Takdir Cinta Gadis Cupu
Aluna pangastuti, gadis berkacamata tebal, berkulit bersih dan rambut di kepang dua. Dia berlari tergopoh keluar perusahaan, ketika mendengar kabar bapaknya mengalami kecelakaan.
Airmatanya sudah tidak bisa dibendung lagi sejak keluar dari perusahaan, yang baru satu hari ini menjadi tempatnya menaruh harapan. Perusahaan satu-satunya yang sudi menerima dirinya setelah dua belas perusahaan dia datangi.
Kebanyakan mereka menolak tanpa serangkaian test atau wawancara terlebih dulu.
Aluna tak patah semangat, dia yakin ijasah yang ada di pelukannya pasti akan laku, pasti akan ada perusahaan yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Do'a Aluna di dengar oleh Tuhan. Aluna diterima disebuah perusahaan yang lumayan besar di tengah kota. Sayangnya dihari pertama bekerja, Aluna mendapat kabar duka.
Gadis berkacamata keluar perusahaan, berlari menyusuri trotoar menepis panasnya terik matahari mengabaikan mata yang melihatnya dengan tatapan aneh.
Lima belas menit Aluna telah sampai di rumah sakit tempat bapaknya di rawat, Dia menangis di samping brankar Sang Bapak setelah tahu kondisinya yang mengenaskan, sedetikpun tak beranjak dari tempat duduknya. "Aluna nggak mau Bapak pergi, Aluna mau Bapak sehat kembali. Jika sudah sehat, Bapak tinggal di rumah saja, biar Aluna yang akan bekerja."
Isak tangis Aluna terdengar menggema di telinga Alex. Sebagai orang tua dia merasa kasihan dengan gadis lemah nan malang di depannya.
Alex makin bingung, kecerobohannya membuat penderitaan banyak orang, belum lagi dua polisi yang tengah berdiri di sebelahnya siap untuk memborgol dirinya jika usai membayar biaya administrasi untuk Yusuf. Kecuali jika Yusuf memaafkannya.
Aluna menoleh ke arah pria bertubuh tinggi, atletis, memakai jas hitam dengan tatapan penuh kebencian, sedangkan Alex juga menatapnya dengan rasa iba.
Aluna berdiri dan menghampiri Alex. Mendorong tubuh kekarnya hingga mundur beberapa langkah, entah darimana dia memiliki keberanian itu, yang jelas, tidak sopan pada orang tua bukanlah sifat aslinya.
"Bapak saya sekarang tak sadarkan diri karena Anda? Saya mau Bapak saya kembali seperti sedia kala, apa Anda bisa? Apa dengan uang Anda yang banyak, bisa mengembalikan Bapak saya seperti sedia kala." Lelehan air mata terus mengalir dari kedua netra Aluna.
"Saya tidak sengaja Nak, Saya minta maaf."
"Apa dengan sebuah maaf saja Bapak bisa kembali, Tuan?" Aluna menjawab dengan cepat, sambil sesekali membenarkan kacamatanya, bendungan air mata tetap saja menetes meski sekuat apapun menahan.
Rasa gundah dihati Alek seketika sirna ketika melihat Yusuf membuka matanya perlahan dan memanggil dirinya lirih. "Alex … Aluna. Jangan bertengkar."
"Iya Pak, syukur Bapak sudah siuman." Aluna tersenyum melihat orang tua tunggalnya telah membuka mata. Gadis itu segera menghampiri Yusuf dan duduk di sampingnya.
"Yusuf, syukur sudah siuman. Apa yang anda rasakan sekarang?" Alek berjalan mendekat, menatap pria di depannya dengan rasa iba.
"Saya sudah tak kuat lagi Al, Arggg...." Yusuf memekik kesakitan, Dia terus memegangi bagian kepalanya. Nafasnya tersengal sengal. Setiap tarikannya terasa begitu menyiksa.
"Jangan terlalu dipaksa, Yusuf bicara nanti saja, setelah kondisi anda lebih baik lagi," ujar Alex menatap Yusuf dengan iba.
"Saya sudah tak kuat lagi, Al. Sepertinya hidup saya sudah tak lama lagi. Kepala saya rasanya mau pecah," eluh Yusuf.
"Bapak jangan ngomong begitu, Bapak pasti akan sembuh. Bapak harus sembuh, Bapak sudah berjanji akan menemani Aluna, kita akan selalu bersama kan?" Gadis bernama Aluna itu terus menangis sambil sesekali mengecup telapak tangan Yusuf.
Yusuf kini menatap ke arah Alex seakan dia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Dan dia ingin Aluna memberi waktu untuk mereka berdua sebentar.
"Aku perlu bicara sebentar saja, Al," ujar Yusuf berusaha menguatkan diri. Walau sesungguhnya tarikan nafasnya sudah sangat berat.
