Episode 4.

DI PERJALANAN, DI MOBIL RENATA.

Waktu menunjukkan pukul 08:00 Pagi.

Terlihat Renata yang sedang melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit, sambil terbengong dan senyum-senyum sendiri.

"Gw bener-bener enggak nyangka, ternyata cowok enggak jelas itu baik juga yah.? Ganteng lagi.!" Ucapnya dalam hati sambil terus tersenyum, lagi-lagi ia memuji ketampanan dan kebaikannya.

"Apa gw salah yah selama ini udah nilai itu cowok.! Soalnya kalau dipikir-pikir, itu cowok enggak seburuk yang gw kira juga sih, itu cowok baik juga." Ucapnya lagi serius.

"Eh tapi tunggu dulu.! Jaket itu cowok kan masih ada di gw yah.? Aduuuh.! Gimana gw balikinnya.? Gw kan enggak tau alamat rumah itu cowok." Ucapnya lagi bingung, kemudian ia pun langsung terdiam.

"Oh iya, Devano.! Gw yakin dia pasti tau alamat rumahnya, secara cowok enggak jelas itu kan temennya dia.! Masa dia enggak punya sih." Ucapnya lagi dalam hati sambil tersenyum, kemudian ia pun langsung mengambil ponselnya dan langsung buru-buru meneleponnya.

DI TEMPAT BERBEDA, MASIH DI PERJALANAN.

Terlihat Diki yang juga sedang mengendarai mobilnya untuk melanjutkan perjalanannya menuju sekolahan Dimas adiknya.

"Bang, ngomong-ngomong cewek yang tadi itu siapa sih bang.?" Ucap Dimas penasaran.

"Cewek yang mana.? Yang tadi.!" Ucap Diki sambil terus sibuk menyetir mobilnya tanpa menoleh ke arahnya sama sekali.

"Iya bang, yang tadi.! Kalau dilihat-lihat, cewek yang tadi cantik juga yah bang.?" Ucap Dimas menganggumi kecantikan Renata, sehingga membuat Diki pun langsung terkekeh.

"Apa kamu bilang.? Cewek yang tadi kata kamu cantik.? Masa cewek rese kayak gitu dibilang cantik." Ucapnya sambil terus tertawa, ia berbicara seperti itu karena memang menurutnya Renata itu biasa-biasa saja, mungkin ia seperti itu karena ia tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya, namun sebenarnya Renata itu memanglah cantik.

"Yah ini Abaaaag.! Udah buta kali yah.? Masa enggak bisa ngeliat cewek secantik itu.! Giliran kak Anita aja, di puja-puja teruuus." Ucap Dimas sambil meledeknya.

"Ya wajar lah.! Kak Anita kan cewek special buat Abang." Ucap Diki sambil tersenyum.

"Iya buat Abang sepecial, tapi kak Anita nya cuma mainin Abang doang." Ucap Dimas yang juga kesel sama seperti Devano, karena Anita hanya mempermainkan Diki abangnya saja.

Mendengar ucapan Dimas, Diki pun langsung terdiam, sehingga membuat Dimas pun merasa tidak enak.

"Ups.! Sorry bang keceplosan." Ucapnya sambil tersenyum.

"Oh iya bang, tapi ngomong-ngomong lagi nih yah, cewek itu siapa sih.? Abang bisa kenal sama cewek secantik itu dimana.?" Ucap Dimas masih penasaran.

Melihat Dimas adiknya sepenasaran itu, Diki pun langsung menceritakan semuanya, dari pertama kali ia bertemu dengannya, sampai menceritakan siapa sebenarnya sosok Renata itu.

"A, a, apa bang.? Perempuan itu namanya kak Renata, terus dia temen kuliahnya kak Devano, dan dia itu seorang Dokter.?" Ucap Dimas gugup karena saking kaget dan tak percayanya.

"Iya Dimaaaas, bawel banget sih kamu.! Kayak perempuan aja tau enggak.?" Ucap Diki sedikit kesel, sambil terus sibuk menyetir mobilnya.

"Waaah bang.! Kalau kayak gitu berarti kak Renata itu anak orang kaya dong bang.?" Ucap Dimas sambil tersenyum penuh makna.

"Tau dari mana kamu.! Kalau dia anak orang kaya.?" Ucap Diki penasaran dengan pemikiran Dimas adiknya yang sok tau itu.

