"Hey tunggu ...apa yang kau lakukan!!" teriak seorang wanita muda berusia 28 tahunan ketika seseorang menarik paksa tangannya dan memaksanya mengikuti langkah lebarnya meninggalkan bandara. Beberapa orang melihat dengan tatapan aneh saat pria muda memakai setelan resmi itu memaksanya. Tapi beberapa saat kemudian mereka berubah cuek dan meneruskan langkahnya kembali karena si pria memasang wajah ramah, tersenyum kesana kemari seolah mereka pasangan yang sedang bertengkar ditempat umum. Lagi pula siapa yang mencurigai pria berkelas dengan dandanan yang membuat rambut pirangnya berkilau mengikuti ketampanannya? dia sama sekali tidak terlihat sebagai seorang penjahat.
Gadis yang ditarik pria tadi adalah Sofia. Dokter umum yang ditugaskan di pedesaaan tak jauh dari pantai selatan Jawa timur. Dia datang ke Jakarta untuk menghadiri undangan sahabatnya saat kuliah di universitas terbaik di Jawa timur saat mereka meraih gelar dokter saat itu. Dia dan Rosa tinggal satu kamar saat kost, mengambil jurusan yang sama, juga menjadi koas dirumah sakit yang sama kala itu. Bisa dibilang, Rosalah satu-satunya sahabat yang dia punya kala itu.
Karena kebaikan Rosa dia bisa mendapatkan kamar kost yang layak tanpa harus membayar. Sofia hanya anak sulung petani biasa yang nekat kuliah kedokteran karena mendapat beasiswa. Dia juga harus pandai-pandai mengatur keuangan dan mencari kerja sambilan jika masih ingin bisa bertahan diakhir bulan.
Bisa dibilang dia mahasiswi paling mengenaskan saat itu.
Setelah lulus, Sofia kembali ke kampung halamannya. Disana dia membuka praktik dengan harga terjangkau yang ramai dikunjungi pasien yang kebanyakan menengah ke bawah. Tidak masalah untuk Sofia, karena niat awalnya memang untuk menolong sesama dan mengamalkan ilmunya. Kebaikan dan kesabarannya membuahkan hasil, tak lama setelahnya, setelah mengikuti berbagai test dan seleksi, dia lolos menjadi PNS yang ditugaskan disalah satu puskesmas diwilayahnya.
"Hey..lepaskan aku!" teriak Sofia lagi. Pria itu berbalik, menatapnya tajam lalu mengeluarkan sebuah foto dari sakunya. Foto itu membuatnya tercengang. Wanita difoto itu memang mirip dirinya, tapi bukan dirinya. Mana pernah dia memakai pakaian kurang bahan dan memakai lipstik tebal bagai topeng itu? jelas itu bukan dia.
"Diam dan jangan berteriak lagi nona. Kau membuatku hampir dipecat. Jangan pura-pura polos untuk menipuku. Dandananmu tidak bisa membuat mataku menjadi tak awas saat menemuimu. Sekarang diam dan ikuti aku atau aku akan....." Sofia terdiam. Dia merasakan pergerakan disisi tubuhnya. Astaga....pistol!! seketika Sofia menutup mulutnya dan pasrah mengikuti pria tadi memasuki mobil yang tiba-tiba datang entah dari mana.
Tak ada percakapan selama perjalanan mereka. Sofia juga hanya membeku ditempatnya. Hanya hatinya yang tak putus melafazkan doa agar Tuhan menyelamatkannnya. Beberapa kali notifikasi dari ponselnya berbunyi. Tapi dia enggan meraih ponsel dalam sakunya karena takut pada tatapan tajam pria tadi.
"Ma..maaf pak,a..anda mau membawa saya kemana? kita tidak saling kenal.Sepertinya anda salah orang." kata Sofia mencoba bertanya untuk membuka percakapan dalam suasana lengang itu.
"hhhmmmmm." pria tadi hanya bergumam tanpa merespon pertanyaan Sofia. Melihat itu,Sofia menjadi geram.
"Apa anda tidak punya mulut?saya ini hanya ingin mengatakan kalau anda salah orang. Turunkan saya sekarang atau saya akan teriak!" ujarnya berapi-api. Pria tadi masih diam. Sofia yang geram berinisiatif memukulnya, namun dengan cepat dia meraih tangan mungil itu dan menekannya kuat.
