Second Marriage

Second Marriage

bab 1 Tempat bermain

Terlihat tawa ceria yang selalu menghiasi wajahnya, nampak lesung Pipit di pipi kanannya yang menambah daya tarik saat dia tersenyum.

Dengan badan yang sedikit gembul dia lincah menggerakkan tubuhnya,melompat-lompat seperti tak kenal lelah.

"Mama,come here," teriak Sisi yang sedang bermain di wahana kidscourt, tempat bermain khusus anak-anak.

Permainan trampoline yang banyak di gemari baik orang dewasa maupun anak-anak. Selain menyenangkan juga menyehatkan. Di tempat ini kami sering menghabiskan waktu di akhir pekan.

"No, bersenang-senanglah sayang..." ku lambaikan tangan dari tempat aku duduk, kali ini aku tidak ikut bermain bersama, rasanya mood ku kurang baik, berfikir dan menghitung hari yang semakin dekat.

Senyumku selalu mengembang kala ku lihat tawanya, kebahagiaannya adalah hidup ku, dia yang mampu membuatku bertahan sampai detik ini.

Satu tahun sudah ku mainkan peranku ini, dimana aku harus benar-benar terlihat sempurna bahagia di depan mata anakku. Satu Minggu lagi, hari yang aku tunggu akhirnya akan tiba, aku bingung harus mulai dari mana bercerita, di saat nanti terlihat nyata suatu kebenaran di hadapannya.

Aku hanya berharap tawa dan senyumnya tak kan pernah hilang dari pandangan aku.

Saat sejenak aku bergelut dengan pikiranku.

Deg

Hawa panas menyelimuti tubuhku, dadaku bergemuruh, tanpa sadar tanganku mengepal erat.

"Mas Arsya" ucapku lirih, apa yang mereka lakukan di sini? apa mereka sengaja menguntit ku? beberapa pertanyaan muncul dalam batinku.

Amarahku harus bisa tertahan, belum saatnya Sisi tahu kebenarannya, aku harus segera membawa nya pergi dari tempat ini.

Aku melihat mas Arsya berjalan ke arah tempatku duduk, tangannya menyatu erat dengan seseorang di sebelahnya. Bahkan tanpa segan dia mencium punggung tangan itu, mereka terlihat seperti pasangan serasi lengkap dengan warna baju yang senada.

Dengan gerak cepat aku ambil tas dan air mineral di samping tempat duduk ku, hendak berjalan.

"Sial" ketus ku lirih, terlambat dengan jarak sedikit jauh dia sudah melihatku dan mata kami sudah bertemu pandang.Tidak mungkin lagi aku bisa menghindar, perlahan namun pasti mereka mendekati ku.

"Jesi di mana Sisi?" tanpa basa-basi mas Arsya langsung menanyakan keberadaan anaknya.

"Jesi apa kabar?" sapa Karla canggung seraya mengulurkan tangannya.

"seperti yang kau lihat, aku baik- baik saja, bahkan sangat baik" ku sambut uluran tangannya dan tersenyum kecut.

"Jesika di mana Sisi?" karena aku tak menjawab, mas Arsya bertanya lagi padaku. Dengan menyebut nama panjang ku, itu artinya dia sedang kesal padaku.

"Setelah mendapat seorang putra,sekarang kamu bahkan lupa akan hobi putrimu" bukannya menjawab, aku malah terang-terangan menyindirnya.

"Bukan begitu Jesi, tapi Sisi tidak ada di tempat biasanya bermain, makanya aku bertanya padamu!"

Aku melihat ke arah dimana tempat dia bermain dan benar saja, Sisi tidak ada di sana. pergi kemana anakku? pikirku sedikit panik, tempat yang begitu luas dan suasana yang ramai di akhir pekan membuat aku resah.

"Tenanglah, tidak usah takut kita cari sama-sama, dia pasti tidak jauh dari sini atau mungkin dia ke toilet" ujar Karla, melihat kepanikan di wajahku.

