Cinta Belum Usai (Hamil Diluar Nikah)

Cinta Belum Usai (Hamil Diluar Nikah)

Episode 1

DI SEBUAH PERKAMPUNGAN DI PINGGIRAN KOTA.

Waktu menunjukkan pukul 07:00 Pagi.

Terlihat rumah yang sangat kecil dan sederhana yang tak lain adalah rumah peninggalan dari kedua orang tua Diki, terlihat dua orang anak remaja yang sedang sarapan sambil ngobrol dengan raut wajah panik.

"Kak, gimana kak.? Kakak udah ngomong belum sama Bang Diki.?" Ucap Dimas dengan suara pelan.

DIMAS.

Dimas adalah adik dari Diki, usianya sekarang ini 17 tahun, ia duduk di bangku SMA, ia adalah anak yang baik, cerdas, dan sangat menyayangi Diki sebagai Abangnya, namun sayang ia sedikit bandel.

"Belum Dim, kakak enggak enak mau ngomong sama Bang Diki nya, takut Bang Diki nya enggak punya uang." Ucap Siska serius, namun entah apa yang sebenarnya sedang mereka ceritakan itu.

SISKA.

Siska juga sama, ia adalah adik dari Diki, usianya sekarang ini 21 tahun, ia adalah seorang mahasiswi, ia baik, penurut, cerdas, cantik dan ia pun sama seperti Dimas sangat menyayangi Diki sebagai Abangnya.

"Tapi kita harus ngomong sama Bang Diki sekarang kak.! Kalau kita enggak ngomong sama Bang Diki sekarang, nanti gimana kuliah kakak.? Sekolah Dimas juga giman,,,,,,,," Seketika ucapan Dimas terpotong karena tiba-tiba ia melihat Diki Abangnya yang baru saja keluar dari kamarnya.

DIKI.

Ia adalah seorang pria yang sangat tampan, cerdas, mandiri, dewasa, dan mudah bergaul, namun ia sedikit tengil. Dan Ia juga adalah sosok seorang kakak yang sangat tegas terhadap adik-adiknya, dan juga sangat bertanggung jawab terhadapnya, namun ia terlahir dari keluarga yang kurang mampu, sehingga setelah kepergian kedua orang tuanya, ia menjadi tulang punggung demi untuk mencukupi kebutuhan hidup adik-adiknya itu.

"Sssssttt.! Itu Bang Diki nya udah keluar dari kamar." Bisik Dimas sambil mencubit pinggang Siska kakaknya.

"Aw.! Sakit tau.!" Ucap Siska sedikit kencang.

"Sssttttt jangan berisik.! Itu Bang Diki nya udah keluar.!" Bisik Dimas lagi sambil menatap kearah Diki Abangnya yang sedang berjalan menghampirinya.

"Ia kakak juga tau.!" Bisik Siska kesel, karena tadi Dimas mencubitnya cukup kencang sehingga ia pun kesakitan.

"Ada apa, kok kalian bisik-bisik.?" Ucap Diki yang sekarang ini sudah duduk di meja makan bersama mereka.

"Oh e, e, enggak kok Bang, enggak ada apa-apa." Ucap Dimas gugup karena ia sedang berbohong, kemudian mereka berdua pun kembali berbisik-bisik lagi.

"Udah kakak aja yang ngomong duluan.!" Bisik Dimas.

"Loh kok kakak sih.? Udah kamu aja yang ngomong duluan.!" Bisik Siska menolak perintahnya.

"Ya udah kalau kakak enggak mau ngomong, Dimas juga enggak mau ngom,,,,,," Lagi-lagi ucapan Dimas terpotong.

"Ehemm.! Ehemm.!" Suara Diki pura-pura batuk agar adik-adiknya itu berhenti berbisik-bisik.

"E, e, ehhh Bang Diki." Ucap Dimas gugup dan panik, sambil tersenyum kearahnya.

"Eh Bang Diki, eh Bang Diki.! Kalian itu sebenarnya pada kenapa sih.? Dari tadi bisik-bisik mulu, ada apa.? Ngomong sama Abang.!" Ucap Diki dengan tegas.