"Diam!" bentaknya membuat nyali Sofia sedikit menciut. Namun bukan Sofia namanya jika tak melawan. Saat akan menjawab lagi, mobil itu berbelok dan berhenti disebuah rumah besar yang dikelilingi pagar tinggi dan dijaga beberapa orang. Mata Sofia terbelalak, menatap sekelilingnya dengan takjub.
"Turun!!" perintah orang tadi setelah membuka pintu samping tempat Sofia duduk. Mau tidak mau dia turun, mengikuti langkah sang pria masuk ke dalam rumah. Melarikan diripun percuma. Gerbang sudah ditutup dan beberapa pria tinggi besar berlalu lalang disana. Meski dia punya kemampuan bela diri sekalipun dia tidak akan menang melawan pria-pria tadi. Apalagi pistol....sungguh, Sofia ngeri.
Pintu terbuka saat sesosok pria berdiri menatap jendela membelakangi mereka. Dia juga berpakaian sama seperti pria yang menculiknya. Hanya bedanya, pria ini lebih tinggi dan terlihat kekar.
"Saya membawanya kembali tuan." lapor si penculik. Pria itu berbalik,aahhh Ya Tuhan....Sofia tertegun menatapnya. Wajah tampan dengan manik mata birunya. Sempurna. Hanya itu yang terucap dari hatinya. Untuk beberapa detik dia terpana. Namun saat melihat aura gelap sang pria, dia tersadar dan buru-buru menunduk.
"Kerja bagus Alex." jawabnya datar. Dia menghampiri Sofia dan mencengkeram dagunya, memaksa gadis itu mendongak dan menatapnya.
"Kau ...beraninya kau mempermainkan Fernando satria hutama! kau pikir bisa lari dariku semudah itu setelah kau mempermalukan dan membawa lari uangku? dasar ******!" desis pria yang bernama Fernando itu.
"lepaskan!! tunggu...kalian salah orang!!" teriak Sofia sambil menghempaskan tangan kekar Fernando. Sesaat sang pria terdiam. Baru kali ini ada orang yang berani melawannya.
"Aku tidak ada hubungannya dengan kalian. Aku juga bukan orang yang kalian maksud. Dasar penculik jahanam!" kali ini suara Sofia menggelegar hingga beberapa pelayan yang sedang bekerja berhenti dan menetapnya.
"Alex,panggil ayah ****** ini!" perintah Nando membuat Alex seketika setengah berlari keluar ruangan itu lalu masuk kembali membawa seorang pria yang sudah babak belur dan melemparnya kelantai.
"Kau masih ingin tidak mengaku Delia?kau ingin aku membunuh ayah tersayangmu ini?ayah anak penipu!" sentak Nando, mengeluarkan pistol dari sakunya dan mengarahkannya ke kepala pria tua. Wajah Sofia nanar.Yang ada dihadapannya adalah sebuah nyawa. Menyelamatkan nyawa seseorang adalah sumpahnya sebagai dokter. Apa mungkin dia membiarkan pria tua ini mati walaupun tidak tau kesalahan apa yang dia perbuat? Sofia dalam dilema.
Nando menarik pelatuk senjatanya saat Sofia berteriak histeris.
"Hentikan Fernando!! aku Delia. Tembak saja aku!" Fernando tersenyum sinis lalu kembali menyimpan senjatanya.
"Dia bukan Delia.Dia bukan anakku!" kata sang pria tak kalah keras.
"Ayah dengar...jangan mengatakan apapun!" balas Sofia saat sang pria terus menolak mengakuinya. Baginya pria itu harus selamat. Tapi mengorbankan dirinya juga bukan pilihan bijak. Terlintas dimatanya, ayah ibunya dikampung yang mati-matian bekerja menyekolahkannya. Sekarang adik kembarnya juga beranjak SMA. Mereka baru saja bisa bernafas lega saat dia bekerja dan bisa membantu ekonomi keluarga. Beban si kembar tak kalah berat bagi orang tuanya kalau sampai dia mati sia-sia. Tapi membiarkan orang lain mati di depan matanya juga bukan pilihan bijak.Sofia hanya percaya, tidak ada satupun kematian yang datang tanpa ijin Allah. Maka yang bisa dia lakukan hanya pasrah dan terus memohon keselamatan dari sang pencipta.
"Katakan permintaan terakhirmu sebelum kau menyusul pria tua ini menuju neraka.Alex,bawa bajingan ini pergi!"
"Baik tuan."
