"Nona ..." Suara lembut menyapanya dari arah pintu masuk.
"Bi Imah!" Aluna menyeka air matanya. Berusaha tersenyum.
"Tuan Alex meminta Nona untuk makan malam bersama." Imah membalas senyum polos Aluna.
"Aku tak lapar, Bi."
"Anda pasti lapar Nona, sejak sore belum makan apapun." Bibi berusaha membujuk. dan bertanya lagi. "Anda takut ya tinggal di rumah ini?"
"Aluna mengangguk. "Saya belum kenal mereka. Saya biasa tinggal dengan Bapak saja. Saya rindu Bapak .…" Aluna kembali meneteskan air matanya. Kali ini lebih deras, bahkan kedua bahunya bergerak naik turun.
Imah bisa merasakan betapa berat hidup Aluna sekarang. Satu-satunya orang yang selalu bersamanya kini telah tiada.
"Tapi jika Nona Luna menolak, Nona Luna akan dianggap tak sopan, ini akan menjadikan Tuan Alex marah. Selama ini semua orang di rumah ini mematuhi tuan Alex, dia seperti raja." Terang Imah.
"Baik Bi. Beri waktu saya mengganti baju berat ini." Aluna beranjak dari depan cermin. Menuju sebuah koper dimana bajunya tersimpan, satu jam yang lalu seorang pengawal sudah mengambil dari rumah Aluna dan langsung mengantarkan ke kamarnya.
Aluna kini memakai kaos oblong dengan celana kolor panjang selutut. Rambut diikat kebelakang dan di telinganya terselip gagang kacamata.
Aluna yang memakai sandal teplek untuk hiasan kakinya, segera melangkahkan kaki keluar kamar diantar oleh Imah.
"Nona Luna, pilihlah salah satu dari dua kursi kosong yang anda tempati, kursi yang disiapkan itu salah satunya untuk Nona Luna, Dan satunya lagi untuk Tuan Muda.
"Terima kasih Bi." Aluna mengangguk. Sedangkan Imah membiarkan gadis lugu dan polos itu mendekati keluarga barunya.
"Bi, apa yang harus saya katakan untuk menyapa mereka?" Aluna berhenti di undakan saat mereka melihat ada Chela, Selena dan Alex tengah menunggu.
"Katakan saja apa yang ingin anda katakan, Nona. Anda lihat cara Nona Chela dan Selena saat makan, saat , dan pelan-pelan anda akan bisa belajar banyak hal dari mereka.
"Makasi Bi, Bi Imah sangat baik, Luna beruntung bertemu dengan Bibi." ucap Luna memeluk asisten yang pantas menjadi kakaknya itu dengan sayang.
Aluna segera turun, Bibi melihat dari kejauhan, kepalanya menggeleng pelan. 'Luna, Luna, kasihan sekali kamu, semoga pelan-pelan hati Adrian akan luluh dengan kepolosan mu, Lun,' batin Bibi.
"Se-selamat malam semuanya."
"Selamat malam. Aluna duduklah, dan makanlah, kami sudah menunggu." Alex memerintahkan Aluna duduk dengan sebuah isyarat tangannya.
Sebelum duduk Aluna menatap kedua orang yang ada di depannya yang terlihat cuek, tapi itu lebih baik daripada berbicara, dan hanya membuat orang lain terluka dengan ucapan pedasnya.
Aluna menarik kursi ke belakang, suaranya terdengar berderit meski pelan, lalu duduk dan memasang serbet di pangkuannya. Berusaha mengingat pesan Imah, kalau dia harus belajar banyak hal.
Chela menunduk seakan menikmati makannya, tapi sebenarnya dia kesal dan gerah duduk berhadapan dengan istri kakaknya yang menurutnya kampungan itu.
"Chela sudah kenyang Ma." Gadis yang tengah kuliah di semester empat itu berdiri, menyisakan separuh makanannya di piring.
