30 DAYS WITH U
Entah bagaimana aku harus menjelaskannya. Entah dari mana aku harus memulainya. Aku kehilangan kata-kata untuk menjelaskan situasi yang saat ini aku hadapi. Rasanya hanya ada satu kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang terjadi padaku hari ini: aku sedang sial. Aku benar-benar sedang sial bahkan bisa dikatakan jika hari ini adalah hari paling sial dalam hidupku.
Semua kesialan mungkin dimulai sekitar tiga bulan lalu jika aku tidak salah mengingat. Semua kesialanku mulai berdatangan sejak pengagum rahasiaku yang selalu mengirimiku bunga di kantor mulai menimbulkan masalah bagiku: baik itu dalam pekerjaanku maupun hubungan cintaku.
Tiga bulan yang lalu. . .
“Keila!” Atasan Keila, Pak Agung tersenyum ke arah Keila ketika memanggil Keila untuk datang ke mejanya.
“Ya, Pak. Ada apa?”
“Apa kamu memiliki kekasih di perusahaan ini, Keila?”
Keila terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari ketua timnya yang dikenal suka sekali ikut campur dalam urusan orang lain. “Tidak, Pak. Saya tidak punya kenalan ketika masuk perusahaan ini. Saya hanya kenal beberapa orang penting sekelas manajer, itu pun saya mengenalnya karena tugas yang diberikan oleh perusahaan pada saya.”
Salah satu alis Pak Agung naik ke atas mendengar penjelasan dari Keila. Pak Agung kemudian melirik ke arah buket bunga yang baru saja tiba. “Apa kamu lihat buket bunga itu, Keila?”
Keila menganggukkan kepalanya. “Ya, Pak. Saya melihatnya.”
“Buket itu untukmu dan ini sudah entah kesekian kalinya buket bunga ini datang setiap bulannya.” Pak Agung kemudian memberikan isyarat dengan tangannya kepada Keila untuk mendekatkan telinga Keila ke arahnya. Keila melakukan perintah atasannya dan tidak lama kemudian Pak Agung mengubah nada bicaranya menjadi sedikit berbisik. “Kamu yakin kamu tidak memiliki hubungan khusus dengan seseorang di perusahaan ini, Key?”
Key adalah panggilan akrab dari rekan–rekan sekantor Keila. “Tidak, Pak.” Keila memberikan jawaban dengan nada penuh keyakinan kepada atasannya-Pak Agung.
“Kamu yakin kamu tidak menyembunyikan sesuatu dariku, Key?”
Keila menganggukkan kepalanya. “Ya, Pak. Saya tidak menyembunyikan apapun dari Bapak.”
“Baiklah kalau begitu.” Pak Agung menerima jawaban dari Keila setelah mengembuskan napasnya. “Lalu mau kamu apakan buket bunga ini, Key?”
“Biar saya letakkan di ruangan ini sebagai pemanis ruangan seperti biasanya.” Keila tersenyum ke arah Pak Agung. “Sayang sekali jika bunga tidak berdosa ini dibuang ke tempat sampah, Pak. Pembuat buket bunga ini sudah tega memotong bunga ini dari akarnya dan membuat bunga ini mati lebih cepat dari seharusnya. Jadi saya tidak akan membiarkan bunga ini berada di tempat sampah di hari kematiannya.”
“Hahahahaha. . . .” Gelak tawa terdengar dari mulut Pak Agung yang mendengarkan jawaban dari Keila soal buket bunga yang mungkin berasal dari penggemar rahasianya. “Seperti biasa, ucapanmu terkadang benar–benar membuat orang bisa tertawa, Key.”
“Terima kasih untuk pujiannya, Pak.”
Keila mengambil buket bunga yang ditujukan kepadanya dan menempatkan buket bunga itu di vas sebelum meletakkannya di dekat jendela di ruang kerja departemen editor. Keila adalah gadis berusia 27 tahun yang kini bekerja sebagai editor novel di perusahaan percetakan mayor di negara Indonesia. Keila sudah bekerja selama lima tahun lamanya di perusahaan impiannya dan menikmati waktu-waktunya sebagai editor novel.