"Nak, katakan kalau kau bukan Delia! kau bukan dia! jangan sia-siakan hidupmu untuk mengaku menjadi dirinya." teriak sang pria. Alex langsung memukulnya hingga tak sadarkan diri dan sekali lagi menyeret pria tua itu pergi. Sebuah mobil membawanya entah kemana.Sofia mengigil.
"Katakan!" teriak Nando lagi.
"Aku tidak punya permintaan apapun." geleng Sofia lemah.
"Mengingat kesalahanmu,kau masih tidak mau minta maaf dan memohon ampun padaku?" kata Nando dengan mata memincing tajam. Sofia kembali menggeleng.
"Anda bukan tipe orang yang akan mudah memaafkan. Jadi permintaan maaf saya tidak akan ada gunanya, dan memohon ampun?kurasa itu juga tidak perlu! Saya hanya akan mohon ampun pada Tuhan,bukan pada anda." jawab Sofia acuh. Yang dikatakannya benar. Minta maaf atau tidak tidak akan berarti apa-apa saat ini. Apalagi dia bukan Delia. Dia tidak salah. Alex yang sudah kembali berdiri dibelakangnya membuatnya tersentak. Pria itu menyerahkan tas milik Sofia yang dibawa orang-orang mereka dan menyerahkannya pada Nando.
"Itu tasku! kembalikan!" tapi Nando menulikan telinganya,menghempaskan tangan Sofia yang ingin meraih tas miliknya dan dengan cuek membukanya.
"Sofia aulia rahman." desisnya membaca tanda pengenal ditangannya. Dia juga membaca beberapa kartu lain yang ada disana.
"Kau seorang dokter? kau juga mau membohongiku dengan mengakui dirimu sebagai Delia?" lagi,tatapan sadis melayang kearahnya. Sofia semakin berani. Dia balas menatap pria didepannya.
"Apa kau memberiku pilihan?apa kau tidak ingat aku sudah berkali-kali mengatakan kalau aku bukan Delia seperti yang kau kira. Tapi kau sama sekali tidak mau dengar dan mengancam orang sesuka hatimu. Sepertinya menghilangkan nyawa adalah hobimu. Dasar mafia!" Fernando meradang. Wajahnya memerah menahan amarah.S
Sekali lagi dia memegang dagu Sofia. Kali ini Sofia melawan. Dihempaskannya tangan itu kuat hingga pria itu terhuyung karena tidak siap dengan reaksi keras gadis didepannya yang menatapnya bak singa kelaparan. Sudut bibirnya terangkat.
"Alex,kirim orang untuk menjemput tuan Yusuf dan kau Maria, bawa dia masuk. Kau tau apa tugasmu!"
"baik Tuan." jawab Alex dan Maria hampir bersamaan. Maria menarik tangan Sofia dengan lembut dan tersenyum padanya.
"Aku mau pulang!" teriak Sofia kencang.
"Aku akan mengatarmu pulang setelah semuanya selesai." jawab Fernando datar.
"Maria,bawa dia atau kau ingin ini hari terakhirmu bekerja?" Marai kembali menghampiri Sofia yang tetap bertahan disana.
"Nona tolong saya.Sungguh saya tidak ingin dipecat. Adik-adik saya membutuhkan saya nona." ujar Maria memelas. Sofia yang awalnya emosi terksiap. Pikirannya beralih pada si kembar Bagas dan Bagus. Apa Maria juga seperti dirinya?
Enggan Sofia mengikuti langkah Maria memasuki kamar besar dimana ada dua orang yang sudah menunggunya. Dari seragamnya mereka juga pelayan rumah ini. Ditangan mereka ada sebuah paper bag dan peralatan make up.
"Apa nona ingin mandi dulu?" tanya Maria. Sofia mengangguk. Perjalanan panjang dari desanya ke Surabaya sudah membuatnya lelah dan berkeringat,belum lagi penerbangan Surabaya -Jakarta yang kembali dilakoninya benar-benar membuatnya lelah lahir batin. Dia menuju kamar mandi, tapi alangkah terkejutnya Sofia saat dua orang tadi juga mengikutinya masuk.
"Hey..kenapa kalian masuk?aku akan mandi."
"Kami akan memandikan anda nona." jawab keduanya.
"what?aku sudah gede mbak-mbak cantik. Aku bisa mandi sendiri! Jadi tolong kalian keluar."
