Episode 5.

"Ia gw udah pulang." Ucap Diki singkat.

"Eh tunggu dulu.! Ngomong-ngomong loh ngapain ke rumah gw.?" Ucapnya lagi bingung mengapa tiba-tiba Renata bisa ada di rumahnya.

"Loh kok Abang nanyanya gitu sih.? Enggak sopan amat." Ucap Siska sedikit kesel, karena menurutnya pertanyaan Diki Abangnya itu kurang sopan.

"Y, y, ya bukan gitu maksud Abang Sis, Abang cuma kaget aja lihat Renata tiba-tiba bisa ada disini.!" Ucap Diki mencoba untuk menjelaskan.

"Oh iya Ren, kalau boleh tau ada apa yah.? Kok loh tiba-tiba main ke rumah gw.?" Ucap Diki mencoba untuk menanyakannya lagi dengan sopan.

"Oh enggak, enggak ada apa-apa.! Gw cuma mau balikin jaket loh yang kemarin loh pinjemin ke gu,,,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong, karena tiba-tiba ada seseorang berbadan besar dan kekar membawa beberapa anak buahnya masuk ke dalam rumah Diki dengan raut wajah penuh dengan emosi sambil teriak-teriak.

"Woy Diki.! Keluar loh sekarang juga.!" Teriaknya sambil terus berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.

"Bang, Bang.! Ada apa yah.? Abang ini siapa.? Kok Abang teriak-teriak panggil Bang Diki." Teriak Dimas tergesa-gesa dan panik.

"Aaahhh enggak usah banyak bacot loh.! Sekarang juga loh kasih tau gw.! Dimana itu Diki.?" Ucapnya semakin emosi, sehingga membuat Dimas pun gugup dan ketakutan.

"B, B, Bang Diki nya ada didal,,,,,,,," Seketika ucapan Dimas terpotong, karena tiba-tiba ia melihat Diki, Renata dan juga Siska yang datang menghampirinya dari ruang makan dengan langkah kaki yang sangat terburu-buru.

"Dimas, ada apa ini rame-rame.? Terus mereka itu siapa.? Kok mereka bisa ada disini.!" Ucap Siska tergesa-gesa karena saking kaget dan paniknya melihat mereka ada di dalam rumahnya.

"Kalian ini siapa.? Ada apa kalian cari-cari gu,,,,,," Seketika ucapan Diki terpotong.

"Aaaahhhh.! Enggak usah banyak bacot loh.! Bangsat.!" Ucap seseorang berbadan besar dan kekar tersebut masih penuh dengan emosi, sambil memukul Diki dengan sangat kencang dan secara tiba-tiba, sehingga ia pun langsung terjatuh dan tidak bisa melawannya.

"Sekarang juga habisi anak ini.!" Teriaknya lagi menyuruh semua anak buahnya untuk menghabisi dan menghajarnya.

"Aw.! Aduh.! Aw.!" Teriak Diki kesakitan karena mereka menghajarnya tanpa henti-henti sehingga membuat ia pun babak belur dan tidak bisa melawannya, apalagi jumlah mereka pun cukup banyak.

"Cukup bang.! Cukup.! Sebenarnya Abang ini siapa sih.? Kenapa Abang hajar bang Diki sampai kayak gini.!" Teriak Siska marah, sambil mencoba untuk memisahkan mereka semua dari Diki Abangnya, namun sayang mereka semua tidak perduli, mereka semua malah terus menghajarnya habis-habisan sampai Diki tak berdaya dan semakin babak belur.

"Gw peringatin yah sama loh.! Jangan coba berani macem-macem loh sama bos gw." Ucap seseorang berbadan besar dan kekar tersebut penuh dengan emosi, sambil menggenggam kerah baju Diki dengan kuat, ia berbicara seperti itu karena ternyata ia itu adalah anak buah dari Marcell seseorang yang kemarin sempat Diki kejar-kejar yang tak lain adalah pesaing bisnis pak Erik, kakak dari Renata yang sekarang ini sedang berada di rumahnya, kemudian ia pun langsung melangkah pergi dari rumah tersebut mengajak semua anak buahnya, meninggalkan Diki dengan keadaan separah itu.

"Aaaahhhh Sial.!" Teriak Diki marah, dengan keadaan yang sudah tidak karuan sambil menggebrak meja yang ada dihadapannya.

"Bang, sebenarnya tadi itu siapa sih bang.? Kenapa itu orang bisa hajar bang Diki sampai babak belur kayak gini.!" Ucap Dimas penasaran.

"Aw.! Sssttttt, aduuuuuh.! Abang juga enggak tau Dim." Ucap Diki serius sambil kesakitan memegangi wajahnya yang babak belur itu, ia menjawabnya seperti itu, karena ia memang benar-benar tidak tau kalau orang tersebut ternyata adalah orang suruhan Marcell, dan ia juga tidak tau kalau ternyata Marcell itu adalah kakak dari Renata.

