Bab 4 Tersentuh ke dua kali

Tap, tap, tap.

Derap langkahnya jelas terdengar. pria yang masih muda terlihat tampan dan gagah dengan menggunakan pakaian kerjanya lengkap, jas warna hitam, dasi dan juga sepatu pantofel nya. Menundukkan kepala memberi hormat.

Semua mata beralih ke arah sumber suara, lalu berdiri serempak, raut wajah mas Arsya berubah sumringah. Senyum bibirnya melebar tanpa beban, dia menundukkan kepalanya, eh tapi ada yang aneh dengan situasi ini, bukan cuma mas Arsya tapi ibu dan Karla juga melakukan hal yang sama.

Siapa dia, aku seperti pernah melihatnya? bertamu malam-malam begini, dan ada apa dengan mereka? kenapa mereka begitu hormat? aku bertanya-tanya dalam batinku.

"Selamat malam, Tuan Arsya Sanjaya" sapa orang itu dengan sopan.

"Selamat malam Pak Ken, mari silahkan duduk" kata mas Arsya. Oh namanya Ken...

"Tidak perlu Tuan, saya mencari nyonya Jesika Arsya Sanjaya" Ken tak mau basa-basi dan tak mau lama-lama, tersenyum dia melihatku.

Aku terperanjat seraya menunjuk diriku sendiri

"Benar nyonya" tersenyum, matanya melihatku dengan intens.

"Ada apa dengan istriku? Pak Ken" tanya mas Arsya, penasaran.

"Tuan muda ingin bertemu dengan nyonya Jesika dan menyuruhnya mengembalikan jas yang di bawa nyonya Jesika" ucap sekertaris Ken menjelaskan tujuannya.

"Apa!" ucap mas Arsya, Ibu dan Karla bersamaan, terkejut mendengar perkataan Ken. Mereka memandangiku dengan sorot mata berbeda, terlebih sorot mata mas Arsya yang tajam dan penuh tanya.

Mereka berfikir aku telah amat berani melakukan hal itu.

"Oh, jas orang sombong tadi" ucapku santai tapi langsung menyindir.

"Jesi, jaga bicaramu!" sentak mas arsya, menurutnya ucapan ku sudah keterlaluan. Karena sudah menghina seseorang yang telah menanamkan modal besar di perusahaannya sehingga berkembang dengan baik.

"Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan?" mas Arsya menggoyangkan lenganku, meminta penjelasan.

"Baiklah Pak Ken, saya akan mengembalikannya" aku tidak menjawab pertanyaan mas Arsya yang sepertinya menaruh curiga, aku berpikir akan menjelaskannya setelah pulang.

"Tunggu sebentar, saya akan ambil kunci mobil dulu" pintaku untuk menunggu.

"Nyonya tidak perlu membawa mobil, ikut dengan saya saja."

Perkataannya menghentikan langkahku, huf...dia pikir aku akan kabur apa.

"Masalahnya jas tertinggal di dalam mobil, belum sempat saya bawa masuk" terang ku padanya.

Sekertaris Ken hanya menganggukkan kepala. Setelah ku dapat kunci mobilnya, aku melihat Sisi, merasa sedih harus meninggalkannya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku serahkan Sisi pada mas Arsya, berharap agar mas Arsya tidak memperkeruh suasana hati anaknya.

Dalam perjalanan hanya keheningan yang ada di dalam mobil. Aku tidak berniat bertanya apapun pada Ken, begitu juga sebaliknya. Terkadang dia melirikku sesekali lewat kaca spion, melihatku yang cuma diam dan melamun. Aku teringat akan Sisi dan keruwetan rumah tanggaku, bukan berpikir bagaimana cara menghadapi Tuan sombong itu.

Perjalanan yang lumayan jauh tapi tak terasa, karena sudah malam dan pastinya tidak terkena macet.

Mobil mewah yang aku tumpangi sudah memasuki perumahan elit, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memasuki kawasan ini. Aku juga baru pertama kali masuk daerah ini, aku arahkan pandangan ke kanan dan ke kiri, hanya ada beberapa rumah yang berdiri kokoh dengan gerbang-gerbang yang menjulang tinggi.

Aku telah sampai di depan gerbang yang paling tinggi di antara rumah lainnya dan terlihat paling megah.

Ken membunyikan klaksonnya agar ada yang akan membukanya dari dalam, pikirku.

Sekali klakson berbunyi pintu yang megah itu terbuka.

