Bab 3 Makan malam 2

Aku menuju dapur memasang celemek siap untuk membuat sajian makan malam, aku sudah terbiasa dengan hal itu. Meskipun ada asisten rumah tangga, dia hanya membantu sekedarnya.

Dengan gaya bak seorang model, Karla mendekatiku mencoba mencari celah dalam diam ku.

"Jesi aku akan membantumu" katanya ramah seraya menyunggingkan senyum manisnya yang telah membuat mas Arsya jatuh cinta.

"Tidak perlu, kau adalah tamuku sebaiknya kau duduk dan temani mas Arsya, lagian tangan halus dan jari lentik mu itu nanti malah terkena pisau tajam ku ini" jawabku sembari ku potong wortel yang akan ku jadikan sup.

"Duduklah dekat mas Arsya, mba Asih akan mengantarkan teh dan kopi untuk kalian" sambung ku.

Ucapan panjang ku yang menohok, membuat Karla tidak berani mengeluarkan suara lagi dan akhirnya dia menuruti perkataan ku untuk duduk dekat mas Arsya.

Aku lirik mereka sekilas, benar-benar tidak tahu malu senyam-senyum bercanda tawa seperti tak punya rasa bersalah. Mereka lupa akan permintaanku untuk tidak berkunjung ke rumah, sebelum aku bisa menjelaskan semua pada Sisi.

Ish...miris sekali nasibku sudah yatim piatu, di khianati pula oleh suami dan sahabatku. Tanganku bergerak lincah begitu juga dengan pikiran ku sudah berlarian kemana-mana.

Tak butuh waktu lama makanan telah tertata rapi di atas meja, mas Arsya dan Karla juga sudah duduk di sana. Mas Arsya duduk di ujung meja, aku dan Karla duduk di samping, kami saling berhadapan.

"Mba Asih, tolong panggilkan sisi" pintaku pada asisten rumah tangga.

"Baik Bu" jawab mba Asih, wanita paruh baya yang sudah bekerja denganku sejak aku mulai mengandung.

Tak berselang lama sisi turun bersama mba Asih, dia duduk manis dekat denganku. Sebelum mengambilkan Sisi biasanya aku melayani mas Arsya terlebih dahulu.

"Mas Arsya, kau mau yang mana?" tanyaku dan Karla bersamaan, memberikan pilihan ayam goreng atau ikan, setelah sebelumnya ku taruh nasi di piringnya.

Mas Arsya hanya tersenyum melihat kami, seperti raja di layani para istrinya yang setia, pikirnya mungkin begitu.

"Mama, Tante, kenapa kalian bisa kompak begitu? tidak adakah yang bisa memberiku duluan?" ucapan Sisi membuat aku dan Karla saling pandang, terdiam sesaat.

"Baiklah Sisi, karena Tante sudah lama tak memanjakan mu, Tante akan melayani tuan putri" ucap Karla sembari mengambilkan nasi, sayur dan ayam goreng ke dalam piring Sisi.

"Terimakasih tante"

Bukan cuma suara sendok dan piring yang beradu, tapi juga celotehan Sisi meramaikan suasana, mas Arsya dan Karla yang selalu sahut menyahut dengan Sisi. Aku hanya menjadi penonton dan pendengar setia, tak lupa senyum ku tampilkan agar benar terlihat seperti keluarga bahagia.

Huh sudah malas dengan keadaan ini, keluhku dalam hati.

Ting tong, Ting tong

Suara bel rumah terdengar, dengan sigap mba Asih melangkah untuk membuka pintu namun aku cegah, bukan maksudku untuk tidak ingin menerima tamu, tapi ini kesempatanku untuk beranjak dari lingkaran luas namun terasa sesak.

"Ibu" sapa ku, terperangah karena melihatnya menggendong seorang bayi, hingga aku lupa untuk mencium punggung tangannya.

"Jesi, tolonglah bawa ini, dia sedang tidur dan sedikit berat" ibu menyerahkan tas yang ukurannya sedikit besar, pasti isinya perlengkapan si bayi.

"Eh_ iya Bu, mari silahkan masuk" aku mengajaknya masuk dan mempersilahkan untuk duduk.

Aku meletakkan tas yang ku bawa di atas sofa, saat aku hendak memanggil mas Arsya dan Karla ternyata mereka sudah berjalan ke arah ruang tamu. Sepertinya mereka sudah tahu kalau ibu akan datang ke sini.