"Oh i, i, itu Bang,,," Ucap Siska gugup.

"Iya apa.?" Ucap Diki lagi penasaran.

"I, i, itu Bang, kemarin Siska dipanggil Dosen Siska di kampus, katanya Siska suruh cepet-cepet melunasi biaya semester kemarin, soalnya temen-temen Siska yang lain udah pada bayar semua Bang." Ucap Siska mencoba untuk menjelaskan apa yang dari tadi sedang ia dan Dimas bisikan, ia tidak berani berbicara kepada Diki Abangnya, karena ia tau betul kondisi keuangannya itu seperti apa, dan ia juga tidak enak karena terus-terusan merepotkannya.

"I, i, ia Bang, Dimas juga sama. Kemarin Dimas dipanggil kepala sekolah, katanya Dimas disuruh cepet-cepet melunasi uang SPP, kalau Dimas enggak cepet-cepet melunasi uang SPP, katanya Dimas enggak bakalan dapat Rapot." Ucap Dimas serius, ia pun juga sama seperti Siska, sama-sama mendapat tagihan dari sekolahanya, karena mereka semua memang tekat dalam pembayarannya.

Mendengar ucapan dari adik-adiknya, seketika Diki pun langsung terdiam, kemudian ia pun langsung menarik nafas pelan dan membuangnya kasar.

"Oh itu, ya udah kalau gitu kalian tenang aja.! Besok Abang akan lunasi semuanya." Ucap Diki dengan raut wajah yang sangat serius, sehingga membuat Siska dan Dimas pun kaget.

"A, a, abang serius.? Besok Abang akan lunasi semuanya.?" Ucap Dimas gugup dan tak percaya karena tidak biasanya Diki Abangnya berbicara seperti itu.

"I, i, ia Bang, Abang serius Bang.?" Ucap Siska yang juga gugup dan tak percaya mendengar ucapannya itu.

"Iya." Ucap Diki singkat.

"T, t, tapi besok Abang bisa dapat uang sebanyak itu dari mana.? Bukannya sekarang ini aja Abang masih nganggur yah.? Soalnya kemarin itu Siska lihat di kamar Abang, Abang lagi sibuk bikin lamaran kerja, ia kan Bang.?" Ucap Siska penasaran Diki Abangnya akan mendapatkan uang sebanyak itu dari mana, karena ia tau betul kalau Diki Abangnya itu kemarin sedang sibuk untuk mencari-cari pekerjaan dan masih nganggur.

"Udah kalian tentang aja.! Sekarang Abang udah kerja di kantor Pak Erik.! Ayahnya kak Devano, dan gajih Abang juga lumayan." Ucap Diki serius, kalau sekarang ini ia sudah resmi bekerja di kantor orangtua Devano.

DEVANO.

Ia adalah sahabat terdekat Diki dari sejak ia masih duduk di bangku SMA, ia baik, tampan, dan ia juga sudah memiliki seorang istri. Namun ia memiliki nasib yang sangat jauh berbeda darinya, karena ia terlahir dari keluarga yang sangat kaya dan orang tuanya pun memiliki perusahaan dimana-mana, namun mengapa ia bisa berteman dengan Diki yang setatusnya jelas berbeda jauh dengannya, itu karena dulu Diki sempat mendapatkan beasiswa di sekolahan tempat dimana ia sekolah, dan disitulah persahabatan mereka terjalin.

"Hah.! Serius Bang.? Abang udah kerja di kantor orangtuanya kak Devano.? Kak Devano yang suka main ke rumah kita kan Bang.?" Ucap Siska kaget, sambil tersenyum bahagia.

"Iya." Ucap Diki yang juga ikut tersenyum, ia mencoba untuk meyakinkannya.

"Jadi mulai sekarang kalian jangan khawatir.! Kalian belajar aja yang bener.!" Ucap Diki mencoba untuk menasehti adik-adiknya itu.

