Bab 2 Makan malam 1

Sebelum pulang aku menyempatkan untuk naik ke lantai atas dan meninggalkan Sisi sebentar, untuk mencari tahu siapa laki-laki yang aku tabrak tadi. Dan akhirnya aku melihatnya ada di sebuah ruangan yang pintunya tidak tertutup rapat. Terlihat dia sedang uring-uringan. Merasa frustasi dengan kejadian yang baru terjadi, dia sedang mengumpat ku.

"Dasar wanita ceroboh, berani-beraninya dia menyentuhku dan menumpahkan air ke jas ku" umpatnya kesal, wajahnya memerah dengan tangan yang mengepal.

"Aarrgh" mengeluarkan amarahnya

Brak

Meja bergetar karena pukulan yang keras. Seseorang yang ada di depannya tidak gentar, tetap tenang seolah-olah melihat kejadian yang sudah biasa terjadi.

"Maaf Tuan, tadi saya_" ucap pria yang berdiri tegap di depannya terjeda, melihat satu tangan terangkat.

"Ken, siapa wanita itu? apakah dia tidak pernah melihat acara tv sehingga tidak tahu siapa saya" duduk bersandar di kursi kejayaannya seraya berfikir, masih ada orang yang tidak mengenalinya.

"Mungkin wanita itu hanya melihat sinetron, Tuan" jawab Ken yang asal menebak, laki-laki yang tak kalah tampan dan tegas.

"Aku menginginkan jas ku kembali Ken! bagaimanapun caranya, kamu tahu jas itu sangat berharga bagiku" sorot mata tajamnya menampakkan kesedihan yang mendalam, suara yang tegas namun pelan mengisyaratkan isi hatinya.

"Baik, Tuan" Ken menundukkan kepala, lalu pergi meninggalkan sang Tuan sendiri. Laki-laki itu seperti sekertaris yang setia.

Kemudian saat laki-laki yang bernama Ken itu keluar, aku pergi sembunyi di balik dinding pemisah. Lalu aku pun mengikutinya sampai di sebuah ruangan kecil.

Tanpa berfikir panjang Ken tahu kemana tempat yang harus di tuju, sebuah ruangan yang terdapat beberapa monitor untuk melihat situasi tempat ini. Dia mengecek cctv untuk melihat kronologi kejadian sekaligus mencari tahu tentang diriku.

"Sudah tahu jas itu begitu penting, kenapa harus di lemparkan" Ken menggelengkan kepala, sedikit merutuki kebodohan Tuannya. Setelah melihat kejadian lewat cctv.

Tidak sulit bagi seorang Ken untuk menemukan keberadaan ku, apalagi dengan kartu member yang sering ku pakai, di sana menunjukkan nama dan alamat lengkap rumahku.

Setelah aku tahu apa yang di lakukan nya, aku buru-buru pergi agar tidak ketahuan. Aku melewati ruangan Tuan sombong tadi.

Tuan muda yang sempat tersulut api kemarahan karena ulahnya sendiri, kini mulai duduk tenang setelah mendapat semua info tentang diriku. Tangannya bergerak menarik laci meja pada barisan pertama dan mengambil selembar foto yang tersimpan di dalam buku. Wajahnya nampak terlihat sangat sedih sekali.

Astaga, aku sudah seperti penguntit saja.

Aku sadar dengan apa yang ku lakukan, aku pun pergi.

Nathan Darwin Erlangga, penerus sekaligus pemilik dari Cakradana group. Perusahaan terbesar di negara ini, yang bergerak dalam berbagai bidang.

Salah satunya adalah Big Jum Trampoline park, tempat yang sering aku kunjungi setiap akhir pekan.

Tuan Nathan orang sering menyebutnya, wajahnya selalu wara-wiri di stasiun tv, terutama di berita bisnis berkelas.

* * *

Aku dan Sisi telah sampai di halaman rumah, aku melihat mobil mas Arsya sudah terparkir di garasi.

"Tumben jam segini sudah di rumah, biasanya juga belum pulang" aku bergumam dalam hati sembari memarkirkan mobil.

