Pernikahan Aluna dan Adrian rencananya akan dilakukan malam ini secara rahasia di kediaman Alex.
Pagi sekali Alex sudah menjemput Aluna yang kini tinggal seorang diri di sebuah kontrakan kumuh, di temani oleh dua polisi yang bertugas dan satu pengawal pribadinya.
Alex sangat gusar ketika Aluna tak ada di kontrakannya, Pria itu segera mencari Aluna ke makam Yusuf. Ternyata benar, Aluna sedang bersimpuh di makam bapaknya sambil menangis tersedu.
Alex segera menghampiri Aluna dan menyapanya. "Nak, Papa sejak tadi mencari dirimu."
"Papa? Anda bukan Papa saya." Aluna menjawab tanpa menoleh. Kepergian Yusuf membuat Aluna mengalami kesedihan yang mendalam. Kalau tidak disuruh pulang oleh penjaga makam, mungkin gadis cupu itu akan tidur di samping kuburan bapaknya setiap hari.
Tujuh hari berturut-turut Aluna datang ke pemakaman Yusuf, tujuh hari pula Aluna tidak masuk kerja sebagai Office Girl di perusahaan Alexa Fashion. Dia tidak peduli lagi mau di pecat di perusahaan tanpa pesangon, yang jelas sejak Yusuf pergi dia tidak ingin melakukan apapun. Kecuali menangis di dekat makam Yusuf.
"Sekarang mungkin belum, sebentar lagi kamu akan menjadi menantu saya, karena di rumah sedang ada persiapan pernikahan kamu dengan Adrian." Pria berkumis tipis itu sedikit tersenyum, seakan pernikahan dengan putranya yang tampan adalah sebuah kebahagiaan buat Aluna.
Aluna diam terpaku sambil memeluk nisan yang bertuliskan nama Yusuf bin Fulan. Ia biarkan kacamata tebal melorot hingga di bawah pangkal hidungnya. Suara Alex diabaikan bagai angin yang berhembus begitu saja.
Alex memberi isyarat pada butler wanita yang sengaja diajak untuk menjemput calon nona mudanya. Butler itu maju dan berhenti di sebelah Aluna. "Nona mohon kerjasamanya, menolak dalam kondisi saat ini sepertinya percuma, tuan Alex sudah mempersiapkan semuanya."
Aluna ingin sekali berkata kalau dia tak pernah menginginkan pernikahan ini, tak siap menikah diusia dini, tapi dia juga tak mau jadi anak yang tak bisa memegang amanah, menikah dengan putra Alex yang belum pernah dikenalnya adalah keinginan terakhir bapaknya.
Aluna mengangguk, melepas kacamata dan mengusap lelehan air matanya dengan sapu tangan yang ia ambil dari saku celana lebar
"Mari Nona." Pelayan wanita merangkul pinggangnya dan membimbing Aluna berjalan menuju mobil.
Alex mendekati makam Yusuf dan berjongkok sebentar, Alex berbicara kalau dia akan menjaga dan menyayangi putrinya seperti anaknya sendiri.
Sebelum pergi dia berkata sambil menyentuh nisan Yusuf. "Beristirahatlah dengan tenang, putrimu ada bersamaku."
Pengawal pria sudah menunggu di depan kemudi, sedangkan Aluna duduk di kursi tengah, bibi memilih duduk di tempat paling belakang, mereka semua tinggal menunggu Alex yang membeli bunga di dekat pos dan menabur di atas makam Yusuf. Setelah selesai Alex segera kembali ke mobil dan memerintahkan pada pengawalnya untuk pulang dengan segera.
Sampai di depan Mansion, gerbang setinggi empat meter terbuka dengan sendirinya, rupanya ada remote control yang dikendalikan oleh security di istana Alex.
Aluna sejenak terpana melihat keindahan bangunan mansion, serta aneka bunga-bunga mahal bermekaran di taman, Aluna tertegun sesaat sebelum Imah memanggilnya kembali. "Nona mari masuk, Anda harus berkenalan dulu dengan Tuan Muda Adrian dan Nyonya Besar Selena.
"Baik, Bi." Aluna mengangguk sebelum membawa kakinya menapaki lantai granit yang berkilau sambil sesekali membenarkan kacamatanya. Pikiran Aluna semakin takut.
'Apa benar orang kaya ini ingin menikahkan aku dengan putranya? Bagaimana jika ini jebakan, aku disekap, dibunuh, lalu tubuhku di buang di tengah hutan.'
