Firasat Seorang Istri

Reza POV

Aku tak mungkin menolak keinginan Nur. Dia yang mencintaiku dan aku pun mencintainya. Kecupan manis dari bibir Nur yang mendarat tepat di bibirku membuatku tak bisa menahan nafsu untuk tidak bercinta dengan pujaan hatiku ini.

Aku meletakkan pakaian-pakaian Tanti yang hendak ku bawa ke rumah sakit. Aku memilih untuk bermain dengan Nur sejenak, menikmati sentuhan demi sentuhan dan belaian yang tak pernah kurasa puas ketika aku bermain dengan Nur.

Bahkan aku sampai lupa jika istriku sedang sakit di rumah sakit. Tanti sedang bersedih karena kehilangan calon anakku untuk yang ketiga kalinya.

Entah racun apa yang sudah Nur berikan kepadaku ketika aku hanya berdua dengannya. Aku merasa melupakan Tanti. Padahal aku juga tahu jika aku memiliki rasa yang sama terhadap Tanti. Rasa yang sama seperti yang ku berikan untuk Nur.

Pergulatan kami di siang ini tak bisa berlama-lama. Aku hanya bisa memuaskan Nur dalam satu ronde saja.

"Nur, aku harus kembali ke rumah sakit. Pulanglah!" kataku seraya mengenakan pakaian lagi.

"Iya, Mas. Tapi ku mohon kau harus bertanggung jawab atas kehamilan ku ini."

"Iya, Nur. Aku akan memikirkan hal itu."

"Satu lagi, Mas. Aku juga ingin bekerja di suatu perusahaan denganmu."

"Ya, aku akan mencari lowongan pekerjaan untukmu. Kenapa kau tidak meminta bantuan mantan suamimu saja? Dia seorang manajer bagian produksi bukan?"

"Aku tak mau lagi berhubungan dengan Mas Wisnu. Sudah cukup, Mas. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Itu saja!"

"Ya sudah, cepat kenakan pakaianmu! Aku harus pergi sekarang. Tanti sangat membutuhkanku."

"Bukan hanya Tanti yang membutuhkanmu, Mas. Setiap hari aku merindukan belaianmu."

Mendengar perkataan Nur, aku hampir tergoda lagi. Tapi aku harus bisa menahannya. Karena di sisi lain ada wanita yang lebih membutuhkanku dari pada Nur, yaitu Tanti.

Aku bergegas mengambil ransel kecil dan memasukan pakaian-pakaian Tanti serta beberapa keperluannya. Lantas aku menggandeng Nur untuk turun.

Sebelum kami berpisah, aku memastikan kepada Nur jika aku akan benar-benar bertanggung jawab atas kehamilannya, dan aku juga meminta maaf atas perkataanku yang meminta Nur untuk menggugurkan kandungannya.

***

Nur POV

Aku masih berdiri di atas sepeda motor ketika mobil Mas Reza pergi meninggalkan halaman rumahnya. Rasanya aku ingin mencegahnya. Aku masih ingin terus berlama-lama dengan Mas Reza, tetapi dia masih terus memikirkan Tanti.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali pulang. Seraya memikirkan bagaimana caranya agar noda yang ku berikan di atas pernikahan Mas Reza dan Tanti semakin lebar, agar kesempatanku untuk memiliki Mas Reza lebih besar.

Saat aku kembali rupanya ibu sedang duduk sendirian di teras depan. Ibu tersenyum di depanku. Karena ibu mengira aku pasti baru saja melamar pekerjaan.

"Bagaimana, Nur? Apakah diterima bekerja?" tanya ibu ketika aku bersalaman dengannya.

"Belum pasti, Bu. Tapi mudah-mudahan saja Nur diterima," jawabku yang terpaksa terus-terusan berbohong kepada ibu. Lantas aku pun memilih masuk ke kamar untuk mengganti pakaian.

Aku menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur dengan pelan. Memejamkan mata sejenak dan mengingat kejadian beberapa saat lalu di kamar Mas Reza. Biasanya aku selalu memadu kasih dengan Mas Reza di hotel, tapi kali ini aku benar-benar merasakan nikmatnya bercinta di kamar utama Mas Reza.

Perutku terasa keroncongan karena sejak pagi aku belum sarapan. Hanya menikmati seteguk teh hangat buatan Tanti. Aku keluar dari kamar menuju meja makan.

Saat membuka tutup saji dan melihat berbagai lauk yang dimasak ibu, aku merasa pusing dan mual. Aku tidak bisa menunjukkannya kepada ibu. Kemudian aku memilih untuk segera masuk ke kamar sebelum ibu tahu dan sebelum aku benar-benar muntah setelah melihat makanan itu.

"Kenapa aku mual melihat makanan? Bagaimana jika ibu curiga?" Aku mulai panik. Tiba-tiba ponselku berdering. Satu pesan dari Mas Reza membuatku sumringah.

Rupanya Mas Reza memintaku untuk kembali ke rumah sakit dan memeriksakan kandunganku. Tentu saja hal itu harus secara diam-diam agar Tanti tidak curiga.

Tak berselang lama setelah aku membaca pesan itu, Mas Reza meneleponku.

"Halo, Mas," sapaku dengan gembira.

"Maaf, aku memberitahumu terlambat. Tapi aku baru memikirkannya tadi. Bisakah kau kembali ke rumah sakit? Kita harus memeriksakan kandunganmu dan menjaga kondisi calon anak kita," kata Mas Reza.