"Ya udah Abang mau berangkat kerja dulu." Ucapnya lagi sambil buru-buru melangkah keluar menuju motornya.

DI KANTOR ORANG TUA DEVANO.

Terlihat Diki yang baru saja sampai dan masuk kedalam kantor tersebut.

"Aduh Diiiik, untung loh udah nyampe." Ucap Devano yang dari tadi sedang menunggunya, dengan raut wajah yang sangat panik.

"Eh loh Dev, ada apa.?" Ucap Diki kaget dan penasaran.

"Loh bisa bantuin gw enggak.? Sekarang loh coba selidiki ini orang.! Loh cari tau sebenarnya ini orang itu siapa.? Atau kalau enggak loh tangkap deh ini orang.! Soalnya ini orang itu dari tadi berdiri di depan kantor Bokap gw, dengan penampilan yang bener-bener mencurigakan banget, gw cuma takut kalau ini orang adalah pesaing bisnis papah yang sedang mata-matain perusahaan papah." Ucap Devano serius, sambil memberikan satu buah foto seorang laki-laki tersebut, ia berbicara seperti itu karena memang pak Erik ayahnya itu mempunyai cukup banyak pesaing dalam berbisnis, mungkin karena mereka semua iri akan keberhasilannya.

"Ya gw sih mau-mau aja.! Tapi yang jadi masalahnya, gw itu harus selidiki ini orang dimana.? Gw kan enggak kenal ini orang sama sekali." Ucap Diki bingung, karena ia memang tidak mengenalnya sama sekali.

"Oh iya, gw lupa.! Nih ada alamat kantor tempat dimana ini orang kerja.! Loh coba selidiki aja di kantor ini.!" Ucap Devano lagi sambil memberikan satu buah kertas yang berisikan alamat dimana orang tersebut bekerja.

"Oh iya, jangan lupa.! Loh selidiki pakai mobil gw aja.!" Ucapnya lagi sambil memberikan kunci mobilnya.

"Siap bos.!" Ucap Diki sambil tersenyum menggodanya.

"Ya udah, kalau gitu gw cabut dulu yah.?" Ucapnya lagi, kemudian ia pun langsung buru-buru melangkah keluar dari kantor menuju parkiran mobil.

DI DEPAN KANTOR TEMPAT ORANG TERSEBUT BEKERJA.

Waktu menunjukkan pukul 12:00 Siang.

Terlihat Diki yang sedang duduk didalam mobil, sambil menunggu orang tersebut yang tak lain adalah targetnya keluar dari dalam kantor tersebut.

"Aduuuh.! Mana sih si ini orang.? Lama banget keluarnya. Padahal kan ini udah jam istirahat." Ucap Diki sambil terus memperhatikan pintu keluar kantor tersebut.

"Ini orang beneran kayak gini kan bentuknya.? Tapi kok lama banget sih enggak keluar-keluar orang yang bentuknya kayak gini.!" Ucapnya lagi sedikit kesal, sambil menatap foto orang tersebut yang tadi sempat Devano berikan kepadanya.

"Eh tunggu dulu.! Kayaknya itu deh orangnya.!" Ucapnya sambil menatap kearah orang tersebut yang baru saja keluar dari dalam kantor dengan motor gedenya.

"Oh ia bener, itu orangnya.! Gw harus ikuti dia sekarang.!"

Ucapnya lagi sambil buru-buru melajukan mobilnya dan mengikutinya dari belakang.

"Aduuuh, sial.! Siapa lagi yang berani-beraninya ngikutin gw." Ucap orang tersebut kesal, sambil menatap ke belakang ke arah mobil Diki.

"Hmmmm.! Tapi enggak papa, lebih baik gw kerjain aja itu orang.!" Ucapnya lagi sambil tersenyum, kemudian ia pun langsung mengendarai moge nya dengan kecepatan yang sangat tinggi, karena ia sedang mengerjainnya.

"Hmmmm, kejar gw nih kalau loh bisa.!" Ucapnya lagi sambil terus tersenyum dan melajukan moge nya dengan kecepatan yang lebih tinggi lagi.

