Dear Husband
"Hey tunggu ...apa yang kau lakukan!!" teriak seorang wanita muda berusia 28 tahunan ketika seseorang menarik paksa tangannya dan memaksanya mengikuti langkah lebarnya meninggalkan bandara. Beberapa orang melihat dengan tatapan aneh saat pria muda memakai setelan resmi itu memaksanya. Tapi beberapa saat kemudian mereka berubah cuek dan meneruskan langkahnya kembali karena si pria memasang wajah ramah, tersenyum kesana kemari seolah mereka pasangan yang sedang bertengkar ditempat umum. Lagi pula siapa yang mencurigai pria berkelas dengan dandanan yang membuat rambut pirangnya berkilau mengikuti ketampanannya? dia sama sekali tidak terlihat sebagai seorang penjahat.
Gadis yang ditarik pria tadi adalah Sofia. Dokter umum yang ditugaskan di pedesaaan tak jauh dari pantai selatan Jawa timur. Dia datang ke Jakarta untuk menghadiri undangan sahabatnya saat kuliah di universitas terbaik di Jawa timur saat mereka meraih gelar dokter saat itu. Dia dan Rosa tinggal satu kamar saat kost, mengambil jurusan yang sama, juga menjadi koas dirumah sakit yang sama kala itu. Bisa dibilang, Rosalah satu-satunya sahabat yang dia punya kala itu.
Karena kebaikan Rosa dia bisa mendapatkan kamar kost yang layak tanpa harus membayar. Sofia hanya anak sulung petani biasa yang nekat kuliah kedokteran karena mendapat beasiswa. Dia juga harus pandai-pandai mengatur keuangan dan mencari kerja sambilan jika masih ingin bisa bertahan diakhir bulan.
Bisa dibilang dia mahasiswi paling mengenaskan saat itu.
Setelah lulus, Sofia kembali ke kampung halamannya. Disana dia membuka praktik dengan harga terjangkau yang ramai dikunjungi pasien yang kebanyakan menengah ke bawah. Tidak masalah untuk Sofia, karena niat awalnya memang untuk menolong sesama dan mengamalkan ilmunya. Kebaikan dan kesabarannya membuahkan hasil, tak lama setelahnya, setelah mengikuti berbagai test dan seleksi, dia lolos menjadi PNS yang ditugaskan disalah satu puskesmas diwilayahnya.
"Hey..lepaskan aku!" teriak Sofia lagi. Pria itu berbalik, menatapnya tajam lalu mengeluarkan sebuah foto dari sakunya. Foto itu membuatnya tercengang. Wanita difoto itu memang mirip dirinya, tapi bukan dirinya. Mana pernah dia memakai pakaian kurang bahan dan memakai lipstik tebal bagai topeng itu? jelas itu bukan dia.
"Diam dan jangan berteriak lagi nona. Kau membuatku hampir dipecat. Jangan pura-pura polos untuk menipuku. Dandananmu tidak bisa membuat mataku menjadi tak awas saat menemuimu. Sekarang diam dan ikuti aku atau aku akan....." Sofia terdiam. Dia merasakan pergerakan disisi tubuhnya. Astaga....pistol!! seketika Sofia menutup mulutnya dan pasrah mengikuti pria tadi memasuki mobil yang tiba-tiba datang entah dari mana.
Tak ada percakapan selama perjalanan mereka. Sofia juga hanya membeku ditempatnya. Hanya hatinya yang tak putus melafazkan doa agar Tuhan menyelamatkannnya. Beberapa kali notifikasi dari ponselnya berbunyi. Tapi dia enggan meraih ponsel dalam sakunya karena takut pada tatapan tajam pria tadi.
"Ma..maaf pak,a..anda mau membawa saya kemana? kita tidak saling kenal.Sepertinya anda salah orang." kata Sofia mencoba bertanya untuk membuka percakapan dalam suasana lengang itu.
"hhhmmmmm." pria tadi hanya bergumam tanpa merespon pertanyaan Sofia. Melihat itu,Sofia menjadi geram.
"Apa anda tidak punya mulut?saya ini hanya ingin mengatakan kalau anda salah orang. Turunkan saya sekarang atau saya akan teriak!" ujarnya berapi-api. Pria tadi masih diam. Sofia yang geram berinisiatif memukulnya, namun dengan cepat dia meraih tangan mungil itu dan menekannya kuat.
"Diam!" bentaknya membuat nyali Sofia sedikit menciut. Namun bukan Sofia namanya jika tak melawan. Saat akan menjawab lagi, mobil itu berbelok dan berhenti disebuah rumah besar yang dikelilingi pagar tinggi dan dijaga beberapa orang. Mata Sofia terbelalak, menatap sekelilingnya dengan takjub.