"Benarkah? Apa tidak apa-apa jika aku memeriksakan kandunganku di rumah sakit yang sama dengan tempat di mana Tanti dirawat?"

"Tidak masalah, Nur. Tanti masih terbaring lemah. Dia baru akan dikuret malam nanti. Jadi kau dan aku akan aman ketika berada di poli kandungan."

"Iya, Mas. Aku akan bersiap-siap. Tunggu aku!"

"Iya, jika kau sudah sampai datanglah ke kamar Tanti. Aku berada di depan kamar itu."

Aku segera mematikan panggilan telepon itu dan bersiap-siap untuk kembali menemui Mas Reza. Sepertinya belaianku di kamar itu berhasil membuat Mas Reza sadar dan akhirnya dia mau mengakui kehamilanku dan mau bertanggung jawab. Semoga saja dia juga akan segera menikahiku dan menceraikan Tanti. Seperti kesepakatan yang sudah dia buat denganku ketika aku menceraikan Mas Wisnu.

Aku kembali berpamitan kepada ibu. Tentu saja aku kembali berbohong dan mengatakan akan mencoba mencari pekerjaan di tempat lain.

"Bekerja di mana? Kamu tidak memiliki keterampilan apa-apa selain membuat knitting bulu mata palsu kan?" tanya ibu padaku.

"Ini sama-sama mengenai bulu mata palsu. Ibu tahu sendiri kan perusahaan bulu mata dan rambut palsu di kota kita sangat banyak?"

"Ya sudah. Yang penting kau bisa bekerja, Nur. Bantu bapakmu!"

"Ya, Bu. Nur pamit."

Aku segera mengendarai sepeda motorku menuju rumah sakit. Di mana Mas Reza sudah menunggu untuk memeriksakan kandunganku.

Sesampainya di rumah sakit, aku segera menuju tempat di mana Mas Reza sudah mengatakannya di telepon. Ternyata Mas Reza memang berada di depan kamar Tanti dirawat.

"Apa tidak apa-apa Tanti ditinggal sendirian, Mas? Kenapa orang tuanya belum datang?" tanyaku kepada Mas Reza.

"Tanti ingin merahasiakannya dari orangtuanya, Nur. Itulah sebabnya mereka tidak datang."

"Bagaimana jika pemeriksaannya lama? Tanti pasti akan mencarimu, Mas!"

"Aku sudah meminta izin kepadanya untuk mencari makan siang. Jadi Tanti tidak akan mencariku sampai aku kembali."

"Baiklah, Mas. Ayo kita mendaftarkan pemeriksaan kita ke poli kandungan!"

Aku menggandeng tangan Mas Reza dan pergi meninggalkan kamar di mana Tanti sedang dirawat.

***

POV Tanti

Sekilas aku melihat Mas Reza sedang berbincang dengan seseorang. Pintu kamar yang tidak tertutup rapat membuat aku bisa melihat apa yang sedang dilakukan Mas Reza di luar kamar. Tetapi siapa yang sedang berbicara dengan Mas Reza? Aku sudah mengatakan kepadanya agar keguguran ini dirahasiakan dari orang tuaku. Aku takut mereka kecewa lagi ketika mereka sudah kehilangan calon cucu sebanyak 2 kali dan ini yang ketiga kalinya.

"Kenapa perasaanku tidak enak begini? Apa sebaiknya aku minta Mas Reza menemaniku saja?" gumamku.

Aku mencoba meraih ponselku dan menelepon Mas Reza, tapi tidak biasanya dia tidak mengangkat panggilan teleponku.

Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari kamar. Padahal perawat sudah mengatakan jika aku tidak boleh banyak bergerak. Tapi perasaanku mengatakan ada sesuatu dengan Mas Reza.

Aku berjalan tertatih seraya memegang tiang infus. Saat aku keluar dari kamar, jelas sekali aku melihat Mas Reza menggandeng seorang wanita. Sampai akhirnya punggungnya menghilang berbelok ke arah yang tak terlihat dari pandanganku.

"Itu Mas Reza kan? Apa aku salah lihat? Siapa wanita yang menggandengnya itu?" batinku tak karuan.

Dengan menahan sakit aku berusaha mengejar Mas Reza. Tetapi aku tidak mendekatinya. Aku hanya ingin melihat apakah pria yang bergandengan tangan dengan seorang wanita itu benar-benar suamiku atau aku memang salah menduga?

Ketika pria itu menoleh ke arah wanita di sampingnya, aku pun bisa melihat raut wajah suamiku yang terlihat tersenyum dengan wanita itu.

Langkahku terhenti sejenak. Kakiku terasa berat. Rasanya aku ingin sekali berteriak memanggil namanya, tapi ada rasa penasaran yang membuat aku ingin mencoba mendekatinya dan mengetahui siapa wanita yang menggandeng tangan suamiku itu.

"Mas, apa itu benar-benar kamu?" gumamku lirih yang berusaha berusaha tetap melangkah.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

yunna

yunna

semoga cepat terungkap biar Tanti bisa lepas dri penghianat seperti nur dan reza

2022-12-14

0

文华亮

文华亮

Kak Elamg sorry baru sempet mampir lagi ke novelnya, Yaa

2022-06-17

1

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

LBH baik Tanti tau secepatnya

2022-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!