"Udah Dim, kamu enggak usah banyak tanya dulu.! Lebih baik sekarang juga kamu panggilin Dokter untuk rawat luka bang Diki.! Cepetan.!" Ucap Siska tergesa-gesa karena saking paniknya melihat keadaan Diki Abangnya seperti itu.

"Eh tunggu dulu.! Biar kak Renata aja yang rawat luka bang Diki, lagian kak Renata ini juga kan Dokter." Ucap Renata mencoba untuk menawarkan diri.

"O, o, oh ya udah kalau gitu cepetan kak.! Kasihan bang Diki." Ucap Siska gugup dan tergesa-gesa.

"Ya udah, ya udah.! Kalau gitu kalian bawa Bang Diki ke tempat yang lega, biar Bang Diki bisa Istirahat dan tiduran dengan nyaman.!" Ucap Renata mencoba untuk menyuruhnya seperti itu.

"Ya udah, sekarang kak Renata mau ambil peralatan kak Renata dulu di mobil." Ucapnya lagi sambil buru-buru melangkah menuju mobilnya untuk mengambil peralatan medis tersebut.

"Eh tunggu dulu Ren.! Aw, Ssssttttt.! Biar Dimas aja yang ambilin.! Soalnya sekarang ini kan di luar lagi hujan, nanti loh kehujanan lagi." Ucap Diki yang tidak sengaja mengkhawatirkan keadaannya, ia berbicara seperti itu karena memang benar sekarang ini keadaan di luar sedang hujan deras.

"Udah enggak papa.! Biar Renata aja." Ucap Renata sambil tersenyum, kemudian ia pun langsung buru-buru melanjutkan lagi langkahnya untuk mengambil peralatan medis tersebut.

10 Menit berlalu,,,,,,

Renata pun sudah kembali lagi masuk ke dalam rumah Diki, sambil membawa peralatan medis tersebut, dengan keadaan baju basah kuyup terkena air hujan.

"Ya ampun kaaak, baju kakak ini basah bangeeet.? Kakak pinjem baju Siska aja yah kak, ayo.!" Ucap Siska yang baru saja selesai mempapah Diki masuk ke dalam kamarnya, kemudian ia pun langsung menarik tangan Renata untuk masuk ke dalam kamarnya, sesampainya mereka di dalam kamar, Siska pun langsung menyuruhnya untuk memilih baju yang ia sukai dan muat di badannya.

"Ya udah.! Kalau kak Renata mau ganti baju, ganti baju aja disini.! Siska tinggal dulu yah kak, soalnya Siska mau lihat keadaan Bang Diki lagi." Ucap Siska sambil buru-buru melangkah keluar dari kamarnya menuju kamar Diki abangnya.

"Gimana bang, keadaan bang Diki sekarang.? Udah agak mendingan.?" Ucapnya yang sudah berada di dalam kamar tersebut sambil menatap kearah Diki yang sedang berbaring di atas sofa kamarnya.

"Aw, Ssssttttt.! Iya udah rada mendingan kok.!" Ucap Diki mencoba untuk menenangkannya, meski sebenarnya sekarang ini ia masih sangat kesakitan.

"Rada mendingan gimana.? Orang bang Diki dari tadi teriak-teriak mulu kesakitan." Ucap Dimas yang dari tadi sedang duduk disamping Diki untuk menemaninya.

"Enggak, Abang enggak papa kok.!" Ucap Diki lagi-lagi berbicara seperti itu.

"Oh iya, ngomong-ngomong kak Renata nya mana.?" Ucap Diki penasaran sambil tengak-tengok keluar kamarnya karena kebetulan pintu kamarnya itu terbuka.

"Kak Renata adaaa, dia lagi ganti baju dulu di kamar Siska, soalnya tadi itu dia kehujanan terus bajunya basah." Ucap Siska mencoba untuk memberi tahu.

"Emmmm, so sweet banget yah Dokter cinta Abang itu.!" Ucap Dimas sambil tersenyum meledeknya.

"M, m, maksudnya.?" Ucap Diki bingung.

"Ya iya.! Rela hujan-hujanan, basah-basahan demi untuk ambil peralatannya untuk obati luka Abang.!" Ucap Dimas mencoba untuk menjelaskan.

"Apaan sih kamu Dim.! Dari kemaren goda-godain Abang kayak gitu mulu.! Abang ini enggak ada perasaan apa-apa yah sama kak Renata." Ucap Diki serius, kalau sampai sekarang pun ia tidak memiliki perasaan apa-apa kepadanya.