"Mama itu mobil Papa, berarti Papa dah pulang dari luar kota, ye...ye..." Sisi menunjuk mobil mas Arsya, bersorak kegirangan seperti mendapat kejutan yang menyenangkan.

Setiap kali mas Arsya pergi menginap di rumah Karla, aku selalu bilang kalau mas Arsya pergi ke luar kota. Sisi berlari menuju pintu dan langsung mendorongnya.

"Papa, Papa" teriaknya seraya merentangkan tangan melihat mas Arsya mondar-mandir.

"Sayang, anak Papa yang cantik, gimana kabarnya?" Mas Arsya menggendong Sisi dan menciumnya, nampak kekhawatiran di wajahnya.

"I'm ok Papa, hari ini sangat seru Papa" jawab Sisi, lalu menceritakan apa saja yang di lakukan nya tadi.

Gadis kecilku memang selalu berceloteh dengan Papanya, apapun tidak dia lewatkan setiap hal yang di lihat dan lakukan, dia akan bercerita dengan semangat.

Sudut bibirku terangkat tersenyum, aku selalu merasa hangat ketika melihat mereka berdua seperti ini, seolah lupa akan status mas Arsya.

Namun sesaat,mataku terbelalak, detak jantungku berpacu dengan cepat, ingin rasanya aku menarik Sisi dari pelukan mas Arsya dan membawanya pergi jauh.

Aku melihat Karla berada dalam rumah sedang tersenyum memandangi kami, ini benar-benar kejutan untukku. Akhirnya yang aku takutkan terjadi, mas Arsya membawa Karla ke rumah tanpa bilang padaku lebih tepatnya tanpa seizin ku.

Aku mencoba menetralkan emosiku, aku tidak mau Sisi melihat perubahan wajah dan sikapku. Ku tarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan.

"Sisi..." sapa nya lembut sembari berjalan menghampiri.

"Tante Karla" Sisi turun dari gendongan lalu memeluk Karla, matanya berbinar menyatakan ada kerinduan di sana.

Mas Arsya tersenyum melihat keakraban mereka berdua, dan aku entahlah sikap apa yang harus ku tunjukkan. Sejak dulu Karla memang sudah menyayangi Sisi seperti anaknya sendiri.

"Tante lama tidak main ke rumah Sisi, Sisi kangen pengen kaya dulu lagi bisa bermain bersama, jalan-jalan bareng Papa, Mama" keluh Sisi.

"Iya Sisi, maaf ya Tante banyak kerjaan, sayang" memberikan alasan yang mudah di terima.

"Sisi sayang, sebentar lagi malam, cepat naiklah bersihkan dirimu dan istirahatlah, Mama akan siapkan makan malam, setelah selesai Mama akan memanggilmu" tutur ku lembut padanya.

"Yah... Mama, aku kan masih kangen sama Tante Karla" menekuk mukanya, merasa kecewa, rupanya dia mulai merajuk.

"Anak cantiknya Papa, Tante masih akan lama di sini, dia akan ikut makan malam bersama kita, jadi kamu masih bisa ngobrol nanti" mas Arsya berjongkok berusaha membujuk Sisi yang sedang merajuk.

"Benarkah Mama?" Sisi melihat ke arahku, supaya aku membenarkan perkataan mas Arsya.

Gubrak

"Apa? ah i_ya sayang" aku menampilkan senyum palsu.

Dasar suami g*la, umpat ku dalam hati.

"Baiklah, Sisi ke atas dulu" ucap Sisi lalu berjalan ke arah tangga, baru naik anak tangga yang pertama Karla memangil Sisi.

Dia ingat punya hadiah yang di beli tadi lalu menyerahkan paper bag ke tangan Sisi. Merasa penasaran Sisi langsung membukanya.

"Wah, boneka Barbie, thank you Tante" ucapnya dengan girang.

"You are welcome" Karla mengusap kepala Sisi dengan sayang.

Anak-anak memang mudah di bujuk rayu saat mereka merajuk, sedikit di beri hadiah atau di sanjung, hatinya akan mudah luluh. Terkadang aku berfikir menjadi anak kecil itu menyenangkan, mudah bagi mereka untuk melupakan kesalahan orang lain. Sekarang berantem eh besoknya sudah baikan kembali.