"Aku yang akan mencarinya sendiri"

"Tapi Jesi,aku khawatir biarkan kami ikut mencarinya"

"Sudahlah mas Arsya, aku mohon, belum saatnya Sisi tau tentang kalian sekarang, aku yakin Sisi tidak akan hilang," ucapku agar mereka tidak terlibat dalam pencarian Sisi, karena yang Sisi tahu mas Arsya pergi ke luar kota.

Aku pergi meninggalkan mereka, namun baru selangkah kakiku melewatinya, tangan hangat dan kekar itu menggenggam tanganku dan berhasil menghentikan langkahku.

"Jesi hati-hati" aku diam mendengar ucapan lembut mas Arsya,aku melepas tanpa menoleh.

Andai saja kamu seperti dulu mas, aku tidak akan melepaskan genggaman tanganmu dan hatiku akan berbunga mendengar tutur lembut mu. Terlintas masa lalu dalam benak ku.

Aku berjalan seraya mengedarkan pandanganku ke segala arah. Aku tersenyum dan mempercepat langkah untuk menghampiri gadis kecilku, yang sedang duduk di cafe yang ada di dalam tempat ini. Merasa lega, lelah dan tenggorokan kering, ku buka botol yang ada di tanganku. Belum sempat aku meminumnya, dari depan seseorang berjalan dengan cepat.

Bruk

Tanpa sengaja tubuh kami beradu dan aku menumpahkan air yang ku bawa ke jas branded nya.

"Maaf Tuan, aku tidak sengaja," gerak cepat membersihkan jas miliknya langsung dengan tanganku.

"Singkirkan tangan kotor mu itu!" ucapnya terdengar dingin dan ketus. Reflek aku melihat kedua telapak tanganku, tidak ada noda apapun yang terlihat.

"Wanita ceroboh," lanjutnya mengumpat ku terang-terangan seraya membuka jasnya. Di lemparkan jas miliknya ke arahku, dan berlalu pergi menuju lift yang hanya ada satu di tempat ini.

"Sombong sekali laki-laki itu, apa maksudnya melemparkan jasnya padaku? membuangnya atau aku di suruh mencucinya. gak jelas banget sih, memang dia terlihat tampan dan kaya tapi tidak seharusnya dia bersikap seperti itu juga" merasa bingung dengan tindakan yang kurang jelas.

kejadian yang tak terduga ini mengalihkan perhatian ku pada Sisi. Aku melihat ke arah di mana tadi Sisi berada, beruntung gadis kecilku masih duduk di sana, sepertinya sedang menunggu pesanan.

"Sisi sayang" aku memegang ke dua bahunya dari belakang, dia terkejut.

"Mama" Sisi menoleh, tersenyum ala iklan Pepsodent, menunjukkan gigi putihnya.

"Kenapa tidak bilang kalau sudah lelah?" tanyaku sembari ku tarik kursi duduk di sampingnya.

"Sorry Ma, aku haus dan pengen jus mangga, aku lihat tadi Mama cuma bawa air putih aja," jelasnya padaku.

"Tapi, harusnya Sisi bilang dulu ke Mama, bukan main ngeluyur sendiri begini, mama khawatir..., takut Sisi hilang atau kenapa-kenapa" naluri seorang Ibu, sedikit omelan pasti akan keluar dari mulut ketika anaknya membuat kesalahan.

"Iya Ma maaf" mengatupkan kedua tangannya, mencoba menghentikan Omelan ku, dengan memasang wajah imutnya.

"Mama itu jas Papa?" menunjuk barang yang ada di tanganku.

"Ini, bukan sayang" jawabku singkat.

"Lalu punya siapa?"

" Teman Mama, tadi nitip katanya, suruh taruh di tempat laundry," aku sengaja berbohong padanya, agar dia tidak terus bertanya.

"Oh..."

Tak lama kami berbincang, pesanan jus mangga datang, aku memesan pada pelayan kafe untuk makanan yang bukan Jung food. Aku memutuskan sekalian makan saja, mengingat Sisi tadi lama bermain pasti akan merasa lapar.

Melihat Sisi makan dengan lahap, aku merasa senang karena dia tidak protes dengan makanan yang aku pesan, itu tandanya dia benar lapar. Sebenarnya aku khawatir bila terlalu lama di sini, aku takut mas Arsya masih membuntuti dan nekat menemui ku.