Hei, siapa yang membukakan pintu gerbangnya? kenapa tidak ada orang? tanyaku dalam hati setelah turun dari mobil, dan tak lupa membawa jas yang telah aku masukkan dalam paper bag.

"Serem, ngomong-ngomong sepi sekali rumahnya?" tanyaku, terus berjalan mengekor di belakang sekertaris Ken. Dia menoleh ke belakang tak menjawab pertanyaan ku melainkan hanya tersenyum, seolah-olah mengatakan bahwa rumahnya seseram yang punya.

Apa, dia hanya tersenyum dan senyumnya itu_, kenapa sulit di artikan. Dalam hatiku berbicara.

Sampailah pintu terbuka dari dalam, aku lihat ada laki-laki paruh baya di balik pintu, dia menundukkan kepalanya lalu mundur selangkah menatap ku heran.

"Sekertaris Ken sudah di tunggu Tuan di ruang kerjanya" ucapnya lalu menutup pintu kembali.

"Baiklah terimakasih Pak Didi."

Mataku memindai setiap ruangan, terlihat rapi dari sofa, lemari yang di dalamnya banyak barang-barang antik semua terlihat mewah, bahkan lantai yang ku pijak ini, mungkin harganya melebihi jatah bulanan ku dari mas Arsya. Perpaduan warna putih, cream dan coklat memberikan kesan klasik modern yang lembut. Terlalu asik memandangi ruangannya sampai aku tak melihat kami sudah sampai depan pintu dan saat aku berbalik wajahku menabrak punggung kekar sekertaris Ken. Aku meminta maaf seraya tersenyum malu, sekertaris Ken hanya melihatku datar tanpa ekspresi, lalu dia mengetuk pintu.

Tok, tok

Mendengar suara dari dalam, sekertaris Ken membuka pintu dan menyuruhku untuk masuk.

Tak lupa sekertaris Ken menundukkan kepala meskipun orang yang di depannya sedang membelakangi, tak lama orang itu membalikkan badannya dan mata tajamnya itu langsung menuju ke arahku. Melihat ku dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku yang di lihat dengan cara seperti itu merasa bingung, ku lihat diriku sendiri dan tak ada yang aneh, pakaian ku juga terbilang sopan, celana jeans, T-shirt, dan sepatu kets, gaya emak-emak masa kini. Lalu apa masalahnya? kenapa dia menatapku dengan sinis dan tersenyum menyeringai?

Seseorang yang di bilang Tuan muda itu berdiri berjalan ke depan menyenderkan bokongnya di meja kerjanya seraya menyilang kan kakinya tak lupa kedua tangan di lipat di bagian dada.

"Tuan, ini nyonya Jesika Arsya Sanjaya" sekertaris Ken memperkenalkan ku dengan jelas menyebut namaku.

"Selamat malam Tuan" sapa ku dengan senyum lalu menundukkan kepala, mengingat kesalahan ku tadi siang sebisa mungkin aku tidak memancing kemarahannya.

Dia hanya diam melihat ku tanpa ekspresi, sekertaris Ken juga hanya diam membuat aku bingung, harus bagaimana?

"Hehe, ini Tuan" aku maju beberapa langkah menyerahkan paper bag yang di dalamnya ada jas branded miliknya.

"Stop! kembali ke tempatmu" tangannya terangkat memberi peringatan kepadaku untuk tidak mendekat, aku pun mundur kembali ke tempat ku semula.

"Ken, ambil dan periksa" memberi perintah dengan suara tegas.

"Baik Tuan" Ken mengambil paper bag dari tanganku lalu mengeluarkan isinya memeriksa apakah ada yang rusak atau tidak.

"Tuan ini_" sekertaris Ken menunjukkan ada noda di lengan jas itu.

"Ups" ku tutup mulut dengan satu tangan, aku lupa tanpa sengaja jas itu ketumpahan susu coklat kemasan botol oleh Sisi.

Tuan Nathan langsung menyambar jasnya dari tangan sekertaris Ken, melihat lalu menciumnya, terlihat dari wajahnya dia merasa jijik, lalu melemparkannya ke mukaku. Secara langsung aku bisa mencium aroma parfum yang lembut dan tidak menyengat.

"Apa yang sudah kau lakukan? ha" dengan muka yang memerah dan rahang yang mengeras dia berteriak marah kepadaku. Namun dia tidak sadar dengan tindakannya itu membuat jasnya tersentuh ke dua kali olehku.