Terpopuler

Comments

Reetha

Reetha

seru thorrr. setangkai bunga untukmu🥰

2022-06-24

3

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

kenpa suami ny selingkuh am si karla ini

2022-06-22

1

Pujiati

Pujiati

ceritanya seru

2022-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Tempat bermain
2 Bab 2 Makan malam 1
3 Bab 3 Makan malam 2
4 Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5 Bab 5 Menghadapi singa hutan
6 Bab 6 Mendapat kekerasan
7 Bab 7 Mendengar curahan hati
8 Bab 8 Menemui seseorang di toko
9 Ban 9 Masalah dalam toko
10 Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11 Bab 11 Map warna merah
12 Bab 12 Ganti Rugi
13 Bab 13 Perdebatan di restoran
14 Bab 14 Di buat merasa gila
15 Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16 Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17 Bab 17 Hari pertama bekerja
18 Bab 18 Tidak sengaja mencium
19 Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20 Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21 Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22 Bab 22 Kembali memaksa ku
23 Bab 23 Surprise menyenangkan
24 Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25 Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26 Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27 Bab 27 Gara-gara lemon
28 Bab 28 Ide sekertaris Ken
29 Bab 29 Hari libur
30 Bab 30 Muncul tiba-tiba
31 Bab 31 Kejadian memalukan
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Situasi berubah
34 Bab 34 Pernyataan Doni
35 Bab 35 Pindah tempat
36 Bab 36 Di percepat
37 Bab 37 Tahu tentangnya
38 Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39 Bab 39 The Wedding
40 Bab 40 Menunggunya pulang
41 Bab 41 Tidur bersama
42 Bab 42 Pagi yang buruk
43 Bab 43 Perkara pakaian
44 Bab 44 Bertemu mantan
45 Bab 45 Sakit
46 Bab 46 Dokter Arga
47 Bab 47 Mantan colon istri
48 Bab 48 Bertemu
49 Bab 49 Tamu
50 Bab 50 Pertengkaran saudara
51 Bab 51 Doni dan Erlangga
52 Bab 52 Menyiapkan air mandi
53 Bab 53 Temani mandi
54 Bab 54 Ponsel
55 Bab 55 Kabar duka
56 Bab 56 Rasa ingin tahu
57 Bab 57 Teka-teki
58 Bab 58 Hari yang menyenangkan
59 Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60 Bab 60 Butuh sendirian
61 Bab 61 Di bawa kabur
62 Bab 62 Menginginkan kembali
63 Bab 63 Mengakui
64 Bab 64 POV Nathan
65 Bab 65 Benci kelakuannya
66 Bab 66 Pura-pura tidur
67 Bab 67 Mengubah panggilan
68 Bab 68 Kembali ke Toko
69 Bab 69 Cerita Doni
70 Bab 70 Makan siang
71 Bab 71 Di bawa ke kantor
72 Bab 72 Permintaan maaf
73 Bab 73 Hampir kena tamparan
74 Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75 Bab 75 Biar saya yang melayani
76 Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77 Bab 77 Terimakasih suamiku
78 Bab 78 Baru pertamakali
79 Bab 79 Cara Vanesa
80 Bab 80 Kedatangan mantan
81 Bab 81 Permintaan yang sulit
82 Bab 82 Khawatir
83 Bab 83 Mood booster
84 Bab 84 Jangan panggil aku hey
85 Bab 85 Pergi untuk kembali
86 Bab 86 Permata
87 Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88 Bab 88 Dua Minggu
89 Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90 Bab 90 Acara festival
91 Bab 91 Pria tidak waras
92 Bab 92 Di kira janda
93 Bab 93 Lagi-lagi marah
94 Bab 94 Gagal sudah
95 Bab 95 Butuh obat
96 Bab 96 Di periksa
97 Bab 97 Maafkan aku
98 Bab 98 Ungkapan cinta
99 Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100 Bab 100 Kaulah takdirku
101 Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102 Bab 102 Putraku
103 Bab 103 Berandalan kecil
104 Bab 104 Menjauhlah dariku
105 Bab 105 Mungkin morning sick
106 Bab 106 Ke Rumah sakit
107 Bab 107 Di paksa lahir
108 Bab 108 Mirip Om Doni
Episodes

