Sebelum pulang aku menyempatkan untuk naik ke lantai atas dan meninggalkan Sisi sebentar, untuk mencari tahu siapa laki-laki yang aku tabrak tadi. Dan akhirnya aku melihatnya ada di sebuah ruangan yang pintunya tidak tertutup rapat. Terlihat dia sedang uring-uringan. Merasa frustasi dengan kejadian yang baru terjadi, dia sedang mengumpat ku.
"Dasar wanita ceroboh, berani-beraninya dia menyentuhku dan menumpahkan air ke jas ku" umpatnya kesal, wajahnya memerah dengan tangan yang mengepal.
"Aarrgh" mengeluarkan amarahnya
Brak
Meja bergetar karena pukulan yang keras. Seseorang yang ada di depannya tidak gentar, tetap tenang seolah-olah melihat kejadian yang sudah biasa terjadi.
"Maaf Tuan, tadi saya_" ucap pria yang berdiri tegap di depannya terjeda, melihat satu tangan terangkat.
"Ken, siapa wanita itu? apakah dia tidak pernah melihat acara tv sehingga tidak tahu siapa saya" duduk bersandar di kursi kejayaannya seraya berfikir, masih ada orang yang tidak mengenalinya.
"Mungkin wanita itu hanya melihat sinetron, Tuan" jawab Ken yang asal menebak, laki-laki yang tak kalah tampan dan tegas.
"Aku menginginkan jas ku kembali Ken! bagaimanapun caranya, kamu tahu jas itu sangat berharga bagiku" sorot mata tajamnya menampakkan kesedihan yang mendalam, suara yang tegas namun pelan mengisyaratkan isi hatinya.
"Baik, Tuan" Ken menundukkan kepala, lalu pergi meninggalkan sang Tuan sendiri. Laki-laki itu seperti sekertaris yang setia.
Kemudian saat laki-laki yang bernama Ken itu keluar, aku pergi sembunyi di balik dinding pemisah. Lalu aku pun mengikutinya sampai di sebuah ruangan kecil.
Tanpa berfikir panjang Ken tahu kemana tempat yang harus di tuju, sebuah ruangan yang terdapat beberapa monitor untuk melihat situasi tempat ini. Dia mengecek cctv untuk melihat kronologi kejadian sekaligus mencari tahu tentang diriku.
"Sudah tahu jas itu begitu penting, kenapa harus di lemparkan" Ken menggelengkan kepala, sedikit merutuki kebodohan Tuannya. Setelah melihat kejadian lewat cctv.
Tidak sulit bagi seorang Ken untuk menemukan keberadaan ku, apalagi dengan kartu member yang sering ku pakai, di sana menunjukkan nama dan alamat lengkap rumahku.
Setelah aku tahu apa yang di lakukan nya, aku buru-buru pergi agar tidak ketahuan. Aku melewati ruangan Tuan sombong tadi.
Tuan muda yang sempat tersulut api kemarahan karena ulahnya sendiri, kini mulai duduk tenang setelah mendapat semua info tentang diriku. Tangannya bergerak menarik laci meja pada barisan pertama dan mengambil selembar foto yang tersimpan di dalam buku. Wajahnya nampak terlihat sangat sedih sekali.
Astaga, aku sudah seperti penguntit saja.
Aku sadar dengan apa yang ku lakukan, aku pun pergi.
Nathan Darwin Erlangga, penerus sekaligus pemilik dari Cakradana group. Perusahaan terbesar di negara ini, yang bergerak dalam berbagai bidang.
Salah satunya adalah Big Jum Trampoline park, tempat yang sering aku kunjungi setiap akhir pekan.
Tuan Nathan orang sering menyebutnya, wajahnya selalu wara-wiri di stasiun tv, terutama di berita bisnis berkelas.
* * *
Aku dan Sisi telah sampai di halaman rumah, aku melihat mobil mas Arsya sudah terparkir di garasi.
"Tumben jam segini sudah di rumah, biasanya juga belum pulang" aku bergumam dalam hati sembari memarkirkan mobil.
"Mama itu mobil Papa, berarti Papa dah pulang dari luar kota, ye...ye..." Sisi menunjuk mobil mas Arsya, bersorak kegirangan seperti mendapat kejutan yang menyenangkan.
