Ponsel berdering tepat saat Fernando membuka pintu kamar mandi. Titik-titik air menetes dari rambutnya yang masih terlihat basah saat dia berulang kali mengeringkannya dengan handuk. Sofia sempat terpana saat ekor matanya menatap tubuh athletis sang tuan muda yang tercetak sempurna dibalik kaos putih pres body yang membalut tubuhnya.
"Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?" Dahi Nando berkerut.
"Itu ponselmu. Aku tidak berhak menyentuhnya." jawab sofia santai sambil menuju sofa, mendudukkan dirinya disana. Nando melirik kesal.
"Siapa yang bilang kau tak punya hak? kau istriku, apapun yang aku punya kau juga berhak atas itu. Apa kau mengerti Sofia?" nada datar tapi diikuti sorot mata yang penuh penekanan.
"Tetap saja ada batasannya tuan Fernando. Anda juga punya privacy." Sofia mencoba beralasan. Tapi bukankah yang dia katakan benar? walau berstatus suami istri mereka belum saling kenal. Sama-sama asing satu sama lain. Menjaga privacy adalah hal yang harus dilakukan mengingat alasan pernikahan mereka yang masih abu-abu hingga kini.
"Sekali lagi kau ungkit soal privacy maka aku tidak akan segan untuk menghukummu dokter." desis Nando sambil duduk disebelah istrinya. Tangannya bergerak menggeser tombol hijau.
"Asalamualaikum mom, dad...dan ehmm kau kakak cantikku.Karin." sapa sang tuan muda dengan wajah ceria. Senyum terkembang dibibir padatnya yang terlihat seksi.Ingin rasanya Sofia menonyor kepalanya yang dengan lancang melirik pada bibir pria disebelahnya. Entah mengapa pikirannya berubah mesum saat bibir itu terangkat membentuk senyum manis.
"Walaikumsalam anak nakal. Sekarang tunjukkan pada kami istrimu." jawab Karin lebih dulu dari orang tuanya. Nando menggeser kamera mendekat pada Sofia yang duduk disebelahnya. Lagi-lagi tangannya melingkar nakal dibahu sang istri yang masih terlihat kikuk. Sofia hanya mampu diam,menerima perlakuan aneh suami barunya.
"Hey adik ipar, siapa namamu?" Sofia yang masih sibuk menata detak jantungnya masih terdiam. Berhadapan dengan keluarga suaminya membuatnya salah tingkah. Rasa rendah diri kembali menghantuinya. Namun Nando seperti menangkap hal lain dari diamnya sang istri. Pria itu menarik kesimpulan sendiri.
"Maaf jika kukatakan istriku kurang pandai berbahas Inggris." kata Nando dengan senyum kecut. Mereka bertiga ber-ooohh ria mencoba memaklumi sang menantu baru.
"Kalau begitu kita pakai bahasa Indonesia saja." usul sang dady, namun membuat istrinya meruntuk kesal karena dia memang tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Fransisca memang lebih banyak berbahasa Inggris atau Prancis saat dirumah. Teguhpun memaklumi sang istri yang mengerti pembicaraan orang lain tapi sulit menjawabnya dalam bahasa Indonesia. Tapi anehnya,istrinya itu juga tidak bosan belajar bahasa negara asal suaminya. Buktinya, semua anaknya juga bisa berbahasa Indonesia sangat fasih seperti dadynya.
"Itu tidak perlu. Saya hanya terkejut." sahut Sofia dalam bahapsa Inggris yang fasih. Dia juga menjawab beberapa pertanyaan sang mertua dan kakak iparnya dengan lancar dan ramah. Nando melirik takjub kearahnya. Nando lupa jika istinya itu seorang dokter walau bertugas di daerah terpencil. Wanita disampingnya ini punya kecerdasan yang patut diacungi jempol karena termasuk lulusan terbaik universitas negeri di Surabaya, bukan gadis polos yang baru saja beranjak dewasa. Ibu mertuanya bahkan sangat antusias mengundang mereka ke kediamannya di Inggris sana karena kesibukan suaminya yang tidak bisa pulang ke Indonesia dalam waktu dekat. Dia dan karin juga mengucapkan selamat dan berulang kali meminta maaf karena tidak bisa datang diacara pernikahan mereka yang tiba-tiba.