"Aluna kamu keluar sebentar, Nak." Pinta Yusuf dengan nada lemah. Tanpa ingin membantah Luna segera keluar dan menutup pintu. Walau hatinya diliputi tanda tanya dengan apa yang ingin dibicarakan oleh dua pria yang hampir seumuran itu.
Aluna mengintai dari kaca pengintai. Sedangkan di kursi yang ada di dekatnya ada dua polisi yang bertugas menjaga Alex.
Alex duduk di kursi bekas duduk Aluna, Pria itu siap untuk mendengarkan perihal apa yang ingin dikatakan oleh korbannya.
"Al, bolehkah saya meminta sesuatu pada Anda? Mungkin ini permintaan terakhir saya. tubuh saya sudah tak kuat lagi."
"Yusuf, anda harus kuat, anda tidak mungkin akan pergi secepat ini." Alex makin panik dengan pengakuan Yusuf. Kalau sampai meninggal dia pasti akan merasa bersalah seumur hidupnya
Yusuf menggelengkan kepalanya lemah. "Firasatku ajal ini sudah sangat dekat, Al. Aku minta kamu menebus kesalahan dengan menikahkan Aluna dengan putramu."
"Menikah dengan Adrian?!" Alex terkejut dengan keinginan Yusuf. Bagaimana pria itu tau kalau dirinya memiliki putra yang sudah pantas menikah. Tapi bukan mustahil Yusuf tau semua hal tentang dirinya. Bahkan seluruh orang di kota ini juga tau siapa keluarga Alexander.
"Iya, menikahkan Aluna dengan Adrian. Karena Aluna tidak memiliki siapapun lagi selain aku, ibunya juga telah lama meninggalkan kami. Jika Alex setuju, aku akan meminta polisi supaya kasus ini tidak diperpanjang, dan kamu setidaknya membiarkan aku pergi dengan tenang," mohon lelaki yang menjadi teman sekolahnya waktu SMA itu.
Setelah lama berfikir, Alex mengangguk, dia setuju dengan permintaan yang menurutnya sangat berat. "Baik, saya setuju menikahkan Adrian dan Aluna."
Yusuf terlihat lega, bibirnya yang putih pucat terukir segaris senyum tipis. Matanya terpejam menahan sakit yang luar biasa. "Terima kasih" ujarnya lirih.
***
Keesokan harinya Yusuf meminta dibuatkan sebuah surat perjanjian yang dibubuhi materai. Alex tinggal tanda tangan diatasnya. Yusuf khawatir dia akan berpulang sebelum Alex menunaikan janjinya, mengingat kondisinya yang semakin lemah.
Aluna terlihat murung, seharian ini memilih diam, dia tidak bahagia dengan keputusan yang diambil orang tua tunggalnya. Aluna tak yakin calon suaminya akan menerima dirinya apa adanya.
Apalagi melihat Alex yang terlihat begitu tampan serta fashion yang melekat ditubuhnya bukanlah barang murah, semuanya serba branded, arloji mewah yang dikenakan saja tak mungkin bisa ia beli walau dengan menabung satu tahun.
Aluna tak pernah sekalipun memoleskan bedak di wajahnya, apalagi berpakaian modis seperti cewek seusianya. Hanya kacamata tebal dan rambut dikuncir ekor kuda atau kadang di kepang, serta kaos longgar dan celana gombrong yang menjadi penampilan favoritnya.
Ketakutkan Yusuf benar terjadi, satu hari setelah pembuatan surat itu kondisinya drop, menurut pemeriksaan Dokter, aliran darah ke otaknya mengalami penyumbatan oleh gumpalan darah yang membeku.
Dokter sudah mengupayakan operasi serta pengobatan terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain. Pak Yusuf akhirnya berpulang sehari setelah pembuatan surat wasiat.
****
Adrian Alexander yang diminta menjadi menantu oleh Yusuf adalah putra sulung Yohan Alexander. Sejak kecil dia sudah digadang akan menjadi orang pertama di perusahaan Fashion. Selain cerdas dia juga memiliki keahlian berbisnis yang luar biasa.
Bakat yang dia miliki sudah terlihat nyata dalam beberapa bulan ini. Adrian berhasil menstabilkan kondisi keuangan perusahaan yang sempat goyah.
Dia memiliki hubungan asmara dengan seorang gadis cantik, bernama Angeline yang kebetulan bekerja sebagai foto model.
Alexa Fashion di Jawa hanyalah sebuah anak cabang yang berdiri dua tahun lalu, sedangkan induk perusahaan berada di Paris yang masih dikendalikan oleh Alex sendiri.
Pagi hari Adrian sudah rapi dengan seragam kantor. Lelaki berperawakan tinggi dempal, pemilik tatapan yang tajam, kulit putih bersih, serta irit senyum itu segera turun ke lantai satu melalui lift yang ada di rumahnya.
