"Gilaaaa, bisa banget loh godain itu perempuan.! Hati-hati loh, nanti loh loh yang jatuh cinta duluan." Ucap Devano sambil tersenyum menggodanya.
"Tau nih Bang Diki, hati-hati loh.! Nanti Bang Diki loh yang jatuh cinta duluan sama Renata." Sambung Alana sambil tersenyum.
"Apaan sih kalian.! Enggak lah, enggak mungkin." Ucap Diki dengan percaya dirinya.
"Eh tunggu dulu.! Tapi kalau dilihat-lihat, loh itu cocok juga tau Dik sama Renata, iya kan sayang.?" Ucap Devano mencoba untuk menjodohkannya dengan Renata.
"Ia juga yah mas, kalau dilihat-lihat.! Bang Diki ini cocok juga sama Renata, lagian Renata juga baik lagi Bang orangnya." Ucap Alana serius, ia pun ikut-ikutan menjodohkannya dengan Renata.
"Aduh Deeev, Alana.! Kalian itu pada ngomong apa sih.? Gw itu enggak kenal yah sama Renata, gw itu cuma kenal sepintas doang sama dia, dan itu juga rusuh.! Masa udah dibilang cocok-cocok aja. Lagian gw juga enggak ada perasaan apa-apa sih sama itu perempuan.!" Ucap Diki serius kalau ia memang tidak mempunyai perasaan apa-apa kepadanya.
"Kenapa emang, Anita.?" Ucap Devano sedikit nyolot.
"Loh kok jadi ke Anita sih Dev.?" Ucap Diki sedikit kesel, karena ia tau betul kalau Devano paling tidak suka jika ia berhubungan dengannya.
"Ya lagian dari sejak kita masih sekolah, loh itu susah banget tau enggak sih move on dari itu cewek.! Padahal kan loh juga udah tau sendiri kalau itu cewek cuma mempermainkan loh doang.! Dia bisanya cuma memberi loh harapan palsu tau enggak.? Asal loh lagi deket sama cewek lain aja, dia ikutan deketin loh.! Giliran loh udah enggak deket sama siapa-siapa, dia cuek lagi sama loh.! Apa coba yang bisa loh harapin dari cewek kayak gitu.!" Ucap Devano mencoba untuk menasehatinya, kalau Anita cewek pujaan hatinya dari sejak ia sekolah itu hanya mempermainkannya saja, dan itu sebabnya Devano tidak suka jika Diki berhubungan dengannya.
"Anita.? Anita siapa sih mas.?" Ucap Alana bingung dan penasaran, karena ia memang tidak mengenalnya.
ANITA.
Anita adalah tetangga Diki sekaligus teman dari Siska adiknya, dari sejak kecil ia memang suka main ke rumahnya, dan Anita adalah cewek matre yang terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja sama seperti Diki, tapi ia gengsi jika harus memiliki kekasih yang biasa-biasa saja dan tidak kaya, itu sebabnya dari dulu ia tidak mau menerima cinta Diki dan hanya memberinya harapan palsu meskipun ia memiliki perasaan kepadanya, namun jika ada perempuan lain yang sedang dekat dengannya, ia tidak terima dan langsung ikut mendekatinya, karena yang ia mau Diki hanya tergila-gila kepadanya saja, akan tetapi ia bebas dengan laki-laki manapun yang ia mau.
"Aduuuh, udah lah Dev.! Gw lagi males banget bahas masalah kayak ginian.!" Ucap Diki, ia berbicara seperti itu karena sebenarnya ia pun sangat tau kalau Anita hanyalah mempermainkannya saja, namun entah mengapa ia tidak bisa move on darinya.
"Ooooh ya udah kalau gitu.!" Ucap Devano mencoba untuk mengalah dan diam.
"Ya udah yah Dev, Alana juga.! Gw cabut dulu.! Udah malem nih soalnya, Siska sama Dimas pasti udah pada nungguin gw nih di rumah." Ucap Diki, kemudian ia pun langsung melangkah keluar dari rumah tersebut.