"Tapi nona,ini perintah tuan muda." lagi-lagi dia. Sofia jadi kembali kesal karena selalu saja orang itu yang berkuasa. Dalam hati dia bertanya. Sekaya apa Fernando satria hutama itu sebenarnya? kenapa semua orang terlihat patuh dan ketakutan melihatnya?
"Tolong mbak,aku hanya mau mandi. Bukan menyusahkan kalian. Aku juga tidak akan lari.Kalian bisa mengawasiku dari balik pintu kaca kalau takut aku pergi dari sini." bujuk Sofia pelan. Keduanya berpandangan sejenak lalu mengangguk. Salah satu dari mereka menyiapkan air dan meneteskan sabun aroma terapi yang beraroma harum hingga membuat Sofia kagum. Orang kaya memang beda. Mandi saja ribet,tidak seperti dirinya yang cukup menggunakan bak mandi dan gayung. Mana ada fasilitas begini dikampung? dia menarik nafas lega saat kedua pelayan itu keluar dan menutup pintu transparan. Agaknya itu lebih baik dari pada mereka melihatnya mandi. Walau sesama wanita, namun Sofia rikuh dengan kehadiran mereka.
Dilantai dasar,Alex berdiri di depan Nando yang duduk di sofa seraya mendengarkan laporannya.
"Maaf tuan,kenapa anda....ingin menikahi Sofia."
"Panggil dia nyonya Alex! sebentar lagi dia akan jadi istriku, juga nyonya rumah ini."
"maaf,maksud saya nyonya Sofia. Bukankah anda tau dia bukan Delia? dia juga sudah berani menipu anda tuan." ralat Alex salah tingkah. Sudut bibir Fernando tertarik menyeringai.
"Menikahi Delia juga bukan keinginanku. Sejak awal aku tau dia bukan Delia felati. Mereka hanya sedikit mirip. Gadis itu manis,lebih eksotis dan lugu.Delia juga bukan wanita tegas yang berani melawanku. Dia hanya wanita ular yang akan merengek manja padaku. Kau tau berulang kali aku mencoba bersabar untuk tidak melemparnya saat dia mendekatiku?" Alex membenarkan perkataan majikannya. Dia tahu betul siapa Delia felati, gadis manja yang mencoba mendekati tuannya untuk melunasi hutang ayahnya yang menggunung. Saat Fernando memberi angin padanya dengan sepakat menikahinya untuk melunasi hutang, wanita ular itu dengan tidak tau malunya malah membawa lari perhiasan dan uang mahar yang diberikan Fernando, membuat majikannya itu malu dan mengamuk. Bukan karena dia mencintai Delia, tapi karena dia benci ditipu.
Tapi tunggu....apa kata Fernando tadi??manis? baru kali ini majikannya itu memuji perempuan. Biasanya dia sangat tidak suka pada yang namanya wanita. Hanya ibunya saja satu-satunya wanita yang dekat dengannya, selebihnya...jijik. Jangankan bersentuhan kulit, Nando akan selalu menjaga jarak dari makhluk yang bernama wanita. Selama bekerja padanya, Alex bahkan belum pernah melihat majikan galaknya itu berkencan. Dia workaholic sejati. Andai dia bukan Fernando, mungkin rumor gay akan melekat padanya. Tapi siapa yang berani mengatakan jika dia gay jika dia juga tidak dekat dengan laki-laki? Majikannya itu makhluk dingin tak tersentuh yang punya dunia dan pemikiran sendiri.
"Aku butuh wanita tegas, idealis dan percaya diri seperti Sofia. Menjadi nyonya muda Hutama bukan hal mudah. Akan banyak orang yang akan jadi kerikil tajam dalam rumah tangga kami. Dan kau tau...melihat Sofia mengingatkanku pada Karin." ujar Fernando lagi. Karin adalah kakak kandungnya yang tinggal di Perancis mengikuti suaminya. Bersama Karin dia tumbuh bersama. Kakaknya juga tipe wanita yang cerdas dan mandiri. Jangan tanya soal keberanian...Karinlah yang mengajari dia seperti sekarang. Keras,dingin,dan kuat. Sampai saat ini bisa dibilang dia sangat mengidolakan sang kakak yang walau terlihat keras tapi sangat lembut di dalam. Mirip slogan iklan snack.
"Bagaimana jika nyonya Sofia menolak pernikahan ini?" tanya Alex yang langsung membuat kedua mata Nando melotot marah. Sekretaris tampan itu menunduk.