Pelayan wanita sudah menunggu dengan menyuguhkan aneka menu sarapan favorit. Kedua orang tuanya sudah menunggu dengan tak sabar.
"Pagi Mah, Pah?" Sapanya pada dua orang yang tersenyum padanya bagai mentari.
"Pagi tampan." Selena mencium pipi putranya kanan dan kiri. "Duduklah, Papa ingin bicara hal penting sekali."
Selena menatap suaminya yang tengah menarik nafas berulang kali. Wajahnya terlihat muram sejak kemarin sore. Apa yang menjadi penyebabnya pun tak ada yang tahu, karena Alex memilih bungkam pada sang istri.
"Papa serius amat, apakah ada kesalahan yang besar dengan kinerja Adrian di perusahaan?" Adrian mencoba menerka pokok bahasan yang akan dibicarakan oleh Sang Papa. Sambil menyesap teh yang mulai menghangat di depannya.
"Adrian, Papa ingin kamu putuskan hubungan cinta dengan gadis manapun, karena Papa sudah menentukan gadis pilihan untukmu," ujar Johan sambil memangku sebelah kakinya.
"What! Apa apaan, Pah!" Pekik Adrian, sambil menggelengkan kepalanya pelan berkali kali. Adrian tak pernah menyangka sebelumnya kalau topik pembicaraan pagi ini berurusan dengan urusan asmaranya.
"Papa pasti bercanda, sudahlah Pa, jangan bercanda, ini masih pagi." Adrian berusaha menganggap ini lelucon. Walaupun hati kecilnya yakin kalau Sang Papa tak sedang bercanda.
Alex berusaha tenang, menyandarkan punggungnya sejenak. Setelah hembusan nafas kasar yang sejak tadi membuat sesak paru parunya keluar, Alex baru mulai berbicara lagi." Papa sedang tidak bercanda, Papa bicara serius Adrian." ujarnya lirih. Tatapannya fokus pada sang putra.
"Adrian sudah punya pacar dan Papa sendiri tahu itu, kemarin Papa nggak ada masalah, dan kenapa sekarang harus ada perjodohan? Aku lelaki Pa, diluar sana para wanita mengantri untuk bisa bersamaku, kenapa nasibku harus dijodohkan?"
Adrian tak puas dengan kata kata Alex dia berulang kali membuang pandangannya ke samping dan menarik nafasnya, dadanya sesak seolah ada oksigen yang tersumbat di paru parunya.
"Ya, memang tak seharusnya Papa melakukan ini Adrian. Tapi nama baik keluarga, nama baik perusahaan, dan paling penting membebaskan diri Papa dari jeratan hukum karena menghilangkan nyawa seseorang yang tak bersalah. Kamu harus melakukan keinginan Papa," ujar Alek penuh penekanan di tiap kalimatnya.
"Memangnya apa yang telah Papa lakukan, Papa membunuh?!" Tanyanya dengan wajah terkejut.
"Siapa yang Papa bunuh?" Mama Selena tak kalah terkejut hingga teh yang sedang dia minum terguncang hingga memercik di rok span warna putih tulang yang melekat anggun di tubuhnya.
Alex meletakkan cangkir kopi dan berdehem beberapa kali, membersihkan tenggorokannya. "Papa tak sengaja telah menabrak seorang pria, dan tak lama dari kejadian naas itu dia meninggal," ujar Alex sendu. Pria itu tak pernah terlihat rapuh seperti hari ini
Alex mulai teringat kembali kejadian satu minggu yang lalu, bagaimana saat itu dia mengemudikan mobil dalam kondisi setengah mabuk hingga mobil yang dikemudikan tak sepenuhnya ia kuasai. Tiba-tiba seorang pedagang sayur melintas di Zebra cross ketika lampu sudah berubah warna merah. Namun Alex tak mengurangi kecepatannya sama sekali, hingga kejadian naas itu tak dapat terelakkan lagi.
Semua yang ada di lokasi kejadian mengutuk dirinya, ada yang memaki dan menatapnya sinis, hingga dia tak bisa berkata apa apa selain hanya minta maaf, tapi maaf waktu itu sama sekali tak dibutuhkan oleh siapapun. Alex segera membawa Yusuf ke rumah sakit terdekat dan segera menghubungi keluarganya.
Yang datang saat itu adalah seorang gadis berkulit bersih yang berpenampilan culun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Dear Situmorang
Keren banget...uuu
2023-05-18
0
Dear Situmorang
Seru banget ceritanya coi ....
2023-04-29
0
Alya Yuni
Bpanya Aluna trllu bodoh
mau mti aja jngn menyusahkn ankmu
2022-12-23
0