BAB 3 ADA APA DENGAN ADRIAN?

Di tengah kemacetan jalanan ibukota di sore ini, ditambah dengan teror beruntun dari direktur keras kepala itu membuatku tak henti-hentinya mengumpat. Ya, siapa lagi kalau bukan Adrian.

Tadi sore sehabis jam pulang kantor, dia memaksaku untuk segera ke rumahnya terlebih dahulu. Sedangkan dia harus mengurus beberapa pekerjaan kantor yang menumpuk.

Awalnya aku sempat menolak dan memilih untuk pergi ke apartemen mengambil beberapa pakaian ganti, tetapi dengan sikap keras kepalanya. Adrian mengancam dan menyuruhku untuk langsung pergi ke rumahnya, rumah yang dulu sempat menjadi istanaku dan Adrian.

Ah sudahlah, kalau menceritakan lagi tentang kenanganku bersama Adrian dulu di rumah itu pasti akan sangat menyakitkan dan akan sangat panjang.

Baiklah kita kembali ke topik!

Dan tidak hanya ancaman yang pria itu berikan, tetapi juga teror beruntun yang terus masuk melalui pesan dan telepon.

Ya, pria itu terus mengawasiku melalui beberapa pesan, telepon dan beberapa orang suruhannya yang mengikutiku dari belakang sedari tadi.

Ini memang terlalu berlebihan bukan! Tetapi aku juga tahu bahwa pria itu melakukan ini semua karena hanya ingin memastikan saja, bahwa aku benar-benar pergi ke rumahnya. Bukan ke apartemenku ataupun tempat lain untuk melarikan diri darinya.

Tak berselang lama, mobil yang aku kendarai pun memasuki halaman rumah mewah Adrian. Dan aku pun langsung memarkirkan mobil kesayanganku ini di area tempat parkir khusus mobil-mobil mewah miliki Adrian.

"Huh! Akhirnya sampai juga. Hmm ... masih sama dan nggak ada perbedaan." Aku memperhatikan tatanan tanaman bunga-bunga milikku dulu di taman kecil samping rumah.

"Non Freya!! Yaampun, akhirnya Non Freya datang juga. Akhirnya non Freya kembali!" pekik seorang wanita paruh baya yang sudah bekerja lama dengan Adrian dari sebelum kami menikah hingga saat ini.

Namanya adalah mbok Atun. Wanita paruh baya itu adalah kepala pelayan yang menjaga dan mengurusi rumah mewah Adrian ini. Mbok Atun adalah salah satu pelayan di rumah ini yang sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri dan teman ceritaku dulu sewaktu masih menjadi istri Adrian.

"Mbok Atun! Aku kangen banget sama mbok," pekikku juga begitu melihat mbok Atun. Kami pun saling berpelukan dan saling menanyakan kabar masing-masing.

Apa lagi setelah aku dan Adrian bercerai, semenjak itu aku tidak pernah datang ke rumah ini lagi. Dan sudah 2 bulan semenjak kami bercerai, baru kali ini aku menginjakkan kakiku kembali lagi di rumah ini. Bahkan beberapa barangku sebagian masih ada di rumah ini.

Setelah bercengkrama beberapa saat dengan mbok Atun. Aku pun segera pamit untuk pergi ke kamar utama.

Untuk sekedar mengecek beberapa barang-barangku yang masih tertinggal di rumah ini. Karena menurut pengakuan mbok Atun, barang-barangku memang masih tersusun rapi di kamar utama dan mbok Atun lah yang sering di suruh Adrian untuk merapikannya setiap minggu.

Lagipula aku heran, kenapa tidak dibuang saja sih. Mana ada jaman sekarang pria yang masih menyimpan barang-barang mantan istrinya. Aku pun juga sudah pasrah jika Adrian mau membuang barang-barangku atau mungkin mau menyumbangkannya.

Aku membuka satu persatu lemari pakaian dan benar saja masih begitu banyak baju-bajuku yang masih di simpan Adrian. Begitu pula dengan beberapa tas dan sepatu koleksi-koleksiku.