"Mom,sudah malam. Tutup teleponnya. Kami harus istirahat karena besok kami akan berkunjung ke rumah mertuaku." potong Nando cepat saat merasa diacuhkan oleh orang tua dan saudaranya yang malah sibuk melakukan interaksi dengan Sofia. Suara diseberang sana terkekeh bersamaan.
"Hey bocah tengil...bilang saja kau ingin ehm..ehmm dengan Sofia." goda Karin diseberang sana dengan tawa panjang.
"Itu kau tau kak. Jadi tau dirilah dan tutup teleponnya. Aku sudah tidak sabar menikmati hidangan penutupku." sahut Nando tak kalah telak. Spontak semua tertawa, mengucap salam hendak mengahiri panggilan.
bluuusss ....
Wajah Sofia memerah menahan malu hingga dia tidak sadar saat Nando merampas paksa hpnya dan menutup panggilan tanpa ba bi bu lagi. Bahkan dia langsung melepar ponsel itu di sudut sofa. Terlihat sebal dalam dengusan tidak suka.
"Hey....kenapa wajahmu merah sekali?Jangan bilang kau membayangkan malam pertama karena kita tidak akan melakukannya. Tubuh ratamu sama sekali tidak menarik bagiku." ketus Nando yang makin membuat wajah Sofia merah padam. Jika tadi karena malu, sekarang karena emosi dan sakit hati.
"Aku juga tidak tertarik dengan pria sombong dan pemaksa sepertimu. Ohhh ..aku hampir lupa bertanya. Jika aku tidak menarik bagimu, kenapa kau memaksa menikahiku?"
"Anggap saja aku menyelamatkanmu dari trade mark perawan tua yang melekat pada dirimu." jawab Nando santai namun sanggup membuat Sofia naik pintam lagi.
"Aku bukan perawan tua. Usiaku juga baru 28 tahun." bela Sofia setengah berteriak karena kesal.
"Aku hanya menirukan ucapan tetanggamu. Sudahlah, sebaiknya kau berhenti marah-marah. Tidurlah karena besok kita akan kerumah orang tuamu." balas Nando datar. Pria itu membaringkan tubuhnya ditempat tidur dan menarik selimutnya.Hari ini terasa sangat melelahkan baginya. Disisi lain Sofia termangu bingung harus tidur dimana. Sedikit nekat, dia membaringkan tubuhnya di sofa. Tuerasa nyaman,atau mungkin karena dia sudah terbiasa tidur diranjang pasien saat piket malam hari hingga tidur disofa sudah serasa anugerah baginya.
"Sofia."
"ya."
"Sofia...kemari!!" perintah Nando sedikit berteriak.
"Ta...tapi aku..."
"kemari atau aku akan menggendongmu." potong Nando cepat. Sofia setengah berlari menuju dan membaringkan tubuhnya disana. lDia juga cepat-cepat menarik selimut sampai ke leher dan mencoba tidur membelakangi Nando yang sudah mengambil posisi terlentang dan mungkin sudah memasuki alam mimpi karena nafasnya yang terlihat teratur. Sofia tersenyum lega. Yang dia takutkan tidak terjadi.
Diam-diam dia meletakkan guling sebagai pembatas diantara mereka. Sebenarnya kasur itu sangat luas bahkan terlalu besar untuk mereka berdua hingga tak mungkin keduanya akan bertemu jika tidak ada salah satu diantar mereka yang sengaja mendatangi yang lain. Tapi antisipasi disaat seperti ini memang hal yang harus dilakukan.
"Singkirkan guling itu atau aku akan membuangnya." seketika mata Sofia medelik kesal. Bisa-bisanya orang ini pura-pura tidur.
"Hey tuan pemaksa,bangun!" sentak Sofia kasar. Tlapi tak ada reaksi apapun dari Nando. Wanita itu nekat menendang sang tuan muda hingga terpental jatuh ke lantai lantaran kesal.
"aawwww..beraninya kau!!!! teriak Nando sambil berdiri dan berkacak pinggang. Matanya memerah dan suaranya serak khas orang bangun tidur. Sofia terkesiap. Bagaimana bisa orang yang tidur tau apa yang terjadi disekelilingnya tanpa membuka matanya??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Dwi apri
hoalah
2023-08-04
0
Totoy Suhaya
aku mampir thor ceritai nya bgs
2023-03-08
0
amalia gati subagio
dokter ogeb berbakat jalang lacur bebal
2022-12-22
0