"Chela, duduk!" Hardik Alex yang sejak tadi sudah membaca situasi. Chela terang terangan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Aluna.
"Papa, Chela ada tugas kuliah."
"Chela duduklah!" Selena menarik lengan putrinya ke bawah membuat Chela terpaksa duduk kembali.
"Aluna, makanlah, karena hari ini pernikahan kamu dan Adrian. Bibi sudah masak menu spesial kesukaan dia. Kamu sekarang kan istrinya, jadi harus belajar memasak menu ini."
"Iya, Ma." Aluna menelisik setiap menu di depannya. Semua makanan mewah ini hampir tak pernah dia makan sebelumnya. Walaupun dia ingin mencicipi semuanya tapi hal itu tentu tidak dia lakukan.
"Oh, iya kamu katanya kerja ya?" Selena bertanya lagi.
"Uhuk … i- iya." Aluna menjawab dengan tergagap.
"Cuma … cuma …." Aluna benar benar belum siap mengatakan kalau dia office girl di kantor milik Adrian.
"Ma biarkan Aluna makan dulu, tanya jawab seputar pekerjaan bisa nanti aja." Alex mengingatkan.
Aluna mengambil secentong nasi dengan tangan gemetar, lalu mengambil lauk yang paling dekat dengannya, kebetulan di dekat piringnya ada irisan daging kualitas terbaik, diiris besar dengan bumbu rendang yang sangat nikmat.
Aluna hendak menyuapkan nasi ke mulutnya, niat itu ia urungkan dengan tiba-tiba begitu ingat dia sekarang sudah memiliki suami. Yusuf dulu selalu bilang padanya. Seorang wanita harus menghargai dan menghormati suaminya, tidak boleh mencontoh ibu yang pergi tanpa sebuah kabar.
"Kenapa? Apa kamu tidak terbiasa makan seperti ini? Jika butuh yang lain katakan, biar Bi Imah memasak untukmu.
Aluna mengamati sekeliling, dia tak menemukan sosok pria yang menjadi Bos di kantornya itu.
"Maaf saya ingin menunggu suami saya "
Chela tersenyum sinis. Rasanya telinganya geli mendengar gadis polos di depannya menyebut suami. " Suami!"
"Chela!" Mama meremas paha Chela, berharap anak gadisnya berhenti mengejek. Selena tak mau anaknya mendapat amukan dari suaminya. Dia terpaksa harus memperlakukan Aluna seperti yang dia minta.
Alex tersenyum, tak menyangka kata kata itu akan keluar dari mulut gadis lugu seperti Luna. Menurut Alex, Luna gadis yang baik. Dia tak mau menyentuh nasi di piringnya sedikitpun sebelum Adrian datang.
Mobil mahal keluaran negara sakura itu sudah tiba di depan Mansion, suara halusnya tidak terdengar oleh Alex dan yang lainnya.
Doni menyeret tubuh kekar Adrian dengan sempoyongan. Langkahnya terhenti ketika Alex berdiri dan menyapanya.
"Mabok lagi, Don."
"Iya, Tuan. Kali ini paling parah."
Seringai tipis tertampil dari wajah pria berusia setengah abad itu. Dia tak lagi kaget dengan putranya yang suka sekali mabuk mabukan.
"Bawa dia ke kamar mandi, siram dengan air," perintah Alex yang mendapat Anggukan kepala dari Doni.
Selena dan Chela hanya diam, Doni juga tak benar-benar melakukan hal bodoh itu. Doni menidurkan Adrian di ranjang besar yang ada di kamarnya.
Aluna merasa bersalah melihat Adrian yang mabuk parah itu, liurnya sampai menetes karena kebanyakan wine. Matanya merah dan bicaranya tak jelas. Meski aura tampannya tetap tak memudar, tapi keadaannya malam ini sangat buruk.
Aluna menatap mertuanya bergantian. "Izinkan saya membantu asisten Doni."