Aku menggeleng tak percaya. "Mungkin dia nggak punya waktu kali ya buat nyumbangin baju-baju ini."

"Setidaknya kalau nggak mau nyumbangin, kenapa nggak dia suruh orang aja buat kirimin semua baju ini ke apartemen."

"Yah, namanya juga orang sibuk. Mungkin nggak punya waktu juga kali buat nyuruh orang kirimin barang-barang ini." Aku menatap satu persatu tas dan sepatu-sepatuku di ruangan wardrobe milik Adrian.

"Siapa yang nggak punya waktu?"

Suara berat yang sangat khas milik Adrian itu, membuatku kaget. Huh! Untung saja aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Aku berbalik menatapnya, dari raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang sangat sulit untuk ditebak. Ohiya aku lupa, selain keras kepala, dingin, dan penghianat ternyata Adrian itu juga salah satu tipe manusia yang sangat sulit untuk ditebak.

Bahkan selama berpacaran dulu sampai menikah pun aku masih sulit untuk menebak setiap ekspresi yang pria itu tunjukkan.

"Eh enggak kok, bukan apa-apa. Mas udah dari tadi di sini?" jawabku.

Dan bukannya menjawab ucapanku, Adrian justru malah berbalik dan meninggalkan aku di ruangan wardrobe. Aku pun mengikutinya.

"Hm yaudah kalau gitu aku ke kamar tamu dulu, mau mandi soalnya badanku udah lengket banget." Baiklah marilah kita berbicara dengan sopan, tapi juga tidak boleh terlalu formal karena ini bukan kantor. Dan aku yakin, Adrian pasti tidak akan menyukai jika aku terlalu berbicara formal padanya di luar kantor.

"Kamar tamu?"

"Iya, kamar tamu."

"Di kunci."

"Hah?!" Oh please deh ah! Adrian kenapa kalau ngomong selalu saja tidak pernah lengkap. Sariawan kali ya, kan bikin emosi.

"Kamar tamu di kunci," jelasnya lagi.

"Yaudah, tinggal buka aja apa susahnya. Kan ada kuncinya, nanti aku minta ke mbok Atun deh." Aku yang hendak melangkah mendadak dicekal Adrian.

Aku menyerit. Maksudnya apa coba pakai cekal-cekal segala, udah kaya di sinetron aja.

Adrian berdehem, kemudian menatapku dalam dan kembali berucap. "Tidur bareng aku. Untuk terakhir kalinya."

"WHATTT!!!!" pekikku begitu mendengar ucapan Adrian dan menghentak tanganku yang dipegang Adrian.

Dia salah minum obat atau gimana? Gila aja, masa aku di suruh untuk tidur bereng dia. Hello,

kita ini kan bukan suami istri. Ngapain harus tidur bareng coba? Yang ada akan menimbulkan dosa.

"Kamu gila ya! Di perjanjian kita, aku cuma nginep di rumah ini bukan temenin kamu tidur Adrian," kesalku. Aku sangat kesal menatap wajahnya.

"Mas Adrian!" koreksinya.

"Ah terserah lah. Pokoknya aku nggak mau, titik. Enak aja." Aku menatap Adrian sinis.

Sedangkan Adrian masih menatapku dengan tatapan dan ekspresi yang sekali lagi tidak bisa ku tebak.

"Yaudah kalau nggak mau. Adit, Asri dan Safira. Aku bisa melakukan apa saja yang bakalan membuat kamu menyesal menolak permintaanku Freya Ranita Ganney." Adrian tersenyum jahat. Membuat bulu kudukku meremang.

"Dan surat pengunduran kamu juga tidak akan saya setujui," lanjut Adrian lagi.

Oh tidak! Jangan bilang Adrian ...

"Jangan bilang kamu ...," Aku membelalakkan mata manatap Adrian.

"Yup, aku akan memecat mereka tanpa uang pesangon. Dan beberapa perusahaan mungkin akan menolak mereka jika ingin melamar pekerjaan lagi. Aku tau, kamu sangat menyayangi mereka dan menganggap mereka sebagai keluarga sendiri," jelas Adrian santai.

