksi. Dengan rok mini coklat dan kemeja lengan panjang putih yang sangat pas di tubuhku, tetapi tidak terlalu ketat juga menurutku.

"Apa kau bisu?" lagi-lagi Adrian bertanya padaku dengan tatapan sinis.

"Tentu saja tidak Pak Adrian. Aku datang ke sini pasti dengan tujuan yang baik, bukan untuk menggodamu."

Dengan sedikit gementar, aku menyerahkan amplop putih yang kubawa tadi ke atas meja kerjanya.

"Kamu mau berhenti bekerja di sini?" tanya Adrian, kali ini tatapannya menjadi semakin tajam dari sebelumnya.

"Iya Pak."

"Kenapa?"

"Ah!?"

"Apa alasan kamu sehingga memilih resign dari perusahaan ini?"

Aku kembali menghela nafas. Huh, sudah bisa dipastikan pertanyaan ini pasti akan keluar dari mulutnya. Karena tidak mudah untuk bisa terlepas dari bayang-bayangan seorang Adrian. Dia tidak akan melepaskan aku begitu saja, padahal kami sudah bercerai.

Dia bahkan terkadang memintaku untuk tidur di rumahnya bahkan setelah kami bercerai, dan aku selalu menolak setiap permintaan konyolnya itu.

"Karena saya ingin menjalani kehidupan yang baru dan ingin mencari pengalaman baru. Saya rasa sudah cukup saya mengabdi selama tujuh tahun untuk perusahaan ini," jelasku.

"Dan saya harus menyetujui alasanmu itu?" tanya Adrian kepadaku.

Aku mendengus. " Ya tentu saja Pak Adrian harus menerima keputusan saya. Karena ini sudah menjadi keputusan final saya."

"Okey, alasanmu diterima."

Aku tersenyum senang, ternayata semudah itu. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin saja. Huh, akhirnya bisa terbebas dari Adrian.

"Tapi dengan syarat."

Aku melongo mantap Adrian dengan perasaan tak enak. Sepertinya aku akan terjebak oleh syarat yang akan Adrian berikan. Ini tidak bisa dibiarkan, Adrian sangatlah licik.

"Syarat? Kenapa harus pakai syarat sih Pak. Saya kan hanya mau mengundurkan diri, kenapa harus pakai syarat-syarat segala," omelku.

"Jika tidak mau juga tidak apa-apa. Saya tidak akan menerima surat pengunduran ini." Ucap Adrian sambil menunjuk surat pengunduran diriku.

"Ta-tapi saya ...,"

"Tidak ada tapi-tapian. Jika kamu menyetujui syarat yang diberikan. Maka saya akan menerima surat pengunduran diri kamu," potong Adrian tegas.

"Lho tidak bisa seperti itu dong Pak. Oh ayolah, kenapa Pak Adrian selalu menghalangi saya untuk pergi menjauh dari kehidupan Bapak? Bukannya ini bagus, jika saya resign dari perusahaan ini. Pak Adrian bisa lebih leluasa bertemu dengan Vania. Tanpa harus memikirkan perasaan saya."

Vania adalah pacar Adrian sekaligus selingkuhan Adrian dulu.

"Rea!!" bentak Adrian begitu mendengar aku menyebutkan nama Vania.

"Kenapa? Pak Adrian mau marah sama saya, karena nyebut nama wanita ****** itu? HAH?"

"Sudah saya bilang dia bukan wanita ******. Namanya Vania dan dia bukan wanita ******." Adrian menatapku tajam dengan penuh amarah di mata elangnya itu.

Aku berdecih mendengar ucapan Adrian, jujur aku begitu sakit hati melihat Adrian sebegitunya membela wanita ****** itu.

"Sebenarnya mau Pak Adrian itu apa sih? Kenapa Pak Adrian selalu bersikap seperti ini, seolah-olah memberikan saya harapan kalau sebenarnya Pak Adrian tidak ingin melepaskan saya."

"Saya juga ingin merasa bebas tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan itu Pak. Jadi saya mohon untuk melepaskan saya dan biarkan saya pergi." Perlahan air mata yang sudah ku tahan dari tadi melongos keluar begitu saja, dengan perasaan campur aduk.

Bisa kulihat tatapan Adrian berubah menjadi sendu, pria itu mengusap kasar wajahnya kemudian kembali menatapku.

Dia berjalan menuju pintu dan menguncinya, kemudian berjalan mendekatiku. Oh ayolah apa yang ingin dia lakukan.

"Kamu tanya apa mau aku?" Ia semakin mendekatiku.

Aku menelan saliva ku.

"Jawabannya adalah kamu."

"Ya, aku mau kamu Rea."

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

baru mampir,,,ceritany ak tertarik,,smg bisa lanjut

2023-04-08

0

Qothrun Nada

Qothrun Nada

baru nyimak, sepertinya ceritanya menarik, mudah-mudahan sampai tamat gk berbelit ceritanya,dan ku harap beda dari cerita lainnya 👍👍

2022-06-06

0

Siti Nurbaya

Siti Nurbaya

cerita nya bagus kalau sampai tamat.. jgn putus di tengah jalan

2022-06-03

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!