Second Marriage
Terlihat tawa ceria yang selalu menghiasi wajahnya, nampak lesung Pipit di pipi kanannya yang menambah daya tarik saat dia tersenyum.
Dengan badan yang sedikit gembul dia lincah menggerakkan tubuhnya,melompat-lompat seperti tak kenal lelah.
"Mama,come here," teriak Sisi yang sedang bermain di wahana kidscourt, tempat bermain khusus anak-anak.
Permainan trampoline yang banyak di gemari baik orang dewasa maupun anak-anak. Selain menyenangkan juga menyehatkan. Di tempat ini kami sering menghabiskan waktu di akhir pekan.
"No, bersenang-senanglah sayang..." ku lambaikan tangan dari tempat aku duduk, kali ini aku tidak ikut bermain bersama, rasanya mood ku kurang baik, berfikir dan menghitung hari yang semakin dekat.
Senyumku selalu mengembang kala ku lihat tawanya, kebahagiaannya adalah hidup ku, dia yang mampu membuatku bertahan sampai detik ini.
Satu tahun sudah ku mainkan peranku ini, dimana aku harus benar-benar terlihat sempurna bahagia di depan mata anakku. Satu Minggu lagi, hari yang aku tunggu akhirnya akan tiba, aku bingung harus mulai dari mana bercerita, di saat nanti terlihat nyata suatu kebenaran di hadapannya.
Aku hanya berharap tawa dan senyumnya tak kan pernah hilang dari pandangan aku.
Saat sejenak aku bergelut dengan pikiranku.
Deg
Hawa panas menyelimuti tubuhku, dadaku bergemuruh, tanpa sadar tanganku mengepal erat.
"Mas Arsya" ucapku lirih, apa yang mereka lakukan di sini? apa mereka sengaja menguntit ku? beberapa pertanyaan muncul dalam batinku.
Amarahku harus bisa tertahan, belum saatnya Sisi tahu kebenarannya, aku harus segera membawa nya pergi dari tempat ini.
Aku melihat mas Arsya berjalan ke arah tempatku duduk, tangannya menyatu erat dengan seseorang di sebelahnya. Bahkan tanpa segan dia mencium punggung tangan itu, mereka terlihat seperti pasangan serasi lengkap dengan warna baju yang senada.
Dengan gerak cepat aku ambil tas dan air mineral di samping tempat duduk ku, hendak berjalan.
"Sial" ketus ku lirih, terlambat dengan jarak sedikit jauh dia sudah melihatku dan mata kami sudah bertemu pandang.Tidak mungkin lagi aku bisa menghindar, perlahan namun pasti mereka mendekati ku.
"Jesi di mana Sisi?" tanpa basa-basi mas Arsya langsung menanyakan keberadaan anaknya.
"Jesi apa kabar?" sapa Karla canggung seraya mengulurkan tangannya.
"seperti yang kau lihat, aku baik- baik saja, bahkan sangat baik" ku sambut uluran tangannya dan tersenyum kecut.
"Jesika di mana Sisi?" karena aku tak menjawab, mas Arsya bertanya lagi padaku. Dengan menyebut nama panjang ku, itu artinya dia sedang kesal padaku.
"Setelah mendapat seorang putra,sekarang kamu bahkan lupa akan hobi putrimu" bukannya menjawab, aku malah terang-terangan menyindirnya.
"Bukan begitu Jesi, tapi Sisi tidak ada di tempat biasanya bermain, makanya aku bertanya padamu!"
Aku melihat ke arah dimana tempat dia bermain dan benar saja, Sisi tidak ada di sana. pergi kemana anakku? pikirku sedikit panik, tempat yang begitu luas dan suasana yang ramai di akhir pekan membuat aku resah.
"Tenanglah, tidak usah takut kita cari sama-sama, dia pasti tidak jauh dari sini atau mungkin dia ke toilet" ujar Karla, melihat kepanikan di wajahku.
"Aku yang akan mencarinya sendiri"
"Tapi Jesi,aku khawatir biarkan kami ikut mencarinya"
"Sudahlah mas Arsya, aku mohon, belum saatnya Sisi tau tentang kalian sekarang, aku yakin Sisi tidak akan hilang," ucapku agar mereka tidak terlibat dalam pencarian Sisi, karena yang Sisi tahu mas Arsya pergi ke luar kota.