Bagaimana ini? apa yang akan di tanyakan Sisi nanti? haruskah Sisi tahu tentang mereka Sekarang? Rentetan pertanyaan berkecamuk di pikiranku. Membuat aku pusing tapi aku harus tegar. Mungkin apa yang harus di tahan memang sudah tidak bisa di pertahankan.

"Nenek..." panggil sisi seraya berlari dari arah ruang makan hendak memeluknya, tapi tertahan karena dia melihat neneknya menggendong bayi.

Dia mengerutkan dahi, heran, siapa yang sedang dalam pelukan neneknya itu, tak mau di buat lama penasaran, langsung saja dia bertanya.

"Bayi siapa ini Nek?" Sisi mendekat seraya memegang kepala si bayi.

"Sisi sayang, ini_"

"Ibu!" dengan nada menekan aku memotong ucapan ibu yang akan menjelaskan bayi itu sebenarnya. Ku lihat ibu merasa kesal padaku.

"Ini anak Tante Karla, Sisi" ucap Karla lalu mengambil bayinya dari tangan ibu.

"Benarkah? kapan Tante menikah? kenapa tidak mengundangku dan mama juga Papa?" rentetan pertanyaan lolos tanpa jeda dari mulut Sisi.

"Lalu di mana papanya? kenapa tidak ikut?" lanjutnya to the poin.

Suasana menjadi sunyi, kami terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing, pertanyaannya sesuai dengan dugaan ku. Rasa penasaran akan memenuhi pikirannya.

"Sayang ini kan sudah malam, waktunya untuk tidur kembalilah ke kamarmu, tidak baik jika tidur larut malam" ujar ku agar Sisi cepat pergi meninggalkan kami, para orang dewasa dengan permasalahannya.

"Tapi Ma, Nenek kan baru datang" memberi alasan untuk tetap di tengah kami dan aku tahu Sisi menunggu jawaban dari banyak pertanyaannya.

"Benar Sisi, nenek masih kangen baru juga datang, masak mau di tinggal tidur, sini duduk dekat Nenek" ucapan Ibu Widya, mertuaku. Berhasil membuat Sisi bertahan, duduk dengan tenang dekat neneknya.

Aku melihat ke arah mas Arsya, supaya dia bisa membujuk Sisi dan ibunya, tapi dia hanya cuek seraya mengangkat bahunya.

"Sisi lihatlah anak Tante begitu gemuk, lucu dan menggemaskan. Apakah Sisi suka?" Karla mendekat memperlihatkan bayi imut itu.

Aku pikir Karla akan membantuku dengan kata-kata manisnya, tapi malah membuatku semakin gelisah.

"Tentu saja Tante" jawab Sisi sumringah

"Apakah Sisi senang kalau punya adik seperti Deri? anak Tante Karla" timpal Bu Widya, Sisi tampak berfikir.

"Apa mama hamil Nek?" bukanya menjawab malah memberikan pertanyaan yang membuat mas Arsya memandangiku dengan tajam. Entah apa yang dia pikirkan.

"Sisi andaikan adik Deri ini adalah_"

"Ibu, aku mohon hentikan!" suaraku meninggi, karena emosiku mulai terpancing

"Jesika, kamu berani membentak Ibu mertuamu, lancang sekali kamu" hardik ibu Widya yang terlihat begitu marah.

"Bukan maksudku begitu,Ibu" ucapku pelan, agar Ibu tenang kembali.

"Jesi, sudah saatnya Sisi tahu, dia sudah besar pasti bisa mengerti, mau sampai kapan kamu bungkam? kasihan Karla, kasihan suamimu yang harus terus berbohong. Jangan kau tutupi lagi kebenaran yang seharusnya dari dulu terungkap" ucap Bu Widya panjang lebar, dan membuatku terpojok.

"Benar Jesi, aku sudah lelah dengan kebohongan ini, mengertilah jangan kau terus egois" keluh mas Arsya, mengungkapkan apa yang di rasa selama ini.

Hah, seharusnya aku yang lelah bukan dengan situasi ini, aku yang sudah tersakiti di sini dan aku yang harus pura-pura bahagia demi anak kita agar tetap bahagia, agar hati dan pikirannya tidak terguncang, kenapa aku yang jadi seperti bersalah karena ulah kalian.

Aku hanya diam, menatap manik mata mas Arsya dengan nanar, namun pikiranku telah bermonolog tanpa ku perintah.

Sisi yang melihat, mendengar, dan menyimak perdebatan kami terlihat syok. Baru kali ini dia melihat secara live drama pertengkaran rumah tangga. Selama ini kami selalu terlihat harmonis di matanya.