Setiap kali mas Arsya pergi menginap di rumah Karla, aku selalu bilang kalau mas Arsya pergi ke luar kota. Sisi berlari menuju pintu dan langsung mendorongnya.
"Papa, Papa" teriaknya seraya merentangkan tangan melihat mas Arsya mondar-mandir.
"Sayang, anak Papa yang cantik, gimana kabarnya?" Mas Arsya menggendong Sisi dan menciumnya, nampak kekhawatiran di wajahnya.
"I'm ok Papa, hari ini sangat seru Papa" jawab Sisi, lalu menceritakan apa saja yang di lakukan nya tadi.
Gadis kecilku memang selalu berceloteh dengan Papanya, apapun tidak dia lewatkan setiap hal yang di lihat dan lakukan, dia akan bercerita dengan semangat.
Sudut bibirku terangkat tersenyum, aku selalu merasa hangat ketika melihat mereka berdua seperti ini, seolah lupa akan status mas Arsya.
Namun sesaat,mataku terbelalak, detak jantungku berpacu dengan cepat, ingin rasanya aku menarik Sisi dari pelukan mas Arsya dan membawanya pergi jauh.
Aku melihat Karla berada dalam rumah sedang tersenyum memandangi kami, ini benar-benar kejutan untukku. Akhirnya yang aku takutkan terjadi, mas Arsya membawa Karla ke rumah tanpa bilang padaku lebih tepatnya tanpa seizin ku.
Aku mencoba menetralkan emosiku, aku tidak mau Sisi melihat perubahan wajah dan sikapku. Ku tarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan.
"Sisi..." sapa nya lembut sembari berjalan menghampiri.
"Tante Karla" Sisi turun dari gendongan lalu memeluk Karla, matanya berbinar menyatakan ada kerinduan di sana.
Mas Arsya tersenyum melihat keakraban mereka berdua, dan aku entahlah sikap apa yang harus ku tunjukkan. Sejak dulu Karla memang sudah menyayangi Sisi seperti anaknya sendiri.
"Tante lama tidak main ke rumah Sisi, Sisi kangen pengen kaya dulu lagi bisa bermain bersama, jalan-jalan bareng Papa, Mama" keluh Sisi.
"Iya Sisi, maaf ya Tante banyak kerjaan, sayang" memberikan alasan yang mudah di terima.
"Sisi sayang, sebentar lagi malam, cepat naiklah bersihkan dirimu dan istirahatlah, Mama akan siapkan makan malam, setelah selesai Mama akan memanggilmu" tutur ku lembut padanya.
"Yah... Mama, aku kan masih kangen sama Tante Karla" menekuk mukanya, merasa kecewa, rupanya dia mulai merajuk.
"Anak cantiknya Papa, Tante masih akan lama di sini, dia akan ikut makan malam bersama kita, jadi kamu masih bisa ngobrol nanti" mas Arsya berjongkok berusaha membujuk Sisi yang sedang merajuk.
"Benarkah Mama?" Sisi melihat ke arahku, supaya aku membenarkan perkataan mas Arsya.
Gubrak
"Apa? ah i_ya sayang" aku menampilkan senyum palsu.
Dasar suami g*la, umpat ku dalam hati.
"Baiklah, Sisi ke atas dulu" ucap Sisi lalu berjalan ke arah tangga, baru naik anak tangga yang pertama Karla memangil Sisi.
Dia ingat punya hadiah yang di beli tadi lalu menyerahkan paper bag ke tangan Sisi. Merasa penasaran Sisi langsung membukanya.
"Wah, boneka Barbie, thank you Tante" ucapnya dengan girang.
"You are welcome" Karla mengusap kepala Sisi dengan sayang.
Anak-anak memang mudah di bujuk rayu saat mereka merajuk, sedikit di beri hadiah atau di sanjung, hatinya akan mudah luluh. Terkadang aku berfikir menjadi anak kecil itu menyenangkan, mudah bagi mereka untuk melupakan kesalahan orang lain. Sekarang berantem eh besoknya sudah baikan kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Reetha
seru thorrr. setangkai bunga untukmu🥰
2022-06-24
3
🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
kenpa suami ny selingkuh am si karla ini
2022-06-22
1
Pujiati
ceritanya seru
2022-05-20
1