Aluna merasakan tubuhnya bergidik ngeri, dia menahan langkahnya.
Bibi merasakan tubuh gadis yang ia gandeng terasa berat, dia ikut berhenti. Tersenyum ketika menatap wajah Aluna yang ketakutan.
"Jangan takut Nona, saya juga orang asing yang tinggal di keluarga ini lebih dari dua puluh tahun." Imah menjelaskan perihal dirinya.
Aluna kembali melangkahkan kaki, sedangkan Alex sudah lebih dulu masuk ke dalam menemui keluarganya. Alex pasti sengaja masuk lebih dulu untuk memberi tahu kalau calon mantu sudah tiba di Mansion.
Aluna masuk dengan wajah tertunduk, sebelah tangannya menggenggam pergelangan tangan yang satunya. Kakinya terlihat gemetar, telapak tangannya merembes keringat dingin.
Wanita Anggun memakai blouse selutut langsung berdiri dan menatapnya dengan tatapan menusuk, gadis di sebelahnya juga memandang tak kalah tajam.
"Papah!" Ekspresi terkejut Selena tak bisa disembunyikan lagi. "Papa pasti sedang bercanda, mana calon mantu kita yang sebenarnya? Nggak mungkin dia kan?"
"Selena, dia Aluna. Calon mantu kita." Alex memperkenalkan Aluna pada keluarganya.
"Papa nggak sedang mabuk kan!" Selena terkejut. Dia melambaikan tangannya di depan Alex berulang kali. Seolah Alex kali ini sedang tak sadar dengan kelakuannya.
"Selena, diam!" Suara Alex naik dua oktaf.
Selena gelagapan, dia langsung menghempaskan bokongnya kembali ke sofa. Begitu juga Chela, gadis itu tak rela kakaknya akan menikahi gadis sebaya dirinya yang jauh dari kata perveck dan modis.
Aluna mengulurkan tangannya di depan Selena, terpaksa wanita itu menjabat tangan Aluna yang sudah lama menggantung di udara.
"Sa-sa-ya, Aluna tante."
"Ya." Selena buru buru menarik tangannya
Aluna kini mengayunkan tangannya di depan Chela. "Hai kenalkan, saya Aluna." Aluna mencoba ramah tamah.
Gadis itu melengos tanpa ada niatan menggapai jemari Aluna, dengan angkuh sambil melipat kedua tangannya di bawah dada.
Aluna kembali mundur beberapa langkah hingga kini tubuh mungilnya ada di samping Alex. Alex memaklumi sikap Chela, mungkin gadis itu butuh waktu untuk menerima Aluna menjadi kakak iparnya.
Suara derap langkah kaki seorang pria terdengar menuruni tangga, pria tinggi tegap dengan wajah tampan bak seorang artis protagonis pria yang muncul di televisi itu menampakkan wajahnya.
Pria itu memakai pakaian rapi, kemeja putih tuxedo hitam, dengan dasi berbentuk pita hitam di dadanya. Sungguh penampilan yang sempurna.
Semua mata tertuju pada pria yang ada di undakan tersebut. Tahu kedatangannya sedang dinantikan dia terus melangkahkan kaki turun.
Aluna tertunduk, bahkan sedikitpun dia tak berani mengangkat kepalanya, dia sangat terkejut setelah tau siapa pria yang akan menjadi suaminya itu.
"Hai Pa, jadi ini wanita yang akan Papa jodohkan pada Adrian." Adrian menelisik tampilan gadis di depannya, kalau tak melihat kaki dan tangannya sudah gemetar, ingin rasanya dia tertawa keras dan mengejeknya.
Andrian tersenyum dengan bibir melengkung ke bawah. Kepalanya mengangguk berulang kali, seolah sedang diminta untuk menjadi juri sebuah kontes.
"Adrian, pertimbangkan lagi Nak, Papa kamu pasti sudah kehilangan akal sehatnya, bagaimana bisa gadis macam dia akan dinikahkan dengan kamu. Mama nggak rela, Andrian. Ini pasti lelucon." Selena memegangi kepalanya yang tiba tiba terasa pusing.
"Iya nih, Papa. Seperti sudah kehabisan stok cewek cantik aja." Chela yang tak tau menahu ikut menimpali ucapan Selena.
"Adrian Papa harap kamu bisa menyelamatkan nama baik Papa, pernikahan ini tidak boleh batal." setelah menatap Adrian, tatapan Alex cepat berubah ke arah istri dan putri bungsunya. "Suka atau tidak suka, aku mau kalian berdua menerima Aluna, perlakukan dia dengan baik, atau kalian berdua akan tau akibatnya." Ancaman Alex tentu tak pernah main-main.