"Woy.! Ati-ati loh.! Jangan lupa.! Sekalian ambil mobil gw di bengkel." Teriak Devano.
DI RUMAH DIKI.
Waktu menunjukkan pukul 11:00 Malam.
Terlihat Dimas yang sedang ngobrol dengan teman-temanya di depan teras rumahnya sambil asyik bermain gitar, karena di rumah Diki lah tempat yang paling asyik untuk nongkrong, nongkrong selayaknya orang-orang perkampungan pinggiran kota.
"Woy ngopi nih bro.!" Ucap Dimas yang baru saja keluar dari dalam rumahnya sambil membawa kopi buatannya.
"Gw mau dong satu." Ucap salah satu temannya yang sedang asyik bermain gitar.
"Gw juga mau ya Dim, sat,,,,,,," Seketika ucapan salah satu teman dari Dimas lagi terpotong.
"Dim, udah malam kayak gini Bang Diki belum pulang juga.?" Ucap Siska yang baru saja keluar dari dalam rumahnya panik.
"Belum kak.!" Ucap Dimas singkat.
"Aduuuh.! kemana sih bang Dik,,,,,,,,," Seketika ucapan Siska terpotong.
"Woy, kak Siska, Dimas.! Lihat tuh.! Itu didepan mobil siapa.? Waaah bangus bangeeet." Ucap salah satu teman dari Diki sambil menatap kearah mobil mewah yang sedang berparkir tepat di depan rumah tersebut.
"Loh, kok itu mobil berhenti didepan rumah kita sih kak.?" Ucap Dimas bingung sambil terus menatap kearah mobil mewah tersebut yang berhenti tepat didepan rumahnya itu.
"Kakak juga enggak tau, emang itu mobil mewah punya siapa yah.?" Ucap Siska yang juga bingung melihat hal tersebut.
"Eh tunggu dulu kak.! Itu bukannya Bang Diki yah yang turun dari mobil mewah itu.!" Ucap Dimas sambil menunjuk kearah Diki Abangnya yang sedang turun dari dalam mobil mewah tersebut yang tak lain adalah mobil milik Devano.
"Oh iya bener Dim, itu Bang Diki." Ucap Siska.
"Ya udah deh kak.! Dimas mau samperin Bang Diki dulu" Ucap Dimas sambil buru-buru melangkah menuju ke arahnya.
"Gilaaaaa, ini mobil bagus banget." Ucap Dimas yang baru saja sampai di tempat tersebut, sambil terus menatap kearah mobil mewah tersebut.
"Mobil siapa nih Bang.?" Ucapnya lagi penasaran.
"Kenapa emang.? Baru lihat mobil sebagus dan semewah ini.!" Ucap Diki sambil tersenyum meledeknya.
"Ya bukan gitu Bang, Dimas cuma kaget aja lihat Abang turun dari mobil semewah ini.! Emang ini mobil punya siapa sih Bang.?" Ucapnya penasaran, lagi-lagi ia bertanya seperti itu.
"Punya kak Devano, Abang dipinjemin sama dia suruh pakai ini mobil.!" Ucap Diki mencoba untuk menjawabnya.
"Waaah yang bener Bang.? Kalau gitu besok Dimas ke sekolah pinjam mobilnya yah Bang.? Pasti banyak deh cewek-cewek yang bakal ngelirik Dimas." Ucap Dimas bercanda.
"Enak aja.! Emang motor loh kemana.?" Ucap Diki.
"Ada tuh.! Tapi dari tadi mati-mati mulu, capek Dimas benerinnya." Ucap Dimas serius karena motornya itu adalah motor tua.
"Ya udah.! Besok Abang anterin deh ke sekolah pakai ini mobil.!" Ucap Diki serius.
"Waaah yang bener Bang.? Kalau kayak gini ceritanya, bisa-bisa besok banyak cewek-cewek yang ngantri nih sama gw.." Ucap Dimas sambil tersenyum.
Pagi pun tiba,,,,,,,,
DI PERJALANAN.
Waktu menunjukkan pukul 07:00 Pagi.