"Fernando satria hutama tidak bisa ditolak jika kau tau itu."
"Tuan Fernandooo....dimana kau!!keluarr!!" teriakan Sofia kembali menggema dirumah besar itu. Seluruh pelayan dan penjaga tergopoh berlarian menuju sumber suara. Baru kali ini ada orang yang berani berteriak dan membuat keributan dirumah mewah itu.
"Ada apa?" suara bariton membuat Sofia berjengkit dan menoleh. Disana, dari ruang kerjanya, Fernando keluar diiringi Alex yang setia berdiri dibelakangnya. Teriakan Sofia terdengar nyaring dari ruang kerjanya hingga membuatnya terganggu.
"Kenapa kau mendandaniku seperti ini?Aku mau pulang. Apa kau tuli tuan muda?aku ingin pulang. Bukanya menikah dengan mafia sepertimu." hardik Sofia kasar sambil berjalan menghampiri Fernando. Kakinya menghentak marah.Nando memberi isyarat pada Alex yang langsung menghubungi seseorang.
"Silahkan tuan." kata Alex sambil mengulurkan ponselnya.
"Asalamualaikum." sapa suara diseberang sana.Sofia menghentikan langkahnya saat mendengar suara itu.Terkejut.
"Waalaikumsalam ayah. Sepertinya Sofia ingin bicara dengan ayah." balas Fernando dengan senyum manis. Lagi-lagi Sofia melongo.Ternyata orang didepannya ini bisa juga tersenyum. Ya Tuhan....dia sampai meleleh dan terpesona dibuatnya. Dan ya....itu suara ayahnya. Bagaimana Nando tau nomer ponsel orang tuanya? aahh...itu bukan ponsel jadul ayahnya. Itu ponsel anderoid malah karena mereka bisa melakukan video call dengan gambar sangat jernih. Tunggu...sejak kapan pula tuan pemaksa itu memanggilnya ayah?
"Sayang, sepertinya kau melamun. Apa kau terlalu bahagia karena sebentar lagi kita akan menikah?" tanya Fernando sambil melingkarkan tangan dibahunya dan mendekatkan ponsel pada mereka. Disana,ayah dan ibunya tersenyum bahagia.Sofia tercekat.
"Sofia...." sapa ayahnya.
"ehhnmm..i..iya yah." jawab Sofia terbata.
"Kenapa kau harus berbohong pada ayah ibumu?"
"bo..bohong apa yah?" balas Sofia tak terima. Selama ini dia tidak pernah berbohong pada siapapun, apalagi orang tuanya.
"Kenapa tidak bilang terus terang pada ayah kalau kau sudah pacaran lama dengan nak Nando juga pergi kesana untuk menikah. Kami bukanya tidak- mengijinkan Sofia. Kami malah senang kalau kau sudah mendapatkan jodoh sesuai keinginanmu."
"Tapi yah..."
"Nak, ayah ibumu ini tidak akan takut kau repotkan kalau kau menikah. Tapi jika itu adalah pilihan kalian, ayah ibu merestui.Yang penting kalian bahagia." deg.....kelu sudah lidah Sofia. Entah apa yang dikatakan Fernando pada orang tuanya hingga ayahnya tidak marah dengan pernikahan dadakan ini. Setahunya, ayahnya bukan tipe orang yang gampang percaya atau menyukai seseorang walau dia kaya sekalipun. Tapi kenapa sang ayah terlihat sangat bahagia saat ini? apa Sofia mampu melihat sinar bahagia itu pupus?
Usia 28 tahun bagi wanita muda sepertinya mungkin hal biasa dikota,namun bisa menjadi aib bagi warga pedesaan yang memiliki anak yang kelewat umur namun belum juga menikah meskipun dia seorang dokter sekalipun. Sofia pernah beberapa kali mendengar keluhan ibunya pada ayahnya. Karmila,ibunya memang wanita yang lembut dan sabar. Tak sekalipun dia berkata hal yang menyinggung perasaan Sofia tentang pernikahan. Sofia sendiri bukannya tidak ingin menikah, tapi dia belum menemukan pria yang tepat.
Dibalik tubuh orang tuanya, Sofia bisa melihat dua adiknya, paman bibi dan beberapa tetangga mendengarkan pembicaraan itu. Mereka pasti juga bisa melihat Sofia yang terlihat cantik dengan gaun pengantinnya. Apa lagi yang biss dia katakan? membatalkan pernikahan ini sama dengan memberi malu ayah ibunya.