"Eeeh.! Kok itu orang ngebut sih.?" Ucap Diki dari dalam mobil.

"Ooohhh, ini orang mau main-main rupanya sama gw, its Ok.!"

Ucapnya lagi dengan santainya, kemudian ia pun langsung ikut melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lebih tinggi dari orang tersebut untuk mengejarnya.

"Aduuuh.! Itu orang sebenarnya siapa sih.? Kok kenceng banget bawa mobilnya, kalau kayak gini bisa ke kejar gw." Ucap orang tersebut sedikit panik.

"Apa jangan-jangan.! Itu orang suruhan pak Erik lagi.?" Ucapnya lagi semakin panik, karena orang tersebut ternyata memang benar pesaing bisnisnya.

"Aduuuh.! Kalau bener itu orang suruhan pak Erik, sekarang juga gw harus cepet-cepet kabur dari itu orang.!" Ucapnya lagi masih panik.

"Tapi lewat mana yah gw sekarang.? Apa gw belok kesitu aja biar itu orang kehilangan jejak gw." Ucapnya sambil buru-buru belok untuk menghilangkan jejak darinya namun sayang rupanya ia salah jalan.

"Aaahhh SIAL.! Kenapa gw lupa sih kalau disini ada lampu merah." Ucapnya lagi marah sambil menatap kearah lampu merah tersebut, kemudian ia pun menghentikan mogenya secara perlahan, dan kemudian langsung lari meninggalkan moge nya itu, karena ia berniat untuk kabur darinya.

"Woy.! Mau lari kemana loh.?" Teriak Diki sambil buru-buru keluar dari mobil untuk mengejarnya.

"Aduuuh, gawat.! Itu orang masih ngejar gw lagi. Sebenarnya itu orang beneran suruhan pak Erik apa bukan sih.?" Ucap orang tersebut kesel sambil terus berlari melewati depan rumah sakit.

"Mana gw udah capek banget lagi.! Gw harus ngumpet di mana ini.?" Ucapnya lagi dengan suara ngos-ngosan sambil menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari tempat yang aman untuknya sembunyi dari Diki.

"Mau lari kemana loh.! Udah loh nyerah aja.! Loh enggak bakalan bisa kabur dari gw." Teriak Diki lagi yang sudah semakin mendekat ke arahnya.

"Aduuuh gimana nih.! Itu orang udah deket banget lagi, gw harus giman,,,,,,,,," Seketika ucapan orang tersebut terpotong

"Eehhhh tunggu dulu.! Kalau enggak salah, ini kan rumah sakit tempat Renata kerja.?" Ucapnya lagi serius, ia baru sadar kalau jalan yang ia lewati sekarang ini ternyata melewati depan rumah sakit tempat Renata yang tak lain adalah adiknya bekerja.

RENATA RAHARJA.

Ia adalah putri dari Pak Edo Raharja dan Ibu Lia Raharja pengusaha terkaya dan tersukses di Indonesia, yang tak lain adalah adik dari Marcell Raharja yang sekarang ini sedang Diki kejar-kejar, ia Marcell Raharja, nama kelaki tersebut adalah Marcell Raharja pesaing bisnis pak Erik yang tak lain adalah ayah dari Devano.

Renata Raharja adalah seorang Dokter kandungan yang sangat cerdas, baik, cantik dan sangat berprestasi, mungkin ia seperti itu karena ia adalah sosok seorang anak yang sangat penurut kepada kedua orangtuanya, namun sayang ia masih sangat polos dan sedikit manja, mungkin ia seperti itu karena dari sejak kecil hidupnya itu selalu berkecukupan, jadi apa saja yang ia mau selalu dituruti oleh kedua orangtuanya.

"Iya bener.! Ini tuh rumah sakit tempat Renata kerja." Ucap Marcell dengan sangat yakin.

"Nah itu Renatanya.!" Ucapnya lagi sambil tersenyum senang menatap kearah Renata adiknya, yang sedang berdiri tepat di depan rumah sakit tersebut.