Terlihat Diki yang sedang mengendarai mobilnya, untuk mengantarkan Dimas adiknya berangkat ke sekolah, karena seperti yang kita tau, kalau untuk hari ini ia memang sudah berjanji akan mengantarkannya menggunakan mobil mewah tersebut.
"Gilaaaa, jadi orang kaya itu ternyata enak banget yah Bang.?" Ucap Dimas.
"Berangkat ke sekolah pakai mobil mewah, mana adem lagi ada AC nya, enggak kepanasan, pengin apa-apa tinggal tunjuk.! Coba aja kalau Dimas ini jadi orang kaya." Ucap Dimas ngoceh-ngoceh sendiri, sehingga Diki yang sedang fokus mengendarai mobilnya pun tersenyum.
"Udah kamu belajar aja dulu yang bener.! Enggak usah ngehalu yang enggak-engg,,,,,," Seketika ucapan Diki terpotong, karena tiba-tiba ia melihat seorang perempuan seperti Renata yang sedang kesusahan mengecek mesin mobilnya ditengah-tengah jalan, karena sepertinya mobilnya itu mogok.
"Itu bukannya Renata yah.? Perempuan rese yang kemarin ada di rumah Devano.? Tapi ngapain itu perempuan berhentiin mobilnya di tengah-tengah jalan kayak gitu.! Apa mungkin mobilnya itu mogok.?" Ucapnya dalam hati penasaran, sambil terus menatap kearahnya yang masih terus kesusahan mengecek mesin mobilnya.
"Aduuuh.! Ini mobil kenapa harus mogok segala sih.? Mana cuaca mau hujan, jauh dari bengkel lagi.! Terus gw harus gimana nih.? Gw kan enggak ngerti masalah mobil." Ucap Renata kesel, sambil terus mengecek mesin mobilnya, hingga akhirnya Diki pun menyadari kalau perempuan tersebut memang benar Renata.
"Waaah kayaknya bener itu Renata.! Perempuan rese dan sok tau yang kemarin ada di rumah Devano." Ucapnya lagi dalam hati sambil tersenyum, karena seneng melihatnya kesusahan.
"Eeemmmm, gw cengin dia aaah.!" Ucapnya dalam hati sambil terus tersenyum, sehingga Dimas adiknya yang sedang duduk di sampingnya pun bingung melihatnya.
"Bang , Abang itu kenapa sih dari tadi senyum-senyum sendiri.?" Ucapnya sambil terus menatap kearah Diki Abangnya yang senyum-senyum sendiri seperti orang gila.
"Oh enggaaaak, Abang enggak kenapa-napa." Ucap Diki sambil buru-buru menghentikan mobilnya tepat disamping mobil Renata, sehingga Dimas pun lagi-lagi bingung dibuatnya.
"Bang, Abang ngapain berhentiin mobilnya di sin,,,,,,,," Seketika ucapan Dimas terpotong.
"Udah kamu diem aja.!" Ucap Diki sambil tersenyum menatap kearah Renata yang sampai sekarang pun masih kesusahan mengecek mesin mobilnya yang mogok itu.
"Aduuuh.! Gw harus minta tolong sama siapa yah.? Kalau kayak gini bisa-bisa telat gw ke rumah sakit, mana pasien gw sekarang lagi banyak banget lagi.?" Ucap Renata bingung dan panik, sehingga Diki yang masih berada di dalam mobilnya pun lagi-lagi tersenyum, kemudian ia pun langsung buru-buru membuka kaca mobilnya.
"Woy.! Mobilnya kenapa non, mogok.?" Teriak Diki dari dalam mobil, sambil tersenyum jahil kepadanya.
Mendengar teriakkan Diki, seketika Renata pun langsung menatap kearahnya.
"L, l, loh.!" Ucapnya kaget.
"Ngapain loh ada disini.? Loh sengaja yah dari kemaren ngikutin gw.!" Ucapnya lagi nyolot.
"Eeeeh asal main tuduh-tuduh aja loh.! Lagian ngapain gw ngikutin loh.!" Teriak Diki tak terima.