Setelah semua pesanan habis di makan, aku mengajak sisi untuk pulang.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa

2023-01-15

1

Dehan

Dehan

hallo kak.. salam kenal dari penjahit cantik

2022-07-06

0

Jh Carrol

Jh Carrol

Hai kak
salam kenal dari Gadisku ternyata miliader
mampir ya kak jika berkenan 🙏

2022-07-06

3

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Tempat bermain
2 Bab 2 Makan malam 1
3 Bab 3 Makan malam 2
4 Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5 Bab 5 Menghadapi singa hutan
6 Bab 6 Mendapat kekerasan
7 Bab 7 Mendengar curahan hati
8 Bab 8 Menemui seseorang di toko
9 Ban 9 Masalah dalam toko
10 Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11 Bab 11 Map warna merah
12 Bab 12 Ganti Rugi
13 Bab 13 Perdebatan di restoran
14 Bab 14 Di buat merasa gila
15 Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16 Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17 Bab 17 Hari pertama bekerja
18 Bab 18 Tidak sengaja mencium
19 Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20 Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21 Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22 Bab 22 Kembali memaksa ku
23 Bab 23 Surprise menyenangkan
24 Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25 Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26 Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27 Bab 27 Gara-gara lemon
28 Bab 28 Ide sekertaris Ken
29 Bab 29 Hari libur
30 Bab 30 Muncul tiba-tiba
31 Bab 31 Kejadian memalukan
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Situasi berubah
34 Bab 34 Pernyataan Doni
35 Bab 35 Pindah tempat
36 Bab 36 Di percepat
37 Bab 37 Tahu tentangnya
38 Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39 Bab 39 The Wedding
40 Bab 40 Menunggunya pulang
41 Bab 41 Tidur bersama
42 Bab 42 Pagi yang buruk
43 Bab 43 Perkara pakaian
44 Bab 44 Bertemu mantan
45 Bab 45 Sakit
46 Bab 46 Dokter Arga
47 Bab 47 Mantan colon istri
48 Bab 48 Bertemu
49 Bab 49 Tamu
50 Bab 50 Pertengkaran saudara
51 Bab 51 Doni dan Erlangga
52 Bab 52 Menyiapkan air mandi
53 Bab 53 Temani mandi
54 Bab 54 Ponsel
55 Bab 55 Kabar duka
56 Bab 56 Rasa ingin tahu
57 Bab 57 Teka-teki
58 Bab 58 Hari yang menyenangkan
59 Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60 Bab 60 Butuh sendirian
61 Bab 61 Di bawa kabur
62 Bab 62 Menginginkan kembali
63 Bab 63 Mengakui
64 Bab 64 POV Nathan
65 Bab 65 Benci kelakuannya
66 Bab 66 Pura-pura tidur
67 Bab 67 Mengubah panggilan
68 Bab 68 Kembali ke Toko
69 Bab 69 Cerita Doni
70 Bab 70 Makan siang
71 Bab 71 Di bawa ke kantor
72 Bab 72 Permintaan maaf
73 Bab 73 Hampir kena tamparan
74 Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75 Bab 75 Biar saya yang melayani
76 Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77 Bab 77 Terimakasih suamiku
78 Bab 78 Baru pertamakali
79 Bab 79 Cara Vanesa
80 Bab 80 Kedatangan mantan
81 Bab 81 Permintaan yang sulit
82 Bab 82 Khawatir
83 Bab 83 Mood booster
84 Bab 84 Jangan panggil aku hey
85 Bab 85 Pergi untuk kembali
86 Bab 86 Permata
87 Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88 Bab 88 Dua Minggu
89 Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90 Bab 90 Acara festival
91 Bab 91 Pria tidak waras
92 Bab 92 Di kira janda
93 Bab 93 Lagi-lagi marah
94 Bab 94 Gagal sudah
95 Bab 95 Butuh obat
96 Bab 96 Di periksa
97 Bab 97 Maafkan aku
98 Bab 98 Ungkapan cinta
99 Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100 Bab 100 Kaulah takdirku
101 Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102 Bab 102 Putraku
103 Bab 103 Berandalan kecil
104 Bab 104 Menjauhlah dariku
105 Bab 105 Mungkin morning sick
106 Bab 106 Ke Rumah sakit
107 Bab 107 Di paksa lahir
108 Bab 108 Mirip Om Doni
Episodes