Aku pergi meninggalkan mereka, namun baru selangkah kakiku melewatinya, tangan hangat dan kekar itu menggenggam tanganku dan berhasil menghentikan langkahku.
"Jesi hati-hati" aku diam mendengar ucapan lembut mas Arsya,aku melepas tanpa menoleh.
Andai saja kamu seperti dulu mas, aku tidak akan melepaskan genggaman tanganmu dan hatiku akan berbunga mendengar tutur lembut mu. Terlintas masa lalu dalam benak ku.
Aku berjalan seraya mengedarkan pandanganku ke segala arah. Aku tersenyum dan mempercepat langkah untuk menghampiri gadis kecilku, yang sedang duduk di cafe yang ada di dalam tempat ini. Merasa lega, lelah dan tenggorokan kering, ku buka botol yang ada di tanganku. Belum sempat aku meminumnya, dari depan seseorang berjalan dengan cepat.
Bruk
Tanpa sengaja tubuh kami beradu dan aku menumpahkan air yang ku bawa ke jas branded nya.
"Maaf Tuan, aku tidak sengaja," gerak cepat membersihkan jas miliknya langsung dengan tanganku.
"Singkirkan tangan kotor mu itu!" ucapnya terdengar dingin dan ketus. Reflek aku melihat kedua telapak tanganku, tidak ada noda apapun yang terlihat.
"Wanita ceroboh," lanjutnya mengumpat ku terang-terangan seraya membuka jasnya. Di lemparkan jas miliknya ke arahku, dan berlalu pergi menuju lift yang hanya ada satu di tempat ini.
"Sombong sekali laki-laki itu, apa maksudnya melemparkan jasnya padaku? membuangnya atau aku di suruh mencucinya. gak jelas banget sih, memang dia terlihat tampan dan kaya tapi tidak seharusnya dia bersikap seperti itu juga" merasa bingung dengan tindakan yang kurang jelas.
kejadian yang tak terduga ini mengalihkan perhatian ku pada Sisi. Aku melihat ke arah di mana tadi Sisi berada, beruntung gadis kecilku masih duduk di sana, sepertinya sedang menunggu pesanan.
"Sisi sayang" aku memegang ke dua bahunya dari belakang, dia terkejut.
"Mama" Sisi menoleh, tersenyum ala iklan Pepsodent, menunjukkan gigi putihnya.
"Kenapa tidak bilang kalau sudah lelah?" tanyaku sembari ku tarik kursi duduk di sampingnya.
"Sorry Ma, aku haus dan pengen jus mangga, aku lihat tadi Mama cuma bawa air putih aja," jelasnya padaku.
"Tapi, harusnya Sisi bilang dulu ke Mama, bukan main ngeluyur sendiri begini, mama khawatir..., takut Sisi hilang atau kenapa-kenapa" naluri seorang Ibu, sedikit omelan pasti akan keluar dari mulut ketika anaknya membuat kesalahan.
"Iya Ma maaf" mengatupkan kedua tangannya, mencoba menghentikan Omelan ku, dengan memasang wajah imutnya.
"Mama itu jas Papa?" menunjuk barang yang ada di tanganku.
"Ini, bukan sayang" jawabku singkat.
"Lalu punya siapa?"
" Teman Mama, tadi nitip katanya, suruh taruh di tempat laundry," aku sengaja berbohong padanya, agar dia tidak terus bertanya.
"Oh..."
Tak lama kami berbincang, pesanan jus mangga datang, aku memesan pada pelayan kafe untuk makanan yang bukan Jung food. Aku memutuskan sekalian makan saja, mengingat Sisi tadi lama bermain pasti akan merasa lapar.
Melihat Sisi makan dengan lahap, aku merasa senang karena dia tidak protes dengan makanan yang aku pesan, itu tandanya dia benar lapar. Sebenarnya aku khawatir bila terlalu lama di sini, aku takut mas Arsya masih membuntuti dan nekat menemui ku.
Setelah semua pesanan habis di makan, aku mengajak sisi untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2023-01-15
1
Dehan
hallo kak.. salam kenal dari penjahit cantik
2022-07-06
0
Jh Carrol
Hai kak
salam kenal dari Gadisku ternyata miliader
mampir ya kak jika berkenan 🙏
2022-07-06
3