"Eh bang.! Tapi serius loh, kayaknya kak Renata itu suka deh sama Abang.!" Ucap Siska mencoba untuk memberi tahukannya.

"Soalnya dari tadi Siska perhatiin, kak Renata itu kayak,,,,,,," Seketika ucapan Siska terpotong.

"Maaf, aku masuk yah.?" Ucap Renata yang sedang berdiri tepat di depan pintu kamar tersebut, sambil membawa peralatan medis yang tadi sempat ia ambil di dalam mobilnya.

Melihat Renata masuk kedalam kamarnya, seketika Diki pun langsung tertawa, sehingga membuat Siska pun kesel.

"Bang, Abang kenapa sih ketawa-ketawa kayak gitu.?" Ucapnya bingung.

"Oh enggaaak, Abang ketawa lucu aja ngeliat kak Renata pakai baju tidur loh.! Soalnya enggak pantes." Ucap Diki sambil terus menertawakannya, sehingga Renata pun ikut kesel.

"Iiiihhh.! Apaan sih bang Diki, orang udah cantik-cantik juga pakai baju ini.! Malah diketawain." Ucapnya dalam hati sambil cemberut.

"Oh iya kak Renata, ya udah ayo masuk.!" Ucap Siska sambil tersenyum.

"Oh i, i, iya." Ucap Renata gugup sambil buru-buru melangkah masuk ke dalam kamar tersebut.

"Ya udah bang, Dokter cintanya udah datang tuh.! Kita tinggal dulu yaaaah.?" Ucap Dimas lagi-lagi menggodanya, sambil buru-buru mengandeng tangan Siska dan mengajaknya keluar dari kamar tersebut.

"Eh.! Kok kalian tinggalin kak Renata sama bang Diki didalam kamar berduaan doang sih.?" Ucap Renata panik, karena ia memang belum pernah berduan di dalam kamar dengan laki-laki mana pun, kecuali dengan keluarganya.

"Udaaah, gw enggak bakalan apa-apain loh kok.! Enggak usah takut." Ucap Diki yang sekarang ini sedang duduk diatas sofa kamarnya.

"Ya udah ayo cepetan.! Katanya loh mau obatin gw." Ucapnya lagi.

"I, i, iya." Ucap Renata gugup sambil berjalan menghampirinya dan duduk tepat disampingnya, kemudian ia pun langsung terdiam sambil tengak-tengok memperhatikan kamar tersebut.

"Ngapain loh lihat-lihat kamar gw kayak gitu.? Loh enggak suka disini.! Kamar gw kecil.? Enggak segede dan semewah kamar loh.!" Ucapnya sok tau.

"Oh e, e, enggak kok.! Gw enggak bermaksud kayak gitu.! Beneran." Ucap Renata lagi-lagi gugup karena ia merasa tidak enak kepadanya.

"Y, y, ya udah.! Kalau gitu mendingan langsung Renata obatin aja yah bang lukanya.?" Ucapnya lagi mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, ia sengaja berbicara dengan Diki tidak menggunakan bahasa loh, gw, loh lagi, karena sepertinya ia sedang ingin berdamai dengannya, sehingga membuat Diki pun langsung terdiam sambil tersenyum lucu.

"Ini serius, Renata panggil gw bang.? Dan dia udah enggak pakai bahasa loh, gw, loh, gw lagi pas lagi ngomong sama gw.?" Ucapnya tak percaya.

"Eeemmmm, kayaknya bener deh kata Dimas sama Siska, kalau ini cewek udah muali suka sama gw." Ucap Diki dalam hati dengan percaya dirinya sambil tersenyum, sehingga membuat Renata pun bingung.

"Bang Diki, bang.! Abang kenapa.? Kok dari tadi senyum-senyum sendiri.?" Ucapnya.

.

"Oh e, e, enggaaak, enggak papa !" Ucap Diki gugup karena ia sedang berbohong.

"Y, y, ya udah ayo cepetan, obatin luka gw.! Aw, Ssssttttt.! Sakit banget nih.!" Ucap Diki kesakitan sambil memegang pelan wajahnya yang babak belur itu.

"Oh i, i, iya." Ucap Renata sambil buru-buru mengeluarkan peralatan medisnya dari dalam tas, kemudian ia pun mencoba untuk membersihkan lukanya, namun belum sempat ia membersihkan lukanya, lagi-lagi Diki sok tau.

"Oh iya, ngomong-ngomong ngapain loh ke rumah gw.? Kangen loh sama gw.?" Ucapnya sambil tersenyum menggodanya, sehingga membuat Renata pun kesel.

"Udah deh.! Kalau bang Diki cuma niat mau ngomong-ngomong kayak gitu, lebih baik Renata pulang aja.!" Ucapnya kesel, sambil buru-buru membereskan lagi semua peralatan medis yang tadi sempat ia keluarkan dari dalam tasnya.