"Kalau loh enggak ngikutin gw, kenapa dong sekarang kita bisa ketemu lagi disini.!" Ucap Renata kesel.
"Lah.! Mana gw tau, mungkin kita jodoh kali." Ucap Diki sambil tertawa meledeknya, ia sengaja berbicara seperti itu karena ia sedang memancing emosinya.
"Iiiihhh ogah amat gw jodoh sama loh.! Dari pada gw jodoh sama loh.! Lebih baik gw enggak nikah seumur hidup gw." Ucap Renata yang sudah mulai terpancing emosinya, sehingga Diki pun lagi-lagi tersenyum.
"Udah loh enggak usah marah-marah terus.! Ngomong-ngomong loh mau enggak gw bantuin nyalain itu mobil.!" Ucap Diki sambil menunjuk ke arah mobil tersebut.
"Enggak usah.! Gw enggak butuh bantuan cowok enggak jelas kayak loh.!" Ucap Renata kesel sambil menatap sinis kearahnya.
"Ya udah.! Lagian gw juga cuma bercanda kok nawarinya, iya enggak Dim.?" Ucap Diki sambil tertawa kearah Dimas, kemudian ia pun langsung melajukan mobilnya kembali.
"Dadaaaaaaaah.!" Teriaknya sambil tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya.
"Iiiiiihhhh.! Ngeselin banget sih itu cowok.! Jangan sampai deh gw ketemu lagi sama cowok enggak jelas kayak gitu.!" Ucap Renata penuh emosi, sehingga Dimas yang melihatnya pun merasa kasihan dan tak tega.
"Bang, Abang kok iseng banget sih jadi cowok.?" Ucap Dimas sedikit kesel.
"Itu cewek kan kasihan Bang.?" Ucapnya lagi sambil menatap kearah Renata yang masih kesusahan mengecek mesin mobilnya dari kaca spion mobil yang sedang Diki bawa.
"Udah biarin aja.! Lagian itu cewek rese yang semalam Bang Diki ceritain sama kamu dan juga Siska" Ucap Diki dengan santainya, ia berbicara seperti itu karena tanpa sepengetahuan dari kita, semalam ia sempat menceritakan kejadian kurang mengenakkan antara ia dan Renata, kepada Dimas dan juga Siska adiknya.
"Bang, tapi itu cewek sekarang lagi kesusahan loh Bang.! Masa Abang tega sih.? Lagian emang Abang enggak ngelihat, tuh.! Cuaca diluar udah mau hujan, dan sampai sekarang itu cewek masih belum bisa nyalain mobilnya. Ayolah baaang, bantuin dia.! Kasihan bang." Ucap Dimas memohon sambil mencoba untuk menyadarkan Diki kakaknya agar mau menolongnya.
"Tapi Dim, sekarang ini udah siang.! Entar kami telat lagi ke sekolah." Ucap Diki mencoba untuk menolak.
"Bang, Abang itu kenapa sih.? Emang Abang lupa apa pesan dari almarhum ibu.! Kalau kita ini harus membantu orang yang lagi kesus,,,,," Seketika ucapan Dimas terpotong.
"Iya, iya, Abang inget.! Udah enggak usah dilanjutin lagi. Nih.! Sekarang juga Abang muter balik." Ucap Diki, ia memang paling tidak bisa jika sudah mendengar pesan dari almarhum ibunya, kemudian ia pun langsung muter balik untuk menolong Renata.
"Ngapain itu mobil cowok enggak jelas balik lagi.? Belum puas apa dia udah bikin gw kesel dari kemaren.?" Ucap Renata kesel, sambil menatap kearah mobil Diki yang sudah terparkir tepat di belakang mobilnya.
"Mau ngapain loh kesini lagi.?" Ucap Renata jutek, sambil menatap kearah Diki yang sudah berdiri tepat dihadapannya.
"Kok mau ngapain, ya mau bantuin loh lah.!" Ucap Diki nyolot.
