BAB 4 Wanita Itu

Pukul 10.00

Aku terbangun, mengusap pelan mataku saat panasnya matahari pagi mengenai wajahku. Kemudian aku mengedarkan pandangan ke segala arah mencari keberadaan seorang pria yang semalam telah membuatku salah tingkah atas tindakannya.

"Kemana dia?" tanyaku dalam hati. "Apa sudah berangkat kerja ya."

Aku mengambil ponselku di atas nakas dan betapa kagetnya aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Astaga kenapa aku bisa bangun kesiangan seperti ini? Tidak biasanya seperti ini.

Baiklah sepertinya aku harus segera bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan Mahesa Group, untuk membereskan beberapa barang-barangku yang kemarin tidak sempat aku bawa pulang karena ulah Adrian.

Dan ya, sesuai dengan perjanjian antara aku dan Adrian. Setelah memenuhi semua persyaratan yang dia berikan, maka setelah itu aku bebas untuk pergi menjauh dari kehidupan seorang Adrian. Huh! betapa leganya aku.

Setelah selesai bersiap-siap, aku segera pergi ke perusahaan Mahesa Group sekaligus mengambil uang pesangonku juga. Lumayanlah bisa aku gunakan untuk membiayai kehidupanku sebelum mendapatkan pekerjaan baru lagi.

"Selamat pagi mbak Freya," sapa Reni salah satu resepsionis di perusahaan itu. Reni sudah bekerja sebagai resepsionis selama 5 tahun, jadi aku sudah sangat mengenalnya.

"Selamat pagi juga Reni." Aku tersenyum.

"Ohiya, aku dengar dari karyawan lain katanya mbak Freya udah resign ya dari perusahaan ini."

Aku mengangguk. "Iya ni Ren. Hari ini aku datang untuk beresin sisa barang-barangku."

"Yah, berarti udah nggak ada lagi dong yang tiap pagi nyapa aku sambil bawain coffee latte, trus sambil bahas gosip terbaru."

Aku terkekeh mendengar ucapannya, ada-ada saja Reni. Dan itulah kebiasaan kami berdua setiap pagi, sampai-sampai ada yang menobatkan kami berdua sebagai ratu gosip terpagi di seantero perusahaan dan Asri sebagai Mak lambe.

"Kan kamu bisa ngajakin Asri. Dia juga lumayan kok buat diajak bergosip."

"Ih tapi nggak lengkap kalau nggak ada mbak Freya tau!" serunya.

Kami pun melanjutkan percakapan kami dan setelah itu aku langsung menuju ruangan kerjaku untuk membereskan beberapa barang-barangku dan setelah itu mengambil uang pesangon.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah hampir setengah jam aku membereskan beberapa barang-barangku dan menyuruh office boy membawanya ke mobilku.

Aku pun dipanggil oleh mantan Ayah mertuaku ke ruangannya.

"Selamat siang Pak," sapaku sesopan mungkin setelah memasuki ruangannya.

"Siang juga Rea. Ayo silahkan duduk," tuturnya sambil menampilkan senyuman.

Aku pun tersenyum canggung kemudian segera duduk.

"Gimana kabarmu nak?"

"Alhamdulillah baik Pak."

"Panggil Daddy saja. Walaupun kamu sudah bercerai dengan Adrian. Tapi bagi Daddy dan Mommy kamu akan tetap menjadi anak kami," jelasnya.

"Ohiya, gimana kabar Mommy dan Daddy?"

"Alhamdulillah baik, tapi Mommy kamu itu terus-menerus memaksa Daddy untuk membujukmu ke rumah. Katanya dia sangat kangen sama kamu."

Daddy, maksudku mantan mertuaku ini memang sangat baik kepadaku begitu pun juga istrinya. Mereka bahkan sangat menyayangiku melebihi anak mereka sendiri.

Bahkan saat aku memutuskan untuk bercerai waktu itu. Mommy bahkan memohon dan sempat menyuruhku untuk berpikir lagi, agar tidak bercerai dengan Adrian. Karena tidak ingin kehilanganku, tetapi sayangnya aku tetap memutuskan untuk bercerai. Aku sudah terlanjur sakit hati dengan penghianatan yang dilakukan Adrian kala itu.

"Aku juga kangen sama Mommy. Nanti kapan-kapan kalau ada waktu pasti aku ke rumah kok."

Daddy Alfian mengangguk. "Rea, Daddy tau berat untuk kamu mengambil keputusan ini. Tapi Daddy yakin, kamu pasti bisa melewati ini semua. Dan kamu harus tau, walaupun kamu dan Adrian sudah bercerai. Tapi Daddy dan Mommy tetap menjadi orang tua kamu, jadi jangan pernah sungkan untuk datang ke kami kalau kamu butuh bantuan."