"Turun!!" perintah orang tadi setelah membuka pintu samping tempat Sofia duduk. Mau tidak mau dia turun, mengikuti langkah sang pria masuk ke dalam rumah. Melarikan diripun percuma. Gerbang sudah ditutup dan beberapa pria tinggi besar berlalu lalang disana. Meski dia punya kemampuan bela diri sekalipun dia tidak akan menang melawan pria-pria tadi. Apalagi pistol....sungguh, Sofia ngeri.
Pintu terbuka saat sesosok pria berdiri menatap jendela membelakangi mereka. Dia juga berpakaian sama seperti pria yang menculiknya. Hanya bedanya, pria ini lebih tinggi dan terlihat kekar.
"Saya membawanya kembali tuan." lapor si penculik. Pria itu berbalik,aahhh Ya Tuhan....Sofia tertegun menatapnya. Wajah tampan dengan manik mata birunya. Sempurna. Hanya itu yang terucap dari hatinya. Untuk beberapa detik dia terpana. Namun saat melihat aura gelap sang pria, dia tersadar dan buru-buru menunduk.
"Kerja bagus Alex." jawabnya datar. Dia menghampiri Sofia dan mencengkeram dagunya, memaksa gadis itu mendongak dan menatapnya.
"Kau ...beraninya kau mempermainkan Fernando satria hutama! kau pikir bisa lari dariku semudah itu setelah kau mempermalukan dan membawa lari uangku? dasar ******!" desis pria yang bernama Fernando itu.
"lepaskan!! tunggu...kalian salah orang!!" teriak Sofia sambil menghempaskan tangan kekar Fernando. Sesaat sang pria terdiam. Baru kali ini ada orang yang berani melawannya.
"Aku tidak ada hubungannya dengan kalian. Aku juga bukan orang yang kalian maksud. Dasar penculik jahanam!" kali ini suara Sofia menggelegar hingga beberapa pelayan yang sedang bekerja berhenti dan menetapnya.
"Alex,panggil ayah ****** ini!" perintah Nando membuat Alex seketika setengah berlari keluar ruangan itu lalu masuk kembali membawa seorang pria yang sudah babak belur dan melemparnya kelantai.
"Kau masih ingin tidak mengaku Delia?kau ingin aku membunuh ayah tersayangmu ini?ayah anak penipu!" sentak Nando, mengeluarkan pistol dari sakunya dan mengarahkannya ke kepala pria tua. Wajah Sofia nanar.Yang ada dihadapannya adalah sebuah nyawa. Menyelamatkan nyawa seseorang adalah sumpahnya sebagai dokter. Apa mungkin dia membiarkan pria tua ini mati walaupun tidak tau kesalahan apa yang dia perbuat? Sofia dalam dilema.
Nando menarik pelatuk senjatanya saat Sofia berteriak histeris.
"Hentikan Fernando!! aku Delia. Tembak saja aku!" Fernando tersenyum sinis lalu kembali menyimpan senjatanya.
"Dia bukan Delia.Dia bukan anakku!" kata sang pria tak kalah keras.
"Ayah dengar...jangan mengatakan apapun!" balas Sofia saat sang pria terus menolak mengakuinya. Baginya pria itu harus selamat. Tapi mengorbankan dirinya juga bukan pilihan bijak. Terlintas dimatanya, ayah ibunya dikampung yang mati-matian bekerja menyekolahkannya. Sekarang adik kembarnya juga beranjak SMA. Mereka baru saja bisa bernafas lega saat dia bekerja dan bisa membantu ekonomi keluarga. Beban si kembar tak kalah berat bagi orang tuanya kalau sampai dia mati sia-sia. Tapi membiarkan orang lain mati di depan matanya juga bukan pilihan bijak.Sofia hanya percaya, tidak ada satupun kematian yang datang tanpa ijin Allah. Maka yang bisa dia lakukan hanya pasrah dan terus memohon keselamatan dari sang pencipta.
"Katakan permintaan terakhirmu sebelum kau menyusul pria tua ini menuju neraka.Alex,bawa bajingan ini pergi!"
"Baik tuan."
"Nak, katakan kalau kau bukan Delia! kau bukan dia! jangan sia-siakan hidupmu untuk mengaku menjadi dirinya." teriak sang pria. Alex langsung memukulnya hingga tak sadarkan diri dan sekali lagi menyeret pria tua itu pergi. Sebuah mobil membawanya entah kemana.Sofia mengigil.
"Katakan!" teriak Nando lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Angelbwi Angelbwi
komiknya org jawa timur kah kak, jawa timur mana,, sya di banyuwangi salam kenal org jawa timur😁😁😁
2023-03-03
2
Angelbwi Angelbwi
komiknya org jawa timur kah kak, jawa timur mana,, sya di banyuwangi salam kenal org jawa timur😁😁😁
2023-03-03
1
Revansyah Sunah Revan
mengikuti alur ya
2023-02-12
1