Noda Perkawinan

Noda Perkawinan

Aku Hamil, Mas!

Aku harus menanggung malu dengan kehamilanku. Tidak mungkin aku merebut Mas Reza dari sahabatku sendiri dan meminta pertanggungjawabannya. Tapi, apa kata orang saat tahu aku hamil. Sedangkan aku sudah bercerai dengan suamiku bertahun-tahun lalu.

Alat uji kehamilan yang masih ku pegang di tangan, berkali-kali ku tatap untuk memastikan apa yang telah kulihat. Dua garis merah. Ya! Aku memang hamil anak dari Mas Reza. Dia adalah suami dari sahabatku yang bernama Tanti, tetapi sebenarnya Mas Reza adalah mantan kekasihku ketika aku masih SMA, dan kami masih saling mencintai sampai saat ini.

Setelah mengetahui aku hamil, perasaanku menjadi gusar. Aku keluar dari kamar dan ingin mengatakan kepada orang tuaku yang sedang duduk menikmati segelas teh di ruang tamu.

Tetapi ku urungkan niatku itu. Aku tidak ingin membuat hati mereka terluka lagi. Melihat perkawinanku yang hancur dengan Mas Wisnu saja mereka sudah sangat malu dengan tetangga, apalagi ketika mereka menerima aib baru dariku.

Aku ingin memberitahu Mas Reza dengan segera. Tapi selama ini aku tidak bisa menghubunginya lebih dulu. Karena Mas Reza takut Tanti akan tahu hubungan kami selama ini.

Sampai akhirnya ketika aku sedang merenung sendirian di kamar, ponselku berdering. Aku segera meraih benda itu dan mendapati nama Mas Reza di layar benda pipih yang kini ku pegang.

"Halo, Mas." Aku menyapanya dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Iya, Nur. Maaf, aku baru menghubungimu.

Tanti sedang berbelanja dan aku libur kerja hari ini. Aku merindukanmu, Nur. Besok malam kita bertemu lagi setelah aku pulang kerja, ya!" ajak Mas Reza.

"Aku ingin memberitahu satu hal penting kepadamu, Mas."

"Apa? Apa kau menginginkan sesuatu?"

"Bukan, Mas. Aku tidak menginginkan apa pun selain dirimu."

"Jangan gombal! Biasanya yang gombal adalah laki-laki. Kenapa kau menjadi gombal seperti itu, Nur?"

"Aku hamil, Mas."

"Apa?"

"Aku hamil anakmu, Mas. Aku harus bagaimana?"

"Tidak bisa, Nur. Nanti Tanti akan sakit hati jika mengetahui kamu hamil. Berapa usia kandunganmu sekarang?"

"Aku sudah terlambat datang bulan selama 8 minggu, Mas."

"Gugurkan, Nur! Aku tidak ingin hubungan kita tercium oleh Tanti."

"Tapi, Mas? Bagaimana mungkin kau bisa menyuruhku untuk menggugurkan anak kita? Bukankah kau bilang kau masih mencintaiku? Aku rela bercerai dengan suamiku dan menunggu kau bercerai dengan Tanti. Tapi apa yang kau perintahkan kepadaku sekarang? Kau memintaku untuk menggugurkan anakmu?" Aku tak bisa berteriak karena takut orang tuaku akan mendengar.

"Tapi aku tidak bisa bertanggung jawab atas kehamilan itu, Nur. Aku masih berstatus menjadi suami Tanti."

"Ceraikan dia, Mas! Aku tidak mau menggugurkan anak kita!"

"Tidak bisa, Nur. Kau tidak bisa memerintahkanku untuk bercerai."

"Kenapa? Bahkan kau yang memintaku untuk bercerai dengan suamiku. Tapi kenapa kau tidak mau bercerai dengan istrimu, Mas? Kenapa kau egois seperti ini? Bahkan sekarang kau memintaku untuk menggugurkan bayi yang tidak berdosa ini! Di mana hatimu sekarang, Mas? Apa benar kau masih mencintaiku?"

"Sudahlah, Nur! Yang jelas aku ingin kau gugurkan anak itu."

Aku kesal dengan jawaban Mas Reza. Aku mematikan panggilan telepon itu dan menangis sendirian di dalam kamar. Padahal hari itu masih pagi. Aku belum sempat keluar dari kamar. Orang tuaku pasti akan curiga jika aku terus-terusan mengurung diri.