"Maaf Tuan" hanya satu kata yang bisa terucap

"Maaf, berapa kali kau meminta maaf tidak cukup untuk mengembalikan kesucian jas milikku" sudut bibirnya terangkat sesaat, terlihat jelas dia menghinaku. Aku di buat bingung dengan kata 'kesucian.'

Apa jas ini selalu di cuci dengan kembang tujuh rupa setiap malam Jumat, pikiranku tiba-tiba horor dan negatif. Aku merasa merinding takut, apa yang akan dia lakukan padaku setelah ini?

Bersambung...

Minta dukungan like nya ya teman-teman 😊, ini karyaku yang pertama yang masih banyak kekurangan, mudah-mudahan menghibur...

Terimakasih buat yang sudah kasih like🙏

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

masih nyimak

2022-06-22

1

玫瑰

玫瑰

Ngawur 😁😂

2022-05-04

1

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Tempat bermain
2 Bab 2 Makan malam 1
3 Bab 3 Makan malam 2
4 Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5 Bab 5 Menghadapi singa hutan
6 Bab 6 Mendapat kekerasan
7 Bab 7 Mendengar curahan hati
8 Bab 8 Menemui seseorang di toko
9 Ban 9 Masalah dalam toko
10 Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11 Bab 11 Map warna merah
12 Bab 12 Ganti Rugi
13 Bab 13 Perdebatan di restoran
14 Bab 14 Di buat merasa gila
15 Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16 Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17 Bab 17 Hari pertama bekerja
18 Bab 18 Tidak sengaja mencium
19 Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20 Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21 Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22 Bab 22 Kembali memaksa ku
23 Bab 23 Surprise menyenangkan
24 Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25 Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26 Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27 Bab 27 Gara-gara lemon
28 Bab 28 Ide sekertaris Ken
29 Bab 29 Hari libur
30 Bab 30 Muncul tiba-tiba
31 Bab 31 Kejadian memalukan
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Situasi berubah
34 Bab 34 Pernyataan Doni
35 Bab 35 Pindah tempat
36 Bab 36 Di percepat
37 Bab 37 Tahu tentangnya
38 Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39 Bab 39 The Wedding
40 Bab 40 Menunggunya pulang
41 Bab 41 Tidur bersama
42 Bab 42 Pagi yang buruk
43 Bab 43 Perkara pakaian
44 Bab 44 Bertemu mantan
45 Bab 45 Sakit
46 Bab 46 Dokter Arga
47 Bab 47 Mantan colon istri
48 Bab 48 Bertemu
49 Bab 49 Tamu
50 Bab 50 Pertengkaran saudara
51 Bab 51 Doni dan Erlangga
52 Bab 52 Menyiapkan air mandi
53 Bab 53 Temani mandi
54 Bab 54 Ponsel
55 Bab 55 Kabar duka
56 Bab 56 Rasa ingin tahu
57 Bab 57 Teka-teki
58 Bab 58 Hari yang menyenangkan
59 Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60 Bab 60 Butuh sendirian
61 Bab 61 Di bawa kabur
62 Bab 62 Menginginkan kembali
63 Bab 63 Mengakui
64 Bab 64 POV Nathan
65 Bab 65 Benci kelakuannya
66 Bab 66 Pura-pura tidur
67 Bab 67 Mengubah panggilan
68 Bab 68 Kembali ke Toko
69 Bab 69 Cerita Doni
70 Bab 70 Makan siang
71 Bab 71 Di bawa ke kantor
72 Bab 72 Permintaan maaf
73 Bab 73 Hampir kena tamparan
74 Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75 Bab 75 Biar saya yang melayani
76 Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77 Bab 77 Terimakasih suamiku
78 Bab 78 Baru pertamakali
79 Bab 79 Cara Vanesa
80 Bab 80 Kedatangan mantan
81 Bab 81 Permintaan yang sulit
82 Bab 82 Khawatir
83 Bab 83 Mood booster
84 Bab 84 Jangan panggil aku hey
85 Bab 85 Pergi untuk kembali
86 Bab 86 Permata
87 Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88 Bab 88 Dua Minggu
89 Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90 Bab 90 Acara festival
91 Bab 91 Pria tidak waras
92 Bab 92 Di kira janda
93 Bab 93 Lagi-lagi marah
94 Bab 94 Gagal sudah
95 Bab 95 Butuh obat
96 Bab 96 Di periksa
97 Bab 97 Maafkan aku
98 Bab 98 Ungkapan cinta
99 Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100 Bab 100 Kaulah takdirku
101 Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102 Bab 102 Putraku
103 Bab 103 Berandalan kecil
104 Bab 104 Menjauhlah dariku
105 Bab 105 Mungkin morning sick
106 Bab 106 Ke Rumah sakit
107 Bab 107 Di paksa lahir
108 Bab 108 Mirip Om Doni
Episodes