Fernando yang memeluknya mesra berlahan mendekatkan bibirnya ke telinga Sofia.
"Tersenyum dan bahagiakan orang tuamu sayang." bisiknya pelan namun bisa membuat bulu kuduk Sofia berdiri. Suara diseberang sana riuh rendah karena mengira Feenando mencium Sofia. Mereka terlihat sangat antusias.
Lagi-lagi Sofia hanya mampu tersenyum menuruti perintah Fernando.
"Tuan Yusuf sudah sampai tuan muda." ujar Alex sambil menganggukkan kepalanya hormat.Disana beberapa orang pria dan wanita masuk keruangan besar yang sudah digelari karpet tebal asli Turki yang terkenal indah dan mahal karena dari kualitas nomer satu. Pria bernama tuan usuf itu langsung diarahakan duduk di depan meja besar yang disiapkam beberapa pelayan tadi.
"Yah, penghulunya sudah datang. Jangan ditutup, ayah akan menyaksikan pernikahan kami dan saya mohon ayah ikhlas mewakilkan perwalian Sofia pada tuan Yusuf. Maafkan kami yah." ujar Fernando,terdengar penuh sesal dan sangat manis. Diseberang sana Rahman mengiyakan, tangannya berulang kali menyeka air mata yang akan jatuh dipipinya. Pria paruh baya itu begitu terharu. Alex beralih memegang ponsel dan mengarahkan kamera pada tempat ijab kabul akan dilakukan.Beberapa saat Rahman bicara pada Yusuf untuk mewakilkan perwalian atas diri Sofia pada penghulu itu.
"Silahkan dimulai tuan." kata Alex pada Yusuf. Penghulu itu lalu menjabat tangan Fernando erat.
"Fernando Satria Hutama bin Teguh Hutama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan seorang wanita bernama Sofia aulia Rahman binti Arif Rahman dengan mas kawin emas seberat Seratus gram dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Sofia aulia rahman binti Arif rahman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." hanya sekali tarikan nafas,Fernando melafazkannya dengan suara mantab seolah itu hal terbaik yang dia putuskan untuk kehidupannya nanti.
"Bagaimana saksi...sah?"
"sah!!" jawab mereka serempak.Belakangan Sofia baru tahu jika mereka adalah para petinggi diperusahaan suaminya yang sengaja diundang untuk menjadi tamu kehormatan sekaligus saksi pernikahan keduanya.
"Alhamdulilah." ucap mereka lagi. Sofia mencium punggung tangan suaminya setelah pria itu memakaikan cincin cantik dengan berlian ditengahnya. Sofia heran, bagaimana lelaki ini bisa memilih cincin yang sangat pas dijarinya itu? padahal mereka belum pernah berjabat tangan sekalipun. Nando juga mencium keningnya cukup lama,membuat pipinya merona. Usai membaca doa, para tamu dipersilahkan menikmati hidangan yang sudah tersedia dimeja panjang. Walaupun pernikahan mendadak, namun jamuan makan dirumah itu diluar ekspektasi. Terlihat mewah dan enak karena diambil dari menu andalan beberapa resotoran langsung.
"Sofia..selamat ya...akhirnya kamu menikah juga." ucap suara ramai diseberang sana. Sofia baru tersadar kalau sambungan telepon belum terputus. Alex kembali menyerahkan ponsel itu pada sang tuan muda.
"Ayah,besok kami akan berkunjung kerumah ayah dan ibu." kata Fernando mantap.Sofia yang ada didekatnya sampai melotot tidak percaya. Fernando hanya tersenyum tipis kearahnya.
"Kalian yakin tidak capek?lain hari saja tidak apa-apa nak." sahut Karmila bahagia.
"Tidak bu,lebih cepat lebih baik." pungkas Nando juga tersenyum tak kalah bahagia.
"Baiklah,kalian nikmati saja pestanya.Kami tutup dulu ya nak." ujar Rahman kemudian.Setelah mengucapkam salam,panggilan itu terputus.
"Kau...kau sangat licik Tuan Fernando." hardik Sofia kasar. Nando hanya menyeringai.
"Aku tidak suka ditolak." balasnya singkat lalu meraih pinggangnya posesif. Sofia sampai terpekik karena kaget saat pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu mengeratkan pelukannya untuk menuju pintu dan menyalami tamu yang akan pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!