Aku terus memukul perutku sendiri. Berharap janin itu akan gugur dengan sendirinya. Tetapi di sisi lain aku benar-benar menginginkan Mas Reza bertanggung jawab atas kehamilanku.

"Aku rela menjadi noda di pernikahanmu dengan Tanti! Aku rela menghancurkan rumah tanggaku sendiri demi kamu, Mas! Tapi ini balasan darimu? Aku akan tetap mempertahankan bayi ini. Jika perlu, aku akan merebutmu dengan paksa dari Tanti. Karena sejak awal kau hanyalah milikku, Mas!" Aku terus menggerutu kesal dengan sikap Mas Reza. Pikiranku benar-benar buntu. Bahkan aku tak bisa memikirkan bagaimana perasaan orang tuaku nanti. Ketika semakin hari perutku semakin membesar.

Tok ... tok ... tok ..

"Nur! Bangun, Nak. Sudah siang! Apa kau akan terus tidur sampai siang?"

***

Pov Reza

Aku menghapus semua notifikasi panggilan dari ponselku. Lantas, aku meletakkannya di atas meja seperti biasa. Aku keluar kamar mencoba menenangkan pikiran dari masalah yang baru saja aku buat bersama Nur.

Aku sudah menikah dengan Tanti selama 3 tahun dan belum juga dikaruniai seorang momongan. Dua kali Tanti mengalami keguguran dan sampai hari ini belum ada tanda-tanda jika Tanti sedang hamil lagi.

Aku tak memungkiri jika aku mencintai Nur sejak dulu. Tetapi aku juga mencintai Tanti yang kini menjadi istriku.

Ketika aku sedang mondar-mandir di ruang tamu memikirkan hal itu, tiba-tiba Tanti pulang membawa satu kantong plastik berisi belanjaan.

"Kenapa mondar-mandir begitu, Mas?" tanya Tanti tiba-tiba yang membuatku terkejut. Aku pun menoleh dan membantu istriku membawakan belanjaannya.

"Kenapa kamu lama sekali? Tidak seperti biasanya kamu berbelanja sangat lama, Tanti?"

"Sebenarnya aku tidak hanya ke pasar, Mas."

"Lalu?"

Tanti merogoh saku celananya dan menunjukkan sebuah benda kecil berwarna putih. Lalu ia berikan kepadaku.

"Ini hadiah untukmu, Mas," kata Tanti dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Aku menerima benda kecil itu yang ternyata sebuah alat uji kehamilan.

"Apa ini, Tanti?" tanyaku untuk meyakinkan apa yang sedang ku pegang.

"Aku hamil, Mas."

"Apa?" Rasanya aku tidak ingin mendengar kata-kata dari istriku.

Setelah kepalaku pusing dengan kehamilan Nur, kini istriku sendiri hamil.

"Kenapa ekspresimu seperti itu, Mas? Apa kau tak senang aku hamil?"

"Tentu saja aku senang, Tanti. Kita sudah menikah cukup lama dan aku selalu menantikan kehamilanmu."

Entah mengapa aku tidak menginginkan kehamilan pada dua wanita yang aku cintai. Nur, mantan kekasihku, cinta pertamaku sejak aku masih SMA. Lalu Tanti? Wanita baik yang dulu sama sekali tak ku cintai. Namun, akhirnya aku luluh dan bisa mencintainya. Meski awalnya aku menikahi Tanti sebagai pelarian atas rasa sakitku.

Kecewa yang dibuat oleh Nur beberapa tahun lalu yang mempertemukan aku dengan Tanti. Aku kembali dari perantauan untuk menikahi Nur. Tapi, Nur sudah diperistri laki-laki lain.

Aku terus menjalin komunikasi dengan Nur di belakang Tanti dan juga Wisnu, mantan suami Nur saat itu.

Aku yakin aku bisa mendapatkan Nur kembali dengan membujuk Nur agar bercerai dengan Wisnu. Tetapi saat Nur telah bercerai, bunga-bunga cintaku untuk Tanti mulai bermekaran. Aku tidak bisa meninggalkan Tanti begitu saja. Tapi aku juga tak mau kehilangan Nur.

Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang ketika dua wanita itu hamil dalam waktu yang bersamaan?

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-07-09

0

Suharti Ristie

Suharti Ristie

semangat tor

2022-06-24

0

Azizah Fazatun

Azizah Fazatun

wahhhh Thor q bacanya pasti marathon inih. Lope Lope Lope dechhh. q vote ahhh

2022-04-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!