"Kamu kan istrinya sekarang, ya haruslah kamu bantu mereka." Chela berkata dengan sinis. Sudah tau kalau orang mabuk pasti akan muntah dan aroma alkohol akan menyengat dari mulutnya.
Menurut Chela membersihkan sesuatu menjijikkan itu pekerjaan awal yang bagus buat Aluna.
Aluna segera menyusul Doni yang sudah sampai di kamar lebih dulu.
Nona baju tuan sangat basah, dia minum terlalu banyak hari ini. Anda bisa gantikan dengan baju yang ada di lemari besar itu.
"Tapi Tuan, Sa-saya …."
"Dia sudah menjadi suami sah Nona. Nona bisa menyentuhnya." Melihat keraguan di mata Aluna membuat Doni ikut membantu membuka kancing hem lelaki arogant itu.
Gadis itu baru pertama kali ini melihat tubuh putih bersih dan otot yang terbentuk begitu indah. Aluna yakin keindahan itu terbentuk karena pemuda di depannya rajin olahraga. Aluna bisa menebak kalau pria itu pasti memiliki pelatih gym khusus.
"Nona!"
"Maaf Doni, tolong kamu saja yang buka." Aluna tak bisa melihat hal yang membuat dirinya sendiri malu. Walau dalam hati dia mengagumi keindahan itu.
Aluna beranjak pergi. Membuat Doni harus mengeluarkan sebuah kata tanya. "Anda kemana, Nona?"
"Aku akan mengambil teh hangat."
"Oh, kukira anda akan kabur karena melihat tubuh suami anda." Doni bercanda. Ini pertama kalinya Aluna tersenyum.
Selang beberapa menit Aluna sudah kembali dengan segelas teh untuk Adrian.
Sedangkan tubuh Adrian terlentang diatas ranjang besar dengan bibir terus meracau tak jelas.
Lama kelamaan racauan Andrian terdengar juga oleh Aluna. Pria itu ternyata tak henti mengatai dirinya jelek dan kampungan.
Aluna mencoba berlapang dada, dia tetap menyeka keringat Adrian dengan sabar. Aluna memberanikan diri membersihkan dada pria itu. Sepertinya Doni sengaja tak mengancingkan hemnya sebelum pergi. .
Netra Adrian samar-samar melihat bayangan Aluna di dekatnya. Pria itu segera mencengkeram lengan Aluna dengan kasar.
"Kau!! Aku benci gadis sok polos seperti dirimu. Kau memanfaatkan kondisi orang tua kamu untuk kepentingan pribadimu kan! Katakan!"
Sontak kain di tangan Aluna terlepas, Aluna ketakutan melihat Adrian memelototi dirinya.
"Tidak! Aku juga tak ingin ini terjadi."
Adrian makin memperkuat cengkeramannya, dia menggulingkan tubuh Aluna ke samping, hingga gadis itu kini terpelanting di atas ranjang, dengan sigap tubuh Adrian menindihnya.
"Aku sudah banyak tau gadis sok polos sepertimu, kau ingin menjebak diriku dengan wajah polosmu, Katakan!?"
"Apa yang harus saya katakan? Aku tidak tau apa apa!"
Aluna kesulitan bergerak. Adrian sangat kuat, berulang kali dia mencoba memukul pelan dada pria itu, tapi semua tak membuat Adrian segera melepaskan cengkeramannya, belum lagi aroma alkohol yang keluar dari mulutnya membuat Aluna ingin muntah.
"Lepaskan saya, Pak Adrian, tolong!" Aluna mengiba, matanya kembali berkaca kaca sambil terus meronta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
Sri Amelia
Buat Adrian buncin dong..?
2022-09-07
0
Olfiana Ratundellang
like mendarat👍👍👍
2022-04-03
1
Aya SiJutek Cuy
tak kenal maka tak sayang
2022-03-21
2