Updated 108 Episodes

1
bab 1 Tempat bermain
2
Bab 2 Makan malam 1
3
Bab 3 Makan malam 2
4
Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5
Bab 5 Menghadapi singa hutan
6
Bab 6 Mendapat kekerasan
7
Bab 7 Mendengar curahan hati
8
Bab 8 Menemui seseorang di toko
9
Ban 9 Masalah dalam toko
10
Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11
Bab 11 Map warna merah
12
Bab 12 Ganti Rugi
13
Bab 13 Perdebatan di restoran
14
Bab 14 Di buat merasa gila
15
Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16
Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17
Bab 17 Hari pertama bekerja
18
Bab 18 Tidak sengaja mencium
19
Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20
Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21
Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22
Bab 22 Kembali memaksa ku
23
Bab 23 Surprise menyenangkan
24
Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25
Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26
Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27
Bab 27 Gara-gara lemon
28
Bab 28 Ide sekertaris Ken
29
Bab 29 Hari libur
30
Bab 30 Muncul tiba-tiba
31
Bab 31 Kejadian memalukan
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Situasi berubah
34
Bab 34 Pernyataan Doni
35
Bab 35 Pindah tempat
36
Bab 36 Di percepat
37
Bab 37 Tahu tentangnya
38
Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39
Bab 39 The Wedding
40
Bab 40 Menunggunya pulang
41
Bab 41 Tidur bersama
42
Bab 42 Pagi yang buruk
43
Bab 43 Perkara pakaian
44
Bab 44 Bertemu mantan
45
Bab 45 Sakit
46
Bab 46 Dokter Arga
47
Bab 47 Mantan colon istri
48
Bab 48 Bertemu
49
Bab 49 Tamu
50
Bab 50 Pertengkaran saudara
51
Bab 51 Doni dan Erlangga
52
Bab 52 Menyiapkan air mandi
53
Bab 53 Temani mandi
54
Bab 54 Ponsel
55
Bab 55 Kabar duka
56
Bab 56 Rasa ingin tahu
57
Bab 57 Teka-teki
58
Bab 58 Hari yang menyenangkan
59
Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60
Bab 60 Butuh sendirian
61
Bab 61 Di bawa kabur
62
Bab 62 Menginginkan kembali
63
Bab 63 Mengakui
64
Bab 64 POV Nathan
65
Bab 65 Benci kelakuannya
66
Bab 66 Pura-pura tidur
67
Bab 67 Mengubah panggilan
68
Bab 68 Kembali ke Toko
69
Bab 69 Cerita Doni
70
Bab 70 Makan siang
71
Bab 71 Di bawa ke kantor
72
Bab 72 Permintaan maaf
73
Bab 73 Hampir kena tamparan
74
Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75
Bab 75 Biar saya yang melayani
76
Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77
Bab 77 Terimakasih suamiku
78
Bab 78 Baru pertamakali
79
Bab 79 Cara Vanesa
80
Bab 80 Kedatangan mantan
81
Bab 81 Permintaan yang sulit
82
Bab 82 Khawatir
83
Bab 83 Mood booster
84
Bab 84 Jangan panggil aku hey
85
Bab 85 Pergi untuk kembali
86
Bab 86 Permata
87
Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88
Bab 88 Dua Minggu
89
Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90
Bab 90 Acara festival
91
Bab 91 Pria tidak waras
92
Bab 92 Di kira janda
93
Bab 93 Lagi-lagi marah
94
Bab 94 Gagal sudah
95
Bab 95 Butuh obat
96
Bab 96 Di periksa
97
Bab 97 Maafkan aku
98
Bab 98 Ungkapan cinta
99
Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100
Bab 100 Kaulah takdirku
101
Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102
Bab 102 Putraku
103
Bab 103 Berandalan kecil
104
Bab 104 Menjauhlah dariku
105
Bab 105 Mungkin morning sick
106
Bab 106 Ke Rumah sakit
107
Bab 107 Di paksa lahir
108
Bab 108 Mirip Om Doni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!