"Ya iya lah bang.! Secara kan tadi kata Abang, kak Renata itu seorang Dokter, dan kata Abang juga kak Renata itu teman kuliah kak Devano waktu kak Devano kuliah di Korea.! Kan enggak mungkin dong bang, kak Devano berteman sama orang miskin." Ucap Dimas sambil tersenyum kearah Diki Abangnya.

"Kecuali Abang.!" Ucapnya lagi sambil tersenyum jahil kepadanya.

"Sial loh.!" Ucap Diki yang juga ikutan tersenyum.

"Tapi kayaknya kak Renata suka deh sama Abang.! Soalnya Dimas lihat-lihat, tadi itu kak Renata perhatiin Abang mulu." Ucap Dimas serius, kalau tadi ia melihat Renata yang tak henti-hentinya memperhatikan Diki Abangnya.

"Udah deh Bang, mendingan Abang sikat aja.!" Ucapnya lagi penuh semangat, sehingga Diki yang sedang sibuk menyetir mobilnya pun lagi-lagi tersenyum dibuatnya.

"Loh kira itu WC, asal main sikat-sikat aja.!" Ucapnya.

"Ya iya lah bang.! Lagian kan kak Renata itu anak orang kaya bang." Ucap Dimas mencoba untuk mengingatkan lagi kalau Renata itu anak orang kaya.

"Lah, emang kenapa kalau kak Renata itu anak orang kaya.?" Ucap Diki bingung dengan pemikiran Dimas adiknya itu.

"Yaaah ini Abang.! Kurang jauh nih Abang mainnya, jadinya kurang pinter." Ucap Dimas lagi-lagi meledeknya.

"Nih ya bang, Dimas kasih tau sama Abang.! Kalau Abang sampai nikah sama kak Renata, kan otomatis Abang jadi orang kaya, dan kalau sampai Abang jadi orang kaya, otomatis Dimas sebagai adik Abang kan juga ikutan kecipratan tuh kekayaannya, iya enggak bang.?" Ucapnya lagi sambil tersenyum membayangkan betapa bahagianya jika ia menjadi orang kaya.

"Yah ini anak.! Ngehalu aja bisanya." Ucap Diki sambil menjitak kepalanya.

"Aduh.! Sakit bang." Ucap Dimas kesakitan.

"Lagian sih kamu, ada-ada aja.! Nih yah Abang kasih tau sama kamu.! Kalau kamu mau jadi orang kaya, belajar aja dulu yang bener.!" Ucap Diki mencoba untuk menasehatinya.

"Tuh sekolahan kamu udah nyampe.! Udah sana cepetan turun.!" Ucapnya lagi sambil menunjuk kearah sekolahan tersebut.

Satu hati kemudian,,,,,

DI PERJALANAN.

Waktu menunjukkan pukul 04:00 Sore.

Terlihat Renata yang sedang mengendarai mobilnya, muter-muter di pinggiran kota, karena sepertinya sekarang ini ia jadi ke rumah Diki untuk mengembalikan jaketnya.

"Aduuuh.! Perasaan dari tadi gw udah muter-muter, tapi kok rumah itu cowok enggak ketemu-ketemu sih.? Kata Devano alamatnya di sini.! Tapi kok dari tadi gw muter-muter enggak ketemu-ketemu juga." Ucap Renata yang sudah mulai lelah, karena ia dari tadi sudah muter-muter cukup lama.

"Eh tunggu dulu.! Apa mungkin itu yah rumahnya.! Mmmmm tapi kok kecil banget sih.?" Ucapnya lagi bingung, sambil menatap kearah rumah kecil yang sangat-sangat sederhana yang berada tepat di pinggiran sungai, dan rumah tersebut memang lah rumah Diki.

"Tapi gw coba turun aja deh.! Siapa tau aja emang bener itu rumahnya." Ucapnya lagi sambil buru-buru turun dari mobilnya, kemudian ia pun langsung melangkah menuju rumah tersebut. Namun baru saja ia melangkah, langkahnya sudah terhenti, karena ia melihat dua orang perempuan yang sedang asyik ngobrol di depan teras rumah tersebut, dan kedua perempuan tersebut ternyata adalah Siska dan Anita.

"Aduuuh.! Bodoh banget sih gw. Kenapa tadi gw enggak tanya dulu yah sama Devano.! Diki udah punya istri apa belum. Gimana kalau ternyata salah satu dari mereka adalah istrinya.! Iiiiiihhhh mau ngapain kali gw jauh-jauh kesini.!" Ucapnya lagi kesal dan sedikit kecewa, karena sepertinya benar apa kata Dimas, ia sudah mulai ada rasa kepada Diki Abangnya.