Karena ia hendak pergi ke suatu tempat.

"Renata.!" Teriak Marcell, kemudian ia pun langsung lari untuk menghampirinya.

"M, m, mas Marcell.?" Ucap Renata gugup dan kaget.

"Renata, tolongin mas Marcell Ren.! Pleaseeeeee.!" Ucap Marcell tergesa-gesa dan panik.

"Eh mas.! Ada apa mas.? Mas kenapa.? Terus itu orang siapa.? Kok itu orang ngejar-ngejar mas.?" Ucap Renata tergesa-gesa dan panik sambil menatap kearah Diki yang masih terus mengejar-ngejar Marcell Kakaknya.

"Woy.! Mau lari kemana loh.!" Teriak Diki sambil terus mengejarnya.

"Udah yah Ren, loh enggak usah banyak tanya dulu.! Nanti mas jelasin.! Sekarang loh mau kemana.? Mas ikut yah, pleaseeeeee.?" Ucap Marcell tergesa-gesa dan panik sambil buru-buru masuk dan ngumpet kedalam mobil Renata adiknya yang sedang terparkir tepat hadapannya, karena seperti yang kita tau tadi Renata adiknya itu hendak pergi ke suatu tempat.

"Ya udah mas cepetan masuk.! Cepetan.! Cepetaaan.! Nanti keburu orang itu lihat mas lag,,,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong.

"Maaf mba, boleh enggak saya ngecek mobilnya.?

Ucap Diki yang baru saja sampai tepat dihadapan Renata, ia berbicara seperti itu karena ia melihat dengan jelas kalau tadi itu Marcell masuk kedalam mobilnya itu.

"Eh.! A, a, ada apa yah mas.?"

Ucap Renata gugup, karena ia pura-pura tidak tahu dengan apa maksud dari ucapannya itu.

"Tadi saya lihat ada orang masuk kedalam mobil mba, boleh enggak saya cek mobilnya.?" Ucap Diki lagi dengan sopan.

"E, e, enggak kok.! Enggak ada orang yang masuk kedalam mobil saya, lagian ngapain mas mau ngecek-ngecek mobil saya.? Mas mau maling yah.?" Ucap Renata nyolot, sehingga membuat Diki pun tersenyum kesal karena mendengar ucapannya yang tidak masuk akal itu.

"Mbaaa, saya ini serius. Tadi itu saya beneran lihat ada orang masuk kedalam mobil mba.! Kalau mba enggak percaya, sekarang juga ayo kita cek bareng-bar,,,,,,," Seketika ucapan Diki terpotong, kemudian ia pun langsung teriak dengan begitu kencangnya.

"Awwww.! Aduh, aduh.!" Teriak Diki sambil memegangi juniornya dengan erat, karena tiba-tiba Renata menendang juniornya itu dengan sangat kencang, sehingga membuat ia pun kesakitan, kemudian dengan segera Renata pun langsung masuk ke dalam mobil miliknya itu.

"Ayo Ren cepetan.! Cepetan jalanin mobilnya.!" Ucap Marcell yang dari tadi masih ngumpet di dalam mobil tersebut dengan suara tergesa-gesa karena saking paniknya.

"Ia mas, ini juga Renata mau jalanin mobilnya.! Lagian itu orang siapa sih mas.? Kok mas bisa berurusan sama orang enggak jelas kayak gitu.!" Ucap Renata heran, sambil buru-buru melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Diki yang sedang kesakitan hanya sendiri.

"Aaaahhhh SIAL.! Sebenarnya itu perempuan apa laki-laki sih.? Gede banget tenaganya." Ucap Diki marah, sambil mendang gerbang rumah sakit yang ada dihadapannya.

"Aduuuh.! Sakit banget lagi INI gw." Ucapnya lagi kesakitan, sambil terus memegangi juniornya dengan erat.

######

Jangan lupa like coment dan vote yah guys.!

Terpopuler

Comments

Airhujan

Airhujan

semangat ka. mampir iya😊

2022-11-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!