Baiklah sepertinya aku berhasil masuk ke perangkap Adrian dengan embel-embel hanya menginap, padahal lebih.

Dan bagaimana bisa dia menggunakan rekan-rekan kerjaku yang sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri, sebagai ancaman.

Dia sangat mengetahui kelemahanku sedangkan aku sendiri bahkan tidak tahu sedikitpun kelemahan seorang Adrian.

Aku bahkan juga tidak akan tega membiarkan Asri, Adit dan Safira di pecat begitu saja hanya karena permasalahan ku dan Adrian.

Oh ayolah, ini tidak adil bagi mereka. Apalagi mereka bertiga merupakan tulang punggung di keluarga mereka masing-masing dan jika mereka di pecat, bagaimana dengan perekonomian mereka kedepannya.

Apa yang harus aku lakukan? Menuruti Adrian atau malah sebaliknya?

Tapi jika aku menolaknya, bagaimana dengan nasib Asri, Adit dan Safira? Kenapa aku malah membawa mereka ke permasalahan ini sih?

Dan setelah beberapa saat dan melalui beberapa pemikiran yang panjang, akhirnya aku memutuskan untuk menuruti kemauan Adrian.

Setelah aku selesai mandi dan mengenakan pakaian, aku segera menuju ke kasur king size di kamar itu untuk segera merebahkan tubuhku. Ah, begitu lelahnya hari ini.

Kalian jangan tanyakan dimana keberadaan Adrian saat ini, pria itu sekarang justru malah sibuk berkutat dengan leptopnya di salah satu sofa yang tersedia di kamar itu. Sepertinya di otak Adrian selalu tertulis, 'tiada hari tanpa bekerja, dimana pun dan kapanpun'. Dan ini sudah cukup larut malam.

Ohiya, dan satu lagi. Jangan kalian berfikir kalau Adrian memintaku untuk tidur bersamanya agar kami bisa melakukan hal yang kalian fikirkan. Tidak sama sekali, Adrian sepenuhnya hanya memintaku untuk menemaninya tidur. Hanya itu saja dan tidak lebih dari itu. Dan hanya untuk malam ini saja.

Makanya aku menyetujui lagi ide gilanya ini.

"Kenapa belum tidur?" Entah darimana, tetapi tiba-tiba saja Adrian sudah berdiri di sampingku.

"Ini mau tidur kok." Jawabku kemudian memejamkan mata.

"Hmm." Aku hanya mendengar Adrian berdehem, dan tidak mendengar sama sekali Adrian melangkah meninggalkanku. Ah, mungkin dia masih berdiri di sampingku. Baiklah mari kita tidur atau berpura-pura tidur saja.

4 detik kemudian, masih hening.

30 detik kemudian, masih sama. Hening, tak ada pergerakan.

Hingga kemudian ...

'cup'

deg!

Setelah beberapa saat aku merasa tak ada pergerakan dari Adrian. Tiba-tiba pria itu melakukan hal yang tak terduga. Hal yang masih membuat tubuhku panas dingin menerima perlakuan Adrian ini.

Aku hanya bisa mematung dan melototkan mataku yang semula terpejam. Apa yang baru saja Adrian lakukan? Apa ini? Adrian mencium keningku dengan lembut? Oh apa-apa ini huh?! Coba kalian jelaskan, apa ini!?

"Have a nice dream sweetie." Adrian tersenyum. Senyuman manis yang jarang aku lihat di kantor 2 bulan belakangan ini. Senyuman dan panggilan sayang dari Adrian yang selalu Adrian berikan padaku, sebelum kami bercerai.

Tidak ... tidak! Ini tidak bisa dibiarkan, ada apa dengan Adrian? Kenapa?

Baiklah anggap saja Adrian tadi habis kerasukan. Dan mari kita lupakan kejadian membangongkan barusan. LUPAKAN OKEY!

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

bagus ceritany,,,lucu juga,,,kyk ngomong sediri tp nyenangkan

2023-04-08

0

Rice Btamban

Rice Btamban

lanjut

2022-04-15

0

Kusmiati

Kusmiati

lanjut semangat

2022-03-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!