"Udah deh.! Lebih baik sekarang gw pulang aj,,,,,," Seketika ucapnya terpotong.

"Maaf kak, dari tadi saya perhatiin kakak bolak-balik terus kayak lagi cari alamat. Kalau saya boleh tau, kakak lagi cari alamat rumah siapa yah.?" Ucap Siska yang sekarang ini sedang berdiri tepat di hadapannya.

"Oh i, i, iya.! Aku sekarang emang lagi cari alamat." Ucap Renata gugup dan kaget.

"Mba tau enggak, alamat rumah Diki dimana.?" Ucapnya lagi mencoba untuk bertanya kepadanya.

"Oh rumah bang Diki.! Kalau kakak sekarang lagi cari rumah bang Diki, kebetulan sekali ini rumah bang Diki kak." Ucap Siska sopan sambil tersenyum.

Mendengar Siska menyebut Diki dengan panggilan bang, seketika Renata pun langsung terdiam.

"Tuh kan, perempuan ini panggil Diki Bang. Apa mungkin perempuan ini bener istri Diki yah.?" Ucapnya dalam hati bertanya-tanya.

"Kak, kakak kenapa.? Kok malah diem." Ucap Siska bingung.

"Oh e, e, enggak.! Enggak papa." Ucap Renata gugup karena ia sedang berbohong.

"Oh iya.! Kalau boleh tau sekarang Diki nya ada enggak yah di rumah.?" Ucapnya lagi.

"Bang Diki nya masih kerja kak.! Tapi sebentar lagi juga pulang." Ucap Siska serius, kalau sebentar lagi adalah waktu Diki Abangnya itu pulang kerja.

"Oooh masih kerja yah.?" Ucap Renata.

"Iya kak masih kerja, jadi gimana.? Kakak mau nungguin disini.! Apa mau kesini lagi lain waktu.?" Ucap Siska mencoba untuk memberikannya pilihan.

"Ya udah deh enggak papa.! Aki tunggu Diki sampai pulang aja." Ucap Renata sambil tersenyum.

"Ya udah kalau gitu, ayo kak masuk.! Kita tunggu bang Diki nya di dalam." Ucap Siska menyuruhnya untuk masuk.

"Sis, perempuan itu siapa.? Loh kenal.?" Bisik Anita yang dari tadi sedang berdiri di sampingnya, sambil menatap sinis kearah Renata.

"Gw juga enggak tau, mungkin teman kerja bang Diki kali." Ucap Siska mencoba untuk menebaknya.

"Oh gituuuu." Ucap Anita sambil memperhatikannya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

"Siapa yah perempuan ini.? Awas aja kalau ini perempuan berani deketin bang Diki." Ucapnya dalam hati kesel, sambil terus memperhatikannya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.

"Mba,,,," Ucap Renata menyapanya dengan sopan sambil tersenyum, namun sayang Anita tidak menjawabnya.

"Ya udah yah Sis, gw pulang dulu.! Udah sore nih." Ucapnya sambil buru-buru melangkah pulang ke rumahnya.

Satu jam kemudian,,,,,

Terlihat Renata yang masih duduk di ruang tamu rumah Diki, karena sampai sekarang Diki belum juga pulang.

"Iiiihhh.! Itu cowok rese lama banget sih enggak pulang-pulang.? Mana sekarang ini gw cuma berdua doang lagi sama istrinya." Ucapnya dalam hati kesel, karena sampai sekarang pun ia masih mengira kalau Siska itu adalah istrinya. Mungkin ia seperti itu karena sekarang ini ia sedang cemburu kepada Siska.

"Maaf yah kak.! Tadi aku tinggal sebentar." Ucap Siska yang baru saja masuk ke dalam rumahnya, karena ia baru saja pulang belanja sayuran di depan rumahnya itu.

"Oh i, i, iya, enggak papa kok.!" Ucap Renata gugup sambil tersenyum.

"Oh iya kak, kakak bisa masak enggak.? Dari pada kakak jenuh nungguin bang Diki kelamaan, mendingan kita masak bareng-bareng aja gimana.?" Ucap Siska penuh semangat.