Adrian menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengangguk cepat. "Oke Pa."
"Ini baru anak, Papa." Alex menepuk dada kiri Adrian sebelum pergi.
Alex berjalan menjauh, mendekati Asisten bernama Doni yang sedang berbicara serius dengan dua polisi, usai memberi perintah pada Imah untuk membawa Aluna ke kamarnya. Kamar Aluna tentu berdampingan dengan kamar Adrian.
"Don, panggil penghulu sekarang, prosesi pernikahan akan kita laksanakan malam ini juga." Perintah Alex langsung diikuti anggukan kepala Doni.
"Siap, Tuan." Doni sedikit membungkukkan badannya sebelum melesat pergi.
Dalam hitungan menit Doni sudah kembali dengan penghulu dan saksi, sedangkan Aluna di kamar masih menangis sesenggukan hingga wajahnya susah sekali untuk dirias.
'Pak, Luna takut di rumah besar ini Pak. Luna mau dikontrakkan saja, kenapa Bapak jodohkan Luna dengan Pak Bos di perusahaan tempat Luna bekerja. Bapak pasti nggak tau Pak Bos sudah punya kekasih. Pacarnya cantik sekali. Kalau Luna jadi istrinya Pak Bos, pasti hidup Luna tak akan bahagia. Orang kaya itu nggak akan pernah mencintai Luna.'
Luna melepas kacamatanya lalu mengusap air matanya yang tak mau berhenti menetes dengan tisu.
"Nona Aluna, kok nangis terus sih? Kamu harusnya bahagia. Yang akan menikahi kamu itu Tuan Muda perusahaan Alexa Fashion. Bukan orang sembarangan." Imah membujuk Aluna yang terlihat sedih. Kesedihan Aluna bertambah besar karena sikap Selena dan Chela yang menolak kehadirannya.
Adrian di luar terlihat kesal, berkali kali memandangi Arloji di pergelangan tangannya. Sudah satu jam lebih dia dan penghulu menunggu mempelai wanita keluar.
"Lama banget, dandan model apa sih dia. Paling juga tetep jelek dan kampungan." Kesal Adrian. Sedangkan ponselnya terus saja bergetar mendapat panggilan dari Angel dan Tito.
"Nona, tolong jangan menangis, riasan ini malah akan membuat wajah cantik nona seperti badut."
"Bibi nggak usah bohong bilang Aluna cantik, setiap hari saja teman kantor memperolok Aluna, karena wajah saya yang jelek ini. Sekarang Bibi malah bilang cantik," ujar Aluna sambil sesekali menyeka air matanya.
"Emang cantik kok, asal jangan nangis, kita tak punya waktu banyak, Tuan Muda Adrian akan marah jika membuatnya menunggu." Imah sangat sabar menghadapi Aluna yang masih lugu dan polos itu.
Usai dirias oleh Imah, Aluna segera keluar, wajahnya selalu merembes air mata, kaca mata besar tak pernah lepas dari wajahnya
"Benar sekali Kak, walaupun dirias dia tetap jelek." Chela menahan tawanya. Tatapannya jelas sekali tak suka dengan calon kakak iparnya "Kok Kakak bisa nurut sih dengan keinginan Papa."
"Nanti kamu juga akan tau sendiri." Adrian menjawab dengan santai.
Pernikahan Aluna dan Adrian segera dilangsungkan, simpel tanpa ada tukar cincin, dan ritual cium tangan atau cium kening. Mas kawin saja Adrian lupa menyiapkan, jadi dia merogoh uang cash di sakunya yang tinggal lima ratus ribu.
Usai menikah Andrian segera ganti penampilan dengan menggunakan t-shirt putih yang mencetak lima roti sobek di perutnya. Sebuah celana jeans hitam sobek di lutut dan paha. Penampilan yang jauh berbeda dengan karakternya yang suka sekali tampil rapi dan elegan.
Adrian pergi dari mansion memenuhi panggilan Angel, kekasih Adrian dan Tito, asisten pribadinya . Dua orang tersebut sudah menunggunya di kelap malam, surga dunia bagi kaum muda mudi pecinta kehidupan bebas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
StAr 1086
mudah2an adrian gak suka maen perempuan....
2023-02-15
0
Retno Elisabeth
sabar aluna
2022-12-23
0
SoVay
🤧🤧 bab awal nya mengsed kak
2022-03-30
1