Ucapan Daddy membuatku tak kuasa menahan tangis. Sesayang itu mantan mertuaku kepadaku.

"Maafin keputusan Rea Dad, Rea terlalu cepat mengambil keputusan," ucapku sembari terisak hebat.

"Nggak, nggak. Kamu nggak salah apa-apa. Justru anak Daddy yang salah. Dia sudah menghianati kepercayaan kamu, dan kamu berhak untuk menceraikannya, demi kebaikan kamu." Ucap Daddy yang diiringi dengan air matanya yang menetes.

Membuat hatiku bertambah pilu, melihat lelaki tua di hadapanku ini juga ikut meneteskan air mata.

Daddy Alfian menggenggam kedua tanganku. "Pokoknya kamu harus janji sama Daddy, setelah ini kamu harus mencari dan menemukan kebahagiaan kamu sendiri. Hidup lah dengan bahagia dan jaga kesehatan kamu. Dan sering-sering lah berkunjung ke rumah kalau kamu merindukan Daddy dan Mommy. Dengan senang hati pintu rumah kami akan selalu terbuka untukmu nak."

Aku mengangguk dan tersenyum, walaupun air mata ini tak henti-hentinya menetes.

"Pasti Dad, Rea akan sering-sering berkunjung ke rumah Daddy dan Mommy. Dan terimakasih atas semua kebaikan Daddy dan Mommy selama ini untuk Rea. Daddy dan Mommy juga harus janji sama Rea untuk selalu jaga kesehatan ya. "

Daddy mengangguk. "Ohiya untuk uang pesangon kamu, Daddy udah minta ke Adrian untuk di transfer langsung ke rekening kamu. Daddy harap ini cukup ya."

"Makasih ya Dad. Terimakasih banyak."

Setelah selesai mengobrol dengan mantan Ayah mertuaku, akhirnya aku pun pamit untuk pulang.

Saat keluar dari lift, tak sengaja aku berpapasan dengan wanita itu. Ya, wanita ****** yang telah menghancurkan rumah tanggaku dan Adrian.

"Hai mbak Freya," sapanya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Sungguh apakah dia tak mempunyai urat malu lagi? Sudah merenggut kebahagiaan orang, menghancurkan rumah tangga orang dan sekarang malah terlihat santai bahkan menyapaku.

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman sinis.

"Hmm, aku dengar-dengar katanya mbak udah resign dari perusahaan ini ya?"

Aku menatapnya."Ya. Kamu senang kan. Itu artinya mulai sekarang kamu bebas, kalau mau ketemu Adrian setiap saat."

"Nggak gitu mbak. Aku justru sedih kalau mbak harus resign dari perusahaan ini." Wanita itu memasang wajah sedih, yang entah itu tulus atau hanya dibuat-buat saja. Hanya Tuhan dan dia yang tahu.

"Udah jujur aja, kalau kamu sebenarnya senang kan. Saya tahu itu kok."

"Nggak kok mbak. Dan aku juga mau minta maaf at-"

"Saya sudah maafin kamu dari jauh-jauh hari kok. Tapi saya nggak bisa memaafkan kejadian dan penghianat kalian terhadap saya waktu itu. Sakit hati saya tidak akan semudah itu sembuh walaupun bertahun-tahun nantinya."

"T-tapi mbak, semua yang mbak lihat itu tidak semuanya benar."

"Tidak benar kamu bilang? Semuanya udah jelas, saya bahkan lihat pakai mata kepala saya sendiri dan kamu bilang belum jelas?"

"Aku sebenarnya mau menjelaskan ini dari lama, tapi mbak nggak pernah mau dengerin aku. Coba dari awal mbak dengerin penjelasan aku dan mas Adrian, pasti semuanya nggak akan berakhir seperti ini."

Ini semua sudah basi bagiku, mereka pikir aku ini anak kecil apa. Sehingga bisa membodohiku dengan alasan-alasan seperti itu. Aku tidak akan mudah terpengaruh oleh omong kosong mereka. Bahkan waktu itu aku jelas-jelas melihat pakai mata kepalaku sendiri, kejadian itu. Mana mungkin ini semua hanya salah paham.

"Ah sudahlah, saya cape mendengar omong kosongmu itu. Waktu saya jadi terbuang sia-sia karena mendengar bualan mu itu." Tanpa basa-basi lagi aku segera meninggalkan wanita itu. Sedangkan wanita itu hanya menatap kepergian ku, entah apa yang dia fikirkan.

Terpopuler

Comments

Rice Btamban

Rice Btamban

akibat pelakor rmh tangga hancur😁

2022-04-15

0

Kusmiati

Kusmiati

lanjut

2022-03-26

0

adna

adna

lanjut

2022-03-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!