"B, b, boleh sih.! T, t, tapi aku enggak bisa masak." Ucap Renata sambil tersenyum malu, karena ia memang beneran tidak bisa masak, mungkin ia seperti itu karena dari sejak kecil ia selalu dimanja oleh kedua orangtuanya, jangankan masak, ke dapur pun sangat jarang untuknya.

"Oh enggak bisa masaaak, ya udah enggak papa deh.! Kakak bantu potong-potong sayur,,,,,," Seketika ucapan Siska terpotong, karena tiba-tiba ponselnya berdering karena ada pesan masuk TING.! Dari Diki Abangnya.

"Sis, hari ini Abang pulang malam. Soalnya pak Erik nyuruh Abang lembur." Isi chat tersebut.

"Yaaaah kak.! Gimana yah.? Tadi bang Diki chat aku, katanya bang Diki lembur, jadi bang Diki enggak bisa pulang cepat." Ucap Siska mencoba untuk memberi tahu apa isi chat dari Diki tersebut.

"Oh gituuuu, ya udah kalau gitu aku pulang aja deh.! Lain waktu aku kesini lagi." Ucap Renata sedikit kecewa, kemudian ia pun langsung terdiam.

"Iiiihhh.! Itu cowok rese ngeselin banget sih.! Gw udah nunggu lama-lama juga, mana bareng istrinya lagi.! Eh malah enggak pulang-pul,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong.

"Maaf banget yah kaaak.? Bang Diki mah emang gitu orangnya, belum punya istri juga laganya udah kayak punya istri 5 aja, kalau udah kerja, penginnya lembuuur terus.!" Ucap Siska merasa bersalah, ia mencoba untuk memberi tahu Renata, kalau Diki Abangnya memang selalu seperti itu.

"M, m, maksudnya.?" Ucap Renata gugup dan bingung.

"Iya kak, bang Diki itu emang kayak gitu orangnya.! Belum punya istri aja, laganya udah kayak punya istri 5, kalau udah kerja, hobinya lembuuur terus." Ucap Siska mencoba untuk mengulangi lagi ucapnya itu, sehingga membuat Renata yang sedang kesel pun langsung tersenyum.

'"J, j, jadi, kamu ini bukan istrinya bang Diki.?" Ucapnya sambil terus tersenyum karena saking senangnya.

"Yaelah, bukan lah!" Ucap Siska sambil tersenyum karena lucu mendengar ucapannya.

"Makanya kak, kita kenalan dulu.! Nama aku Siska, aku adik pertama dari bang Diki.! Dan bang Diki juga belum punya istri kok kak." Ucapnya lagi sambil tersenyum, ia mencoba memberi tahu Renata, kalau Diki Abangnya masih perjaka.

"Oh g, g, gituuuu.?" Ucap Renata lagi-lagi gugup.

"Y, y, ya udah, kalau gitu kita masak yuk.!" Ucap Renata sambil tersenyum penuh semangat.

"Loh kok masak sih kak.? Bukannya tadi kata kakak, kakak mau pulang yah.?" Ucap Siska bingung.

"Oh e, e, enggak deh, enggak jadi.! Aku mau nungguin bang Diki pulang aja, sekalian aku juga mau belajar masak sama kamu.! Biar aku bisa masak makanan kesukaan bang Dik,,,,,,," Seketika Renata pun langsung terdiam.

"Aduuuh.! Bodoh, bodoh, bodoh.! Hampir aja gw keceplosan. Kira-kira Siska denger enggak yah tadi gw mau ngomong apa." Ucapnya lagi dalam hati panik.

"Apa.? Tadi kakak ngomong apa.?" Ucap Siska kaget sambil tersenyum, karena ia memang mendengar apa yang tadi Renata ucapkan.

"Oh e, e, enggak.! Ya udah ayo kita masak.!" Ucapnya lagi gugup dan semakin panik, sambil buru-buru melangkah menuju dapur.

"Kak Renata.! Salah, bukan kesitu dapurnya.!" Teriak Siska sambil tersenyum karena lucu melihat tingkah lakunya.

"Oh b, b, bukan kesini yah.?" Ucap Renata lagi-lagi gugup, kemudian ia pun langsung melangkah menuju dapur, meninggalkan Siska yang sedang berdiri hanya sendiri.

"Heeemm.! Gw yakin, kak Renata pasti suka deh sama bang Diki.! Soalnya kelihatan banget dari tingkah lakunya." Ucapnya dengan sangat yakin sambil tersenyum.