"Aku ingin Sisi tahu dan menerima Deri sebagai_"

"Stop mas, biarkan aku yang menjelaskan semua pada sisi, aku tidak mau pikiran polosnya terganggu karena banyaknya cerita dari kita semua. Lihatlah dia sudah tegang dengan situasi ini" ujar ku melihat Sisi yang hanya diam dan tak menggerakkan tubuhnya, sorot matanya sudah jauh menerawang entah kemana. Pada akhirnya semua mata tertuju pada Sisi yang hanya mematung dengan tatapan kosong.

Suasana hening tercipta, hingga terdengar suara langkah.

Terpopuler

Comments

Dehan

Dehan

sudah aku favoritin ya kak..
saling dukung kak.. 😊

2022-07-06

0

Nisa Nisa

Nisa Nisa

mau maunya bohong yg ujung-ujungnya diri sndiri dipersalahkan.. harusnya dari awal dijelaskan pelan pelan gk bisa apa memperkirakan bahwa bangkai gk bisa terus ditutupi.. akhirnya malah anaknya tahu dgn cara lebih menyakitkan

2022-04-25

2

Astuty Nuraeni

Astuty Nuraeni

aku mampir kak..

2022-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Tempat bermain
2 Bab 2 Makan malam 1
3 Bab 3 Makan malam 2
4 Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5 Bab 5 Menghadapi singa hutan
6 Bab 6 Mendapat kekerasan
7 Bab 7 Mendengar curahan hati
8 Bab 8 Menemui seseorang di toko
9 Ban 9 Masalah dalam toko
10 Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11 Bab 11 Map warna merah
12 Bab 12 Ganti Rugi
13 Bab 13 Perdebatan di restoran
14 Bab 14 Di buat merasa gila
15 Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16 Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17 Bab 17 Hari pertama bekerja
18 Bab 18 Tidak sengaja mencium
19 Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20 Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21 Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22 Bab 22 Kembali memaksa ku
23 Bab 23 Surprise menyenangkan
24 Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25 Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26 Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27 Bab 27 Gara-gara lemon
28 Bab 28 Ide sekertaris Ken
29 Bab 29 Hari libur
30 Bab 30 Muncul tiba-tiba
31 Bab 31 Kejadian memalukan
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Situasi berubah
34 Bab 34 Pernyataan Doni
35 Bab 35 Pindah tempat
36 Bab 36 Di percepat
37 Bab 37 Tahu tentangnya
38 Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39 Bab 39 The Wedding
40 Bab 40 Menunggunya pulang
41 Bab 41 Tidur bersama
42 Bab 42 Pagi yang buruk
43 Bab 43 Perkara pakaian
44 Bab 44 Bertemu mantan
45 Bab 45 Sakit
46 Bab 46 Dokter Arga
47 Bab 47 Mantan colon istri
48 Bab 48 Bertemu
49 Bab 49 Tamu
50 Bab 50 Pertengkaran saudara
51 Bab 51 Doni dan Erlangga
52 Bab 52 Menyiapkan air mandi
53 Bab 53 Temani mandi
54 Bab 54 Ponsel
55 Bab 55 Kabar duka
56 Bab 56 Rasa ingin tahu
57 Bab 57 Teka-teki
58 Bab 58 Hari yang menyenangkan
59 Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60 Bab 60 Butuh sendirian
61 Bab 61 Di bawa kabur
62 Bab 62 Menginginkan kembali
63 Bab 63 Mengakui
64 Bab 64 POV Nathan
65 Bab 65 Benci kelakuannya
66 Bab 66 Pura-pura tidur
67 Bab 67 Mengubah panggilan
68 Bab 68 Kembali ke Toko
69 Bab 69 Cerita Doni
70 Bab 70 Makan siang
71 Bab 71 Di bawa ke kantor
72 Bab 72 Permintaan maaf
73 Bab 73 Hampir kena tamparan
74 Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75 Bab 75 Biar saya yang melayani
76 Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77 Bab 77 Terimakasih suamiku
78 Bab 78 Baru pertamakali
79 Bab 79 Cara Vanesa
80 Bab 80 Kedatangan mantan
81 Bab 81 Permintaan yang sulit
82 Bab 82 Khawatir
83 Bab 83 Mood booster
84 Bab 84 Jangan panggil aku hey
85 Bab 85 Pergi untuk kembali
86 Bab 86 Permata
87 Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88 Bab 88 Dua Minggu
89 Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90 Bab 90 Acara festival
91 Bab 91 Pria tidak waras
92 Bab 92 Di kira janda
93 Bab 93 Lagi-lagi marah
94 Bab 94 Gagal sudah
95 Bab 95 Butuh obat
96 Bab 96 Di periksa
97 Bab 97 Maafkan aku
98 Bab 98 Ungkapan cinta
99 Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100 Bab 100 Kaulah takdirku
101 Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102 Bab 102 Putraku
103 Bab 103 Berandalan kecil
104 Bab 104 Menjauhlah dariku
105 Bab 105 Mungkin morning sick
106 Bab 106 Ke Rumah sakit
107 Bab 107 Di paksa lahir
108 Bab 108 Mirip Om Doni
Episodes