"Eh, tunggu dulu.! Kok loh marah sih.? Gw kan cuma bercanda." Ucap Diki serius sambil buru-buru mengeluarkan lagi peralatan medis milik Renata yang sedang Renata bereskan itu.

"Udah yah, loh enggak usah marah.! Gw cuma bercanda." Ucapnya lagi dengan tegas.

"Tapi Renata enggak mau yah.? Bang Diki bercanda-candain Renata kayak gitu lagi.!" Ucap Renata masih kesel, karena ia tidak suka dengan bercandaannya itu, yang seolah-olah menggambarkan kalau ia adalah perempuan murahan.

"Iya enggaaak, gw minta maaf.!" Ucap Diki serius.

"Ya udah cepetan obati luka gw.! Aw, Sssttttt.! Sakit banget tau." Ucapnya lagi sambil terus mereunyi kesakitan sehingga membuat Renata pun tak tega dan langsung buru-buru membersihkan dan mengobati luka tersebut

"Aw, Sssttttt.! Pelan-pelan Renata.! Perih banget tau." Teriak Diki dengan kencangnya karena saking perihnya.

"Iya baaang, tahan dulu.! Bentar lagi juga selesai." Ucap Renata dengan sabarnya, sambil terus membersihkan luka tersebut.

"Gimana gw mau tahan, orang perih banget kayak gini.!" Ucap Diki kesel.

"Ya makanya tahan dulu.! Renata juga tau ini perih, lagian ini juga udah mau selesai kok.!" Ucap Renata yang sudah mulai mengobati lukanya.

"Aw, Ssssttttt.! Tapi beneran kan udah mau selesai.?" Ucap Diki masih kesakitan.

"Iya bang, udah mau selesai." Ucap Renata.

"Nah ini udah sel,,,,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong karena tiba-tiba ia mendengar suara petir beserta kilat yang menyambar-nyambar dengan begitu kencangnya, sehingga ia ketakutan, kemudian ia pun langsung memeluk Diki dengan begitu kencangnya.

"Aw, Ssssttttt.! Sakit Ren, gilaaaa.! Pelan-pelan pelukannya.! Loh kenapa.?" Ucap Diki bingung, sekaligus kesakitan karena Renata memeluknya mengenai tubuhnya yang babak belur.

"Renata takut baaang, Renata takuuut." Ucap Renata tergesa-gesa dalam keadaan yang sangat ketakutan.

"Iya loh takut, tapi loh takut apa.?" Ucap Diki kebingungan.

"Renata takut petir bang, Renata takuuut." Ucap Renata lagi masih ketakutan, sambil terus memeluk tubuh Diki dengan eratnya, sehingga membuatnya pun tersenyum dan lagi-lagi sok tau.

"Loh takut, apa sengaja pengin meluk gw.! Gilaaaa, kenceng banget ini meluknya." Ucapnya sambil tersenyum menggodanya, sehingga Renata yang sedang ketakutan pun tiba-tiba marah dan langsung melepaskan pelukannya itu.

"Maksud Abang itu apa sih ngomong kayak gitu.? Udah yah bang.! Udah cukup.! Udah cukup dari tadi abang ngeredahin Renata terus. Dan satu lagi.! Renata tadi meluk Abang, itu karena emang Renata ini bener-bener takut, bukan karena Renata lagi cari-cari kesempatan untuk bisa meluk Abang.!" Ucap Renata marah, sambil buru-buru membereskan lagi semua peralatan medisnya ke dalam tas, kemudian ia pun mencoba untuk melangkah keluar dari dalam kamar tersebut.

"Kamu mau kemana.? Tunggu.!" Ucap Diki sambil menarik tangannya dengan kuat, sehingga Renata pun langsung terjatuh dipangkuannya.

"Awas ah.! Lepasin.!" Ucap Renata masih marah, sambil berusaha untuk beranjak dari pangkuannya.

"Ren loh ini kenapa sih Ren.? Tadi itu gw cuma bercanda." Ucap Diki serius, sambil memegang tangannya lebih kuat lagi, agar ia tidak bisa beranjak dari pangkuannya.

"Tapi tadi bang Diki udah tau kan.? Renata itu enggak suka dibercandain kayak gitu.! Tapi kenapa coba.? Bang Diki masih aja bercandain Renata kayak gitu.! Lagian emang bang Diki pikir, Renata ini perempuan murah,,,,," Seketika ucapan Renata terpotong, karena tiba-tiba Diki langsung mencium bibirnya, sehingga membuat Renata pun kage dan syok.

"I, i, ini beneran, bang Diki lagi cium gw.? Gw enggak lagi mimpi kan.?" Ucap Renata dalam hati tak percaya dengan apa yang sedang Diki lakukan kepadanya sekarang ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!