"Tapi enggak papa sih.! Lagian kak Renata kelihatannya baik kok orangnya, attitude nya juga Ok.! Ramah, sopan lagi. Dari pada Anita.?" Ucap Siska mencoba untuk membandingkan antara Renata dan Anita sahabatnya, kemudian ia pun langsung melangkah menuju dapur untuk menyusul Renata, namun sesampainya ia di dapur, ia heran melihat Renata yang sedang berdiri di depan jendela dapur tersebut sambil senyum-senyum sendiri.

"Kak, kakak kenapa.? Kok senyum-senyum sendiri.?" Ucap Siska bingung.

"Eh kamu Sis." Ucap Renata kaget.

"Enggaaak, aku cuma seneng aja main di rumah kamu.! Soalnya disini itu asyik, seru banget lagi." Ucapnya lagi sambil terus tersenyum dan berdiri tepat di depan jendela dapur tersebut, karena ternyata dari tadi ia sedang melihat Dimas dan teman-temannya yang sedang asyik bermain gitar di depan teras rumahnya.

Mendengar ucapan Renata, Siska pun langsung tersenyum.

"Ya namanya juga perkampungan kak, ya kayak gini deh suasananya." Ucapnya.

"Enggak kayak rumah kakak.! Pasti rumah kakak berada di kawasan elite yah kak.? Dan pastinya juga mewah lagi." Ucap Siska mencoba untuk menebaknya, ia menebaknya seperti itu karena dari penampilannya terpampang dengan sangat jelas kalau Renata itu adalah anak dari orang kaya.

"Enggaaak, kata siapa.? Rumah kakak biasa-biasa aja kok.!" Ucap Renata mencoba untuk merendah, kemudian ia dan Siska pun langsung mulai memasak.

Satu jam kemudian,,,,,,

Terlihat Dimas dan teman-temannya yang dari tadi masih asyik bermain gitar di depan teras rumahnya.

"Ternyata belum siap aku,,,,, kehilangan dirimu,,,," Suara Dimas menyanyikan lagu belum siap kehilangan dari Stevan Pasaribu sambil memetik sebuah gitar.

"Kayak gini bukan sih liriknya.?" Ucapnya lagi yang sedikit lupa dengan lirik lagu tersebut.

"Iya bener Dim, kayak gitu lirik,,,,," Seketika ucapan salah satu dari teman Dimas terpotong.

"Dimas, itu mobil siapa di depan.?" Ucap Diki yang baru saja pulang dari kerja, sambil menatap kearah mobil Renata yang terparkir tepat didepan rumahnya.

"Eh Abang.! Baru pulang kerja bang.?" Ucap Dimas kaget.

"Iya nih.! Abang baru pulang kerja." Ucap Diki.

"Oh iya.! Itu di depan mobil siapa.?" Ucapnya lagi.

"Oh ituuuu.! Biasalah bang, mobil calon pacar Abang.!" Ucap Dimas sambil tersenyum menggodanya.

"Dimaaas, please yah.! Jangan bercanda.! Sekarang Abang lagi capek banget nih.! Itu di depan mobil siapa.?" Ucap Diki lagi-lagi bertanya seperti itu.

"Dimas enggak bohong kok bang.! Kalau Abang enggak percaya, Abang masuk aja ke rumah.! Nanti juga Abang tau itu mobil milik siapa." Ucap Dimas malah menjawabnya seperti itu.

"Ya udah lah.! Capek Abang ngomong sama kamu.!" Ucap Diki sambil buru-buru masuk kedalam rumahnya.

"Eh.! Abang udah pulang bang.?" Ucap Siska yang sedang sibuk menyiapkan makan malam di ruang makan.

"Udah Sis, aduuuuuh.! Capek banget Abang hari ini.!" Ucap Diki kecapekan sambil membuka jas yang sedang ia kenakan.

"Oh iya sis, itu di depan mobil siap,,,,,," Seketika ucapan Diki terpotong.

"Aduh Siska, tolongin kakak Sis.! Aduh perih banget mata kakak." Ucap Renata yang baru saja keluar dari dapur sambil memejamkan matanya karena perih habis memotong bawang.

"R, R, Renata.?"

Ucap Diki kaget sambil menatap kearahnya.

Mendengar suara Diki, seketika Renata pun langsung membukakan matanya yang sedang terpejam.

"D, D, Diki, kamu udah pulang.?"

Ucap Renata kaget sambil tersenyum senang, karena orang yang ia tunggu-tungu akhirnya pulang juga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!