Updated 108 Episodes

1
bab 1 Tempat bermain
2
Bab 2 Makan malam 1
3
Bab 3 Makan malam 2
4
Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5
Bab 5 Menghadapi singa hutan
6
Bab 6 Mendapat kekerasan
7
Bab 7 Mendengar curahan hati
8
Bab 8 Menemui seseorang di toko
9
Ban 9 Masalah dalam toko
10
Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11
Bab 11 Map warna merah
12
Bab 12 Ganti Rugi
13
Bab 13 Perdebatan di restoran
14
Bab 14 Di buat merasa gila
15
Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16
Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17
Bab 17 Hari pertama bekerja
18
Bab 18 Tidak sengaja mencium
19
Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20
Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21
Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22
Bab 22 Kembali memaksa ku
23
Bab 23 Surprise menyenangkan
24
Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25
Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26
Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27
Bab 27 Gara-gara lemon
28
Bab 28 Ide sekertaris Ken
29
Bab 29 Hari libur
30
Bab 30 Muncul tiba-tiba
31
Bab 31 Kejadian memalukan
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Situasi berubah
34
Bab 34 Pernyataan Doni
35
Bab 35 Pindah tempat
36
Bab 36 Di percepat
37
Bab 37 Tahu tentangnya
38
Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39
Bab 39 The Wedding
40
Bab 40 Menunggunya pulang
41
Bab 41 Tidur bersama
42
Bab 42 Pagi yang buruk
43
Bab 43 Perkara pakaian
44
Bab 44 Bertemu mantan
45
Bab 45 Sakit
46
Bab 46 Dokter Arga
47
Bab 47 Mantan colon istri
48
Bab 48 Bertemu
49
Bab 49 Tamu
50
Bab 50 Pertengkaran saudara
51
Bab 51 Doni dan Erlangga
52
Bab 52 Menyiapkan air mandi
53
Bab 53 Temani mandi
54
Bab 54 Ponsel
55
Bab 55 Kabar duka
56
Bab 56 Rasa ingin tahu
57
Bab 57 Teka-teki
58
Bab 58 Hari yang menyenangkan
59
Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60
Bab 60 Butuh sendirian
61
Bab 61 Di bawa kabur
62
Bab 62 Menginginkan kembali
63
Bab 63 Mengakui
64
Bab 64 POV Nathan
65
Bab 65 Benci kelakuannya
66
Bab 66 Pura-pura tidur
67
Bab 67 Mengubah panggilan
68
Bab 68 Kembali ke Toko
69
Bab 69 Cerita Doni
70
Bab 70 Makan siang
71
Bab 71 Di bawa ke kantor
72
Bab 72 Permintaan maaf
73
Bab 73 Hampir kena tamparan
74
Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75
Bab 75 Biar saya yang melayani
76
Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77
Bab 77 Terimakasih suamiku
78
Bab 78 Baru pertamakali
79
Bab 79 Cara Vanesa
80
Bab 80 Kedatangan mantan
81
Bab 81 Permintaan yang sulit
82
Bab 82 Khawatir
83
Bab 83 Mood booster
84
Bab 84 Jangan panggil aku hey
85
Bab 85 Pergi untuk kembali
86
Bab 86 Permata
87
Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88
Bab 88 Dua Minggu
89
Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90
Bab 90 Acara festival
91
Bab 91 Pria tidak waras
92
Bab 92 Di kira janda
93
Bab 93 Lagi-lagi marah
94
Bab 94 Gagal sudah
95
Bab 95 Butuh obat
96
Bab 96 Di periksa
97
Bab 97 Maafkan aku
98
Bab 98 Ungkapan cinta
99
Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100
Bab 100 Kaulah takdirku
101
Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102
Bab 102 Putraku
103
Bab 103 Berandalan kecil
104
Bab 104 Menjauhlah dariku
105
Bab 105 Mungkin morning sick
106
Bab 106 Ke Rumah sakit
107
Bab 107 Di paksa lahir
108
Bab 108 Mirip Om Doni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!