"Enggak, enggak usah.! Gw enggak butuh bantuan dari cowok rese kayak l,,,,,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong, karena tiba-tiba Diki langsung mengecek mesin mobilnya.
"Eh.! loh mau ngapain ngecek-ngecek mobil gw.?" Ucap Renata masih kesel.
"Udah enggak usah banyak tanya, sekarang loh ambil alat-alatnya, cepetan.!" Ucap Diki menyuruhnya untuk mengambil peralatan untuk memperbaiki mesin mobilnya.
"Enggak mau.!" Ucap Renata masih jutek.
"Udah deh, loh itu enggak usah gengsi.! Ini itu udah mau hujan, emang loh mau apa hujan-hujanan sendirian disini, sambil benerin mesin mobil sendirian.?." Ucap Diki mencoba untuk menakut-nakutinya, sehingga Renata pun langsung terdiam.
"Tapi ada bebernya juga yah kata cowok enggak jelas ini.! Sekarang ini kan udah mau hujan, emang gw mau apa hujan-hujanan disini sendirian sambil benerin itu mobil.! Mana gw enggak ngerti masalah mobil, gw juga takut sama petir lagi." Ucapnya dalam hati serius, sambil terus terdiam dan terbengong.
"Eeehh.! Kok malah diem sih.? Udah cepetan ambil alat-alatnya.! Udah mau turun nih hujannya." Ucap Diki.
"Eh I, i, iya.! Alat-alat yah.? Bentar yah Renata ambilin dulu." Ucap Renata gugup sambil buru-buru mengambil alat-alat tersebut dari dalam mobilnya.
"Nih.!" Ucap Renata sambil memberikan satu buah kotak peralatan tersebut kepadanya.
"Udah loh pegangin aja dulu.!" Ucap Diki yang sudah mulai sibuk mengecek mesin mobil tersebut, tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun.
"Coba mana gw ambilin Tang.!" Ucap Diki sambil terus sibuk mengecek mesin mobil tersebut.
"Tang, yang ini.! Apa yang ini.?" Ucap Renata bingung, sambil memegang dua buah peralatan mobil tersebut ditangannya.
"Yang ini bukan, yang itu juga bukan." Ucap Diki serius, kemudian ia pun langsung melanjutkan memperbaiki mesin mobil tersebut lagi.
"Oh bukan yah.? Ya udah Renata coba Ambil lagi.!" Ucap Renata sambil buru-buru mengambil satu buah peralatan mobil tersebut lagi.
"Kalau yang ini Tang apa bukan.?" Ucap Renata sambil menunjukan lagi satu buah peralatan mobil tersebut kepadanya.
"Ya ampun Rentaaaa.! Itu tuh Obeng Renata, masa loh enggak tau sih.?" Ucap Diki kesel.
"Ya mana gw tau, emang gw ngerti apa masalah kayak ginian.!" Ucap Renata sambil cemberut karena ia memang benar-benar tidak tau mana yang namanya Obeng dan mana yang namanya Tang.
"Ya udah deh mana alat-alatnya.! Biar gw yang ambil sendiri aja." Ucap Diki sambil buru-buru mengambil kotak peralatan tersebut dari tangannya.
"Udah lebih baik loh berteduh tuh disitu.! Soalnya sebentar lagi udah mau turun nih hujannya, nanti loh kehujanan lagi.! Anak manja kayak loh kan enggak bisa kehujanan." Ucap Diki meledeknya, sambil menunjuk ke arah warung yang berada tepat di seberang jalan tersebut.
"A, a, apa tadi loh bilang.?" Ucap Renata marah sambil menatap sinis kearahnya.
"Oh enggaaaak, gw enggak ngomong apa-apa." Ucap Diki berbohong.
"Enggak, tadi gw denger loh ngomong katanya gw anak manj,,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong.
"Dimas.! Tolong ambilin jaket Abang di mobil.! Kasih tuh sama kak Renata.! Soalnya di luar udah gerimis." Teriak Diki serius, ia sengaja meminjamkan jaketnya untuknya agar ia tidak kehujanan, sehingga membuat Renata yang sedang marah pun seketika langsung terdiam.