Updated 108 Episodes

1
bab 1 Tempat bermain
2
Bab 2 Makan malam 1
3
Bab 3 Makan malam 2
4
Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5
Bab 5 Menghadapi singa hutan
6
Bab 6 Mendapat kekerasan
7
Bab 7 Mendengar curahan hati
8
Bab 8 Menemui seseorang di toko
9
Ban 9 Masalah dalam toko
10
Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11
Bab 11 Map warna merah
12
Bab 12 Ganti Rugi
13
Bab 13 Perdebatan di restoran
14
Bab 14 Di buat merasa gila
15
Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16
Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17
Bab 17 Hari pertama bekerja
18
Bab 18 Tidak sengaja mencium
19
Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20
Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21
Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22
Bab 22 Kembali memaksa ku
23
Bab 23 Surprise menyenangkan
24
Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25
Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26
Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27
Bab 27 Gara-gara lemon
28
Bab 28 Ide sekertaris Ken
29
Bab 29 Hari libur
30
Bab 30 Muncul tiba-tiba
31
Bab 31 Kejadian memalukan
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Situasi berubah
34
Bab 34 Pernyataan Doni
35
Bab 35 Pindah tempat
36
Bab 36 Di percepat
37
Bab 37 Tahu tentangnya
38
Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39
Bab 39 The Wedding
40
Bab 40 Menunggunya pulang
41
Bab 41 Tidur bersama
42
Bab 42 Pagi yang buruk
43
Bab 43 Perkara pakaian
44
Bab 44 Bertemu mantan
45
Bab 45 Sakit
46
Bab 46 Dokter Arga
47
Bab 47 Mantan colon istri
48
Bab 48 Bertemu
49
Bab 49 Tamu
50
Bab 50 Pertengkaran saudara
51
Bab 51 Doni dan Erlangga
52
Bab 52 Menyiapkan air mandi
53
Bab 53 Temani mandi
54
Bab 54 Ponsel
55
Bab 55 Kabar duka
56
Bab 56 Rasa ingin tahu
57
Bab 57 Teka-teki
58
Bab 58 Hari yang menyenangkan
59
Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60
Bab 60 Butuh sendirian
61
Bab 61 Di bawa kabur
62
Bab 62 Menginginkan kembali
63
Bab 63 Mengakui
64
Bab 64 POV Nathan
65
Bab 65 Benci kelakuannya
66
Bab 66 Pura-pura tidur
67
Bab 67 Mengubah panggilan
68
Bab 68 Kembali ke Toko
69
Bab 69 Cerita Doni
70
Bab 70 Makan siang
71
Bab 71 Di bawa ke kantor
72
Bab 72 Permintaan maaf
73
Bab 73 Hampir kena tamparan
74
Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75
Bab 75 Biar saya yang melayani
76
Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77
Bab 77 Terimakasih suamiku
78
Bab 78 Baru pertamakali
79
Bab 79 Cara Vanesa
80
Bab 80 Kedatangan mantan
81
Bab 81 Permintaan yang sulit
82
Bab 82 Khawatir
83
Bab 83 Mood booster
84
Bab 84 Jangan panggil aku hey
85
Bab 85 Pergi untuk kembali
86
Bab 86 Permata
87
Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88
Bab 88 Dua Minggu
89
Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90
Bab 90 Acara festival
91
Bab 91 Pria tidak waras
92
Bab 92 Di kira janda
93
Bab 93 Lagi-lagi marah
94
Bab 94 Gagal sudah
95
Bab 95 Butuh obat
96
Bab 96 Di periksa
97
Bab 97 Maafkan aku
98
Bab 98 Ungkapan cinta
99
Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100
Bab 100 Kaulah takdirku
101
Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102
Bab 102 Putraku
103
Bab 103 Berandalan kecil
104
Bab 104 Menjauhlah dariku
105
Bab 105 Mungkin morning sick
106
Bab 106 Ke Rumah sakit
107
Bab 107 Di paksa lahir
108
Bab 108 Mirip Om Doni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!