Updated 108 Episodes

1
bab 1 Tempat bermain
2
Bab 2 Makan malam 1
3
Bab 3 Makan malam 2
4
Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5
Bab 5 Menghadapi singa hutan
6
Bab 6 Mendapat kekerasan
7
Bab 7 Mendengar curahan hati
8
Bab 8 Menemui seseorang di toko
9
Ban 9 Masalah dalam toko
10
Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11
Bab 11 Map warna merah
12
Bab 12 Ganti Rugi
13
Bab 13 Perdebatan di restoran
14
Bab 14 Di buat merasa gila
15
Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16
Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17
Bab 17 Hari pertama bekerja
18
Bab 18 Tidak sengaja mencium
19
Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20
Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21
Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22
Bab 22 Kembali memaksa ku
23
Bab 23 Surprise menyenangkan
24
Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25
Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26
Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27
Bab 27 Gara-gara lemon
28
Bab 28 Ide sekertaris Ken
29
Bab 29 Hari libur
30
Bab 30 Muncul tiba-tiba
31
Bab 31 Kejadian memalukan
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Situasi berubah
34
Bab 34 Pernyataan Doni
35
Bab 35 Pindah tempat
36
Bab 36 Di percepat
37
Bab 37 Tahu tentangnya
38
Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39
Bab 39 The Wedding
40
Bab 40 Menunggunya pulang
41
Bab 41 Tidur bersama
42
Bab 42 Pagi yang buruk
43
Bab 43 Perkara pakaian
44
Bab 44 Bertemu mantan
45
Bab 45 Sakit
46
Bab 46 Dokter Arga
47
Bab 47 Mantan colon istri
48
Bab 48 Bertemu
49
Bab 49 Tamu
50
Bab 50 Pertengkaran saudara
51
Bab 51 Doni dan Erlangga
52
Bab 52 Menyiapkan air mandi
53
Bab 53 Temani mandi
54
Bab 54 Ponsel
55
Bab 55 Kabar duka
56
Bab 56 Rasa ingin tahu
57
Bab 57 Teka-teki
58
Bab 58 Hari yang menyenangkan
59
Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60
Bab 60 Butuh sendirian
61
Bab 61 Di bawa kabur
62
Bab 62 Menginginkan kembali
63
Bab 63 Mengakui
64
Bab 64 POV Nathan
65
Bab 65 Benci kelakuannya
66
Bab 66 Pura-pura tidur
67
Bab 67 Mengubah panggilan
68
Bab 68 Kembali ke Toko
69
Bab 69 Cerita Doni
70
Bab 70 Makan siang
71
Bab 71 Di bawa ke kantor
72
Bab 72 Permintaan maaf
73
Bab 73 Hampir kena tamparan
74
Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75
Bab 75 Biar saya yang melayani
76
Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77
Bab 77 Terimakasih suamiku
78
Bab 78 Baru pertamakali
79
Bab 79 Cara Vanesa
80
Bab 80 Kedatangan mantan
81
Bab 81 Permintaan yang sulit
82
Bab 82 Khawatir
83
Bab 83 Mood booster
84
Bab 84 Jangan panggil aku hey
85
Bab 85 Pergi untuk kembali
86
Bab 86 Permata
87
Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88
Bab 88 Dua Minggu
89
Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90
Bab 90 Acara festival
91
Bab 91 Pria tidak waras
92
Bab 92 Di kira janda
93
Bab 93 Lagi-lagi marah
94
Bab 94 Gagal sudah
95
Bab 95 Butuh obat
96
Bab 96 Di periksa
97
Bab 97 Maafkan aku
98
Bab 98 Ungkapan cinta
99
Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100
Bab 100 Kaulah takdirku
101
Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102
Bab 102 Putraku
103
Bab 103 Berandalan kecil
104
Bab 104 Menjauhlah dariku
105
Bab 105 Mungkin morning sick
106
Bab 106 Ke Rumah sakit
107
Bab 107 Di paksa lahir
108
Bab 108 Mirip Om Doni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!