"T, t, tadi cowok rese itu ngomong apa.? Cowok rese itu mau minjemin gw jaket, karena di luar udah gerimis.? Maksudnya apa.? Dia enggak mau kalau gw sampai kegerimisan.?" Ucap Renata dalam hati gugup karena saking kaget dan tak percayanya mendengar ucapan darinya, kemudian ia pun langsung tersenyum.
"Ternyata cowok rese itu baik juga yah.?" Ucapnya lagi dalam hati sambil terus tersenyum, karena ternyata cowok rese seperti Diki masih mempunyai sisi baik juga.
"Ok Bang.!" Teriak Dimas dari dalam mobil, kemudian ia pun langsung buru-buru mengambil jaket tersebut dan memberikannya kepada Renata.
"Nih kak jaketnya.!" Ucap Dimas sambil tersenyum.
"Oh i, i, iya.! Thanks yah.?" Ucap Renata gugup.
"Ya udah, kakak berteduh tuh disana.!" Ucap Dimas sambil menunjuk ke warung, tempat yang Diki tunjukkan kepada Renata untuk ia berteduh.
"Oh iya dek, kakak tinggal dulu yah.?" Ucap Renata sambil tersenyum, kemudian ia pun langsung buru-buru melangkah menuju warung tersebut, sesampainya ia di dalam warung, ia pun langsung menatap kearah Diki dan Dimas yang masih terus sibuk mengecek mesin mobilnya.
"Gimana Bang, udah nyala belum mobilnya.?" Ucap Dimas penasaran.
"Belum Dim. Eh tapi kamu coba dulu de nyalain mobilnya.! Siapa tau aja bisa, soalnya ini ada kabel yang putus udah abang sambung." Ucap Diki sambil terus sibuk mengecek-ngecek mesin mobil tersebut, sehingga Renata yang sedang duduk di warung pun tersenyum melihatnya.
"Gw bener-bener enggak nyangka, ternyata cowok rese itu enggak seperti yang gw kira, ternyata cowok rese itu baik juga."
Ucap Renata yang tidak sadar telah memujinya, sambil terus tersenyum menatap kearahnya.
"Ayo Dim, cepetan nyalain mobilnya.! Udah nyala apa belum.? Hujannya udah mau turun nih.!" Teriak Diki.
"Bentar yah Bang.! Dimas coba nyalain dulu." Teriak Dimas dari dalam mobil tersebut, kemudian ia pun langsung buru-buru menyalakan mobil tersebut.
"Bang, berhasil Bang.! Udah nyala Bang, udah nyala." Teriak Dimas tergesa-gesa karena saking senangnya.
"Ok, sip.!" Teriak Diki sambil tersenyum.
"Ya udah ayo Bang, kita kesana dulu.! Hujannya udah turun nih.!" Ucap Dimas sambil melangkah menuju warung tempat dimana Renata sedang berteduh, dan diikuti oleh Diki dari belakang.
"Mas, kopi dua yah mas.?" Ucap Diki yang sekarang sudah berada di dalam warung tersebut, kemudian ia pun langsung duduk tepat di samping Dimas dan juga Renata, sambil menikmati secangkir kopi yang ia pesan bersama-sama.
"Kalau dilihat-lihat, ternyata cowok rese ini ganteng juga yah.? Baik lagi."
Ucap Renata dalam hati sambil menatap kearah Diki, sepertinya sekarang ini ia sudah mulai terpukau akan ketampanan dan kebaikannya.
"Loh ngapain lihatin gw kayak gitu.? Udah mulai naksir loh sama gw.?"
Ucap Diki dengan tengilnya, sambil tersenyum kearahnya, sehingga Renata pun langsung salah tingkah dibuatnya.
"Oh e, e, enggaaak.! Siapa yang lagi lihatin loh.! Gw enggak lagi lihatin loh kok.!" Ucap Renata gugup karena ia sedang berbohong.
Melihat Renata gugup seperti itu, Diki hanya tersenyum, begitu juga dengan Dimas yang sedang duduk di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments