Bab 5 Menghadapi singa hutan

Sesaat setelah Tuan Nathan marah-marah kepadaku, dia teringat akan jasnya kembali yang telah berada dalam tanganku, berada di depan dadaku terlihat seperti aku sedang memeluknya. Matanya melebar, dengan cepat dia mendekatiku menarik paksa jas yang ku pegang erat dan terjadilah adegan tarik-menarik. Dengan tubuh kami yang terlalu dekat hingga mata kami saling mengunci dengan tatapan tajam. Setelah sadar akan kelakuannya dia menghentakkan tubuhku, dengan badannya yang tinggi besar dan kekar mudah saja baginya untuk mendorongku ke belakang dan akhirnya aku terjerembab ke lantai.

"Auw" ku rasakan sakit di bagian pantatku, sekertaris Ken yang dari tadi hanya diam, akhirnya bergerak untuk membantuku berdiri. Aku usap pantat ku yang terasa panas dan pegal.

"Anda tidak apa-apa? nyonya" tanya sekertaris Ken.

"Ish... pantatku sakit sekali" keluhku, "Tuan mu itu beringas sekali seperti singa hutan" bisik ku lirih pada sekertaris Ken namun sayangnya terdengar olehnya.

"Apa kau bilang?" Tuan Nathan berteriak marah kembali, merasa terhina dengan ucapan ku.

"Apa?" karena aku juga sudah merasa kesal dengannya, aku pun berani berteriak padanya. "Tuan muda yang terhormat, kenapa anda bisa sekasar ini pada perempuan?, bukan maksudku untuk tidak memberikan jas anda, saya hanya ingin membawa pulang dan membersihkannya sebagai tanggung jawab atas kesalahan saya" lanjut ku menjelaskan tujuanku mempertahankan jas yang sekarang sudah tidak ada lagi di tanganku.

"Ken!" dengan nada yang lebih tinggi dia berteriak lagi hingga membuatku sedikit terlonjak. Aku mengelus dadaku untuk menetralkan debaran jantungku, aku memucat nyaliku menciut, aku menundukkan kepala dan tanganku bergetar karena takut.

"Antarkan wanita ini ke rumahnya!" perintahnya, sudah frustasi karena berhadapan denganku yang telah membuatnya hilang akal, melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan yaitu menyentuh wanita lain.

"Baik Tuan" jawab Ken seraya menundukkan kepalanya, begitu juga dengan ku.

"Mari nyonya" Ken membukakan pintu mempersilahkan aku keluar duluan.

Setelah aku keluar dari ruang kerja Tuan Nathan, aku masih di buat terkejut, ku hentikan langkahku melihat ada beberapa orang berjejer di depan pintu, aku menghitung lebih dari lima orang pelayan di rumah ini dan yang lebih membuatku heran semua laki-laki tak ada satupun wanita di antara mereka. Semua orang menundukkan kepala kepadaku, aku tersenyum setelah tadi merasa tercekam dalam kandang singa, kini merasa tersanjung dengan perlakuan beberapa pelayannya. Mereka selalu hormat terhadap tamu yang datang tanpa perduli dengan statusnya, kaya atau miskin.

Sekertaris Ken keluar menutup pintu ruangan menyusul ku setelah selesai berbincang dengan Tuannya, dia berjalan ke arah pria paruh baya yang sepertinya adalah kepala pelayan rumah ini.

"Pak Didi, suruh semua istirahat, ini sudah larut malam" kata sekertaris Ken pada kepala pelayan seraya menepuk pundaknya.

Semua pelayan berkumpul berjejer rapi di depan ruang kerja Tuan Nathan bukan tanpa sebab, setelah sekian lama baru kali ini Tuan Nathan mengundang seorang wanita untuk masuk ke dalam rumah hingga membuatnya marah-marah, dan suara kemarahannya terdengar sampai luar ruangan.

"Baik Pak Ken" jawab Pak Didi, kepala pelayan. Setelah mengatakan hal itu sekertaris Ken meninggalkan para pelayan dan Pak Didi berjalan mendahului kami untuk membukakan pintu. Tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada kepala pelayan itu karena telah menyambut ku dengan baik.

Ketika sekertaris Ken membukakan pintu belakang mobil, aku sempat menolak aku ingin duduk di depan agar tidak merasa sepi dan bisa mengobrol. Sejujurnya aku ingin tahu tentang Tuan Nathan, namun dengan sopan sekertaris Ken menolak permintaan ku.

"Maaf nyonya Arsya, anda akan lebih nyaman bila duduk di belakang" ucapnya memberi penekanan pada kata nyonya Arsya, seolah memberi peringatan kepadaku kalau aku sudah bersuami.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar, lalu masuk duduk di kursi belakang kemudi. Sekertaris Ken mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan nya, sampai di depan pintu gerbang ia membunyikan klaksonnya dan langsung terbuka pintu gerbangnya. Aku lihat sana-sini tidak ada orang yang bertugas menjaga pintu hanya ada seorang yang berada dalam pos satpam, sedang mengamati layar monitor.

"Oh ternyata pintu gerbangnya otomatis lewat klakson mobilnya" gumam ku lirih, "lalu untuk apa pelayan sebanyak itu?" Terserah dialah orang kelewat kaya mah bebas.

Mobil pun keluar dari bangunan megah nan mewah itu, aku bernafas lega bisa keluar dari kandang singa yang mengamuk. Aku berfikir masalah jas hanya sepele ternyata adalah masalah besar baginya dan sekarang sudah selesai. Aku melihat jam di pergelangan tangan kiri ku sudah menunjukkan waktu tengah malam, itu artinya aku sampai rumah waktu sudah hampir pagi.

Aku mulai resah teringat akan anakku dan permasalahan rumah tangga ku. Aku takut Sisi akan syok setelah mendengar dan melihat kenyataan bahwa ayahnya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak laki-laki. Mengingat Sisi begitu menyayangi ayahnya dan tak mau berbagi dengan siapapun, bahkan saat mas Arsya memberi perhatian sedikit saja pada anak lain dia akan merasa cemburu.

Flashback on

Arsya Sanjaya itulah nama panjangnya, seseorang yang sudah menemani kesendirian ku selama ini, memberiku kenyamanan, menguatkan saat aku lemah, memberiku rasa yang namanya 'bahagia'. Pria yang terlihat sempurna di mataku , sehingga membuat aku percaya dan mengikat janji setia padanya lewat tali pernikahan.

Kehidupan keluarga kami amatlah bahagia, kami selalu terlihat harmonis meskipun kami punya kesibukkan masing-masing. Dia sebagai pemilik perusahaan yang harus mampu mengendalikan perusahaan dengan baik agar bisa berkembang. Dengan uangnya yang terhitung lebih dari cukup lantas tidak membuatku malas-malasan, mas Arsya membukakan toko online untuk mengisi kejenuhan ku saat di tinggal dia bekerja, meskipun begitu aku tidak melupakan kewajibanku sebagai seorang istri yang harus selalu siap saat di butuhkan. Kesibukan kami tidak mengurangi waktu kebersamaan kami untuk bercengkrama.

Kehadiran Sisi melengkapi keluarga kecil kami, tiga tahun kami menunggu dengan sabar hadirnya Sisi. Waktu yang tak sebentar dan tak mudah ku lalui, saat orang-orang mencibirku karena tidak juga hamil, di saat keluarganya mulai resah dan menekan ku untuk cepat memberi keturunan, di kala itulah mas Arsya selalu memberiku semangat dan kepercayaan.

Beranjak lima tahun usia Sisi, kehidupan keluarga kecilku mulai terusik, pahitnya kehidupan mulai mendominasi nya. Di saat aku tahu bahwa suami yang aku puja, suami yang berhati lembut, dan sangat mencintai keluarga bukan lagi hanya suamiku melainkan suami dari sahabatku juga.

Sungguh memilukan, hubungan yang di mulai dari kesalahan namun perlahan menimbulkan rasa cinta. Rasa cinta yang melukai hatiku, rasa cinta yang meruntuhkan tembok kepercayaan yang ku bangun selama ini untuk mereka.

Bagai tersambar petir saat aku dengar mereka telah melakukan hal yang di luar batas, dan harus menikah. Sekujur tubuhku terasa panas dan terbakar, aku lemas rasa sakit menghimpit dada ku hingga aku tak mampu bicara, hanya derasnya air mata yang tak bisa tertahan.

Satu alasan yang terucap dari mulut mas Arsya, hanya khilaf dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan. Sebuah alasan yang membuatku bisa menerima di madu, asalkan tanggung jawab dan bukan cinta yang akan di berikan, pikirku untuk menenangkan suasana hatiku yang kacau. Namun semua itu hanya alasan yang mampu berubah setiap waktu dan itu terbukti dari perubahan sikapnya.

Dan benar wanita yang saat ini berada di rumahku adalah Karla Wijaya, sahabatku juga maduku.

Flashback of

Semoga tetap menghibur ya 😊🥰

jangan lupa untuk tinggalin jejaknya, like, komen juga vote 🙏

Terpopuler

Comments

Agus Haryatmo

Agus Haryatmo

semangat Kak.

2022-07-13

2

Dehan

Dehan

bagus ceritanya

2022-07-08

2

玫瑰

玫瑰

Musuh dalam selimut.
Sahabat konon ..huh

2022-05-04

1

lihat semua
Episodes
1 bab 1 Tempat bermain
2 Bab 2 Makan malam 1
3 Bab 3 Makan malam 2
4 Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5 Bab 5 Menghadapi singa hutan
6 Bab 6 Mendapat kekerasan
7 Bab 7 Mendengar curahan hati
8 Bab 8 Menemui seseorang di toko
9 Ban 9 Masalah dalam toko
10 Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11 Bab 11 Map warna merah
12 Bab 12 Ganti Rugi
13 Bab 13 Perdebatan di restoran
14 Bab 14 Di buat merasa gila
15 Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16 Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17 Bab 17 Hari pertama bekerja
18 Bab 18 Tidak sengaja mencium
19 Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20 Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21 Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22 Bab 22 Kembali memaksa ku
23 Bab 23 Surprise menyenangkan
24 Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25 Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26 Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27 Bab 27 Gara-gara lemon
28 Bab 28 Ide sekertaris Ken
29 Bab 29 Hari libur
30 Bab 30 Muncul tiba-tiba
31 Bab 31 Kejadian memalukan
32 Bab 32 Hadiah
33 Bab 33 Situasi berubah
34 Bab 34 Pernyataan Doni
35 Bab 35 Pindah tempat
36 Bab 36 Di percepat
37 Bab 37 Tahu tentangnya
38 Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39 Bab 39 The Wedding
40 Bab 40 Menunggunya pulang
41 Bab 41 Tidur bersama
42 Bab 42 Pagi yang buruk
43 Bab 43 Perkara pakaian
44 Bab 44 Bertemu mantan
45 Bab 45 Sakit
46 Bab 46 Dokter Arga
47 Bab 47 Mantan colon istri
48 Bab 48 Bertemu
49 Bab 49 Tamu
50 Bab 50 Pertengkaran saudara
51 Bab 51 Doni dan Erlangga
52 Bab 52 Menyiapkan air mandi
53 Bab 53 Temani mandi
54 Bab 54 Ponsel
55 Bab 55 Kabar duka
56 Bab 56 Rasa ingin tahu
57 Bab 57 Teka-teki
58 Bab 58 Hari yang menyenangkan
59 Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60 Bab 60 Butuh sendirian
61 Bab 61 Di bawa kabur
62 Bab 62 Menginginkan kembali
63 Bab 63 Mengakui
64 Bab 64 POV Nathan
65 Bab 65 Benci kelakuannya
66 Bab 66 Pura-pura tidur
67 Bab 67 Mengubah panggilan
68 Bab 68 Kembali ke Toko
69 Bab 69 Cerita Doni
70 Bab 70 Makan siang
71 Bab 71 Di bawa ke kantor
72 Bab 72 Permintaan maaf
73 Bab 73 Hampir kena tamparan
74 Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75 Bab 75 Biar saya yang melayani
76 Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77 Bab 77 Terimakasih suamiku
78 Bab 78 Baru pertamakali
79 Bab 79 Cara Vanesa
80 Bab 80 Kedatangan mantan
81 Bab 81 Permintaan yang sulit
82 Bab 82 Khawatir
83 Bab 83 Mood booster
84 Bab 84 Jangan panggil aku hey
85 Bab 85 Pergi untuk kembali
86 Bab 86 Permata
87 Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88 Bab 88 Dua Minggu
89 Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90 Bab 90 Acara festival
91 Bab 91 Pria tidak waras
92 Bab 92 Di kira janda
93 Bab 93 Lagi-lagi marah
94 Bab 94 Gagal sudah
95 Bab 95 Butuh obat
96 Bab 96 Di periksa
97 Bab 97 Maafkan aku
98 Bab 98 Ungkapan cinta
99 Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100 Bab 100 Kaulah takdirku
101 Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102 Bab 102 Putraku
103 Bab 103 Berandalan kecil
104 Bab 104 Menjauhlah dariku
105 Bab 105 Mungkin morning sick
106 Bab 106 Ke Rumah sakit
107 Bab 107 Di paksa lahir
108 Bab 108 Mirip Om Doni
Episodes

Updated 108 Episodes

1
bab 1 Tempat bermain
2
Bab 2 Makan malam 1
3
Bab 3 Makan malam 2
4
Bab 4 Tersentuh ke dua kali
5
Bab 5 Menghadapi singa hutan
6
Bab 6 Mendapat kekerasan
7
Bab 7 Mendengar curahan hati
8
Bab 8 Menemui seseorang di toko
9
Ban 9 Masalah dalam toko
10
Bab 10 Kunjungan tiba-tiba
11
Bab 11 Map warna merah
12
Bab 12 Ganti Rugi
13
Bab 13 Perdebatan di restoran
14
Bab 14 Di buat merasa gila
15
Bab 15 Bahagia melihatku kesal
16
Bab 16 Mengabulkan permintaanku
17
Bab 17 Hari pertama bekerja
18
Bab 18 Tidak sengaja mencium
19
Bab 19 Bertemu nyonya rumah
20
Bab 20 Tuan rumah vs Nyonya rumah
21
Bab 21 Situasi yang mengejutkan
22
Bab 22 Kembali memaksa ku
23
Bab 23 Surprise menyenangkan
24
Bab 24 Kebaikan yang tidak gratis
25
Bab 25 Lagi-lagi hitam di atas putih
26
Bab 26 Kabar untuk nyonya rumah.
27
Bab 27 Gara-gara lemon
28
Bab 28 Ide sekertaris Ken
29
Bab 29 Hari libur
30
Bab 30 Muncul tiba-tiba
31
Bab 31 Kejadian memalukan
32
Bab 32 Hadiah
33
Bab 33 Situasi berubah
34
Bab 34 Pernyataan Doni
35
Bab 35 Pindah tempat
36
Bab 36 Di percepat
37
Bab 37 Tahu tentangnya
38
Bab 38 Kebersamaan dengan camer
39
Bab 39 The Wedding
40
Bab 40 Menunggunya pulang
41
Bab 41 Tidur bersama
42
Bab 42 Pagi yang buruk
43
Bab 43 Perkara pakaian
44
Bab 44 Bertemu mantan
45
Bab 45 Sakit
46
Bab 46 Dokter Arga
47
Bab 47 Mantan colon istri
48
Bab 48 Bertemu
49
Bab 49 Tamu
50
Bab 50 Pertengkaran saudara
51
Bab 51 Doni dan Erlangga
52
Bab 52 Menyiapkan air mandi
53
Bab 53 Temani mandi
54
Bab 54 Ponsel
55
Bab 55 Kabar duka
56
Bab 56 Rasa ingin tahu
57
Bab 57 Teka-teki
58
Bab 58 Hari yang menyenangkan
59
Bab 59 Waktu yang tidak tepat
60
Bab 60 Butuh sendirian
61
Bab 61 Di bawa kabur
62
Bab 62 Menginginkan kembali
63
Bab 63 Mengakui
64
Bab 64 POV Nathan
65
Bab 65 Benci kelakuannya
66
Bab 66 Pura-pura tidur
67
Bab 67 Mengubah panggilan
68
Bab 68 Kembali ke Toko
69
Bab 69 Cerita Doni
70
Bab 70 Makan siang
71
Bab 71 Di bawa ke kantor
72
Bab 72 Permintaan maaf
73
Bab 73 Hampir kena tamparan
74
Bab 74 Bicara pada Ibu mertua
75
Bab 75 Biar saya yang melayani
76
Bab 76 Pengakuan Tuan Nathan
77
Bab 77 Terimakasih suamiku
78
Bab 78 Baru pertamakali
79
Bab 79 Cara Vanesa
80
Bab 80 Kedatangan mantan
81
Bab 81 Permintaan yang sulit
82
Bab 82 Khawatir
83
Bab 83 Mood booster
84
Bab 84 Jangan panggil aku hey
85
Bab 85 Pergi untuk kembali
86
Bab 86 Permata
87
Ban 87 Pov Nathan (wanitaku kabur)
88
Bab 88 Dua Minggu
89
Bab 89 Mengumumkan perusahaan baru
90
Bab 90 Acara festival
91
Bab 91 Pria tidak waras
92
Bab 92 Di kira janda
93
Bab 93 Lagi-lagi marah
94
Bab 94 Gagal sudah
95
Bab 95 Butuh obat
96
Bab 96 Di periksa
97
Bab 97 Maafkan aku
98
Bab 98 Ungkapan cinta
99
Bab 99 POV Nathan (Jangan dekat lagi denganku)
100
Bab 100 Kaulah takdirku
101
Bab 101 cemburu dengan anak kecil
102
Bab 102 Putraku
103
Bab 103 Berandalan kecil
104
Bab 104 Menjauhlah dariku
105
Bab 105 Mungkin morning sick
106
Bab 106 Ke Rumah sakit
107
Bab 107 Di paksa lahir
108
Bab 108 Mirip Om Doni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!