Sejak kecil, Keila sudah mencintai buku. Beberapa buku yang menjadi kesukaan Keila adalah novel, komik dan majalah. Tapi dari tiga buku itu, novel lah yang paling menarik bagi Keila. Ketika membaca novel, pembacanya akan dipaksa untuk membuat ekspektasi atau bayangannya sendiri tentang tokoh–tokohnya baik itu perasaan tokoh ketika menghadapi berbagai situasi dan kehidupan sekeliling tokoh. Bayangan yang muncul dalam setiap pembaca terkadang akan berbeda tergantung pada daya tangkap dan daya imajinasi dari pembacanya, dan hal itulah yang membuat Keila justru jatuh hati dengan novel.
Beberapa kali ketika bekerja menjadi editor, Keila mencoba untuk membuat novel sendiri. Namun sayangnya. . . karyanya tidak sebagus dan sebaik dengan karya–karya yang pernah dibacanya bahkan mungkin lebih buruk dari karya milik penulis amatir.
“Apa ini benar tulisanmu, Key?” Pak Agung menatap Keila dengan tatapan tidak percaya ketika membaca karya milik Keila yang ditulisnya di waktu senggangnya.
“Benar, Pak.”
Mendengar jawaban dari Keila, raut wajah Pak Agung kemudian berubah menjadi raut kecewa.
“Sepertinya kamu masih perlu banyak belajar lagi untuk membuat tulisan sendiri, Key. Karyamu ini memiliki banyak kekurangan dan perasaan yang ada di dalam tokohnya sama sekali tidak tersampaikan dengan benar.”
Sejak kejadian itu, Keila mungkin mencuri–curi waktu untuk menulis lagi namun keyakinannya untuk menjadi penulis yang hebat memudar sedikit demi sedikit. Karena wabah covid yang melanda hampir di seluruh dunia, membuat pekerjaan yang dikerjakan dari rumah meningkat termasuk penulis. Karena wabah covid, banyak penulis baru muncul dan membuat pekerjaan Keila sebagai editor meningkat tajam. Keila mulai kehilangan banyak waktunya untuk membuat tulisannya sendiri dan perlahan melupakan keinginan kecilnya menjadi penulis.
Kembali dengan buket bunga yang diterima oleh Keila, orang-orang mulai bergunjing mengenai buket bunga yang selalu diterima Keila di setiap tanggal 10 di setiap bulannya.
“Apa mungkin kekasih Keila yang mengirimkannya?” tanya salah satu rekan Keila, Suci kepada rekan Keila lainnya, Nuri ketika berada di toilet di jam istirahat kerja.
Kedua rekan Keila tersebut tidak tahu jika Keila juga sedang berada di salah satu bilik toilet dan duduk di sana mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu biliknya. Keila yang kenal dekat dengan dua juniornya itu hafal betul dengan suara mereka. Tanpa harus mengintip dari balik pintu kamar mandinya, Keila dapat dengan jelas menebak dua pemilik suara itu.
“Itu tidak mungkin. Kau ingat Kak Keila baru punya pacar sekitar empat bulan lalu. Dan bunga itu sudah dikirim setiap bulannya di tanggal 10 dalam jangka waktu setahun lebih. . . .”
Nuri memberikan pembelaannya kepada Keila dan membuat Keila terharu mendengar juniornya itu membela dirinya. Namun belum lama rasa harunya itu muncul, Keila harus mendengar kenyataan pahit dari mulut juniornya itu yang membuat Keila menyesali rasa haru yang muncul dalam waktu singkat tadi.
“. . .Bunga tanpa nama itu pasti berasal dari salah satu karyawan di perusahaan ini. Mengingat buket bunga yang dikirimkan adalah buket bunga yang cukup mewah, dia pasti memiliki kedudukan di perusahaan ini.” Nuri melanjutkan ucapannya.
“Ah, benar juga. Aku juga melihat jika buket bunga itu adalah buket bunga mewah yang pasti memiliki harga yang mahal. Tapi. . .” Suci menyetujui pendapat Nuri.
“Tapi apa??” Nuri merasa penasaran.
“Tapi menurutmu siapa yang diam–diam menyukai Kak Keila dan membuat Kak Keila berada dalam masalah seperti ini?”
“Menurutmu siapa lagi??”
Keila mendengar suara seorang wanita yang dikenalnya masuk dan langsung memotong percakapan dua rekan junior Keila. Itu adalah suara dari wanita bernama Yuna dari departemen desain dan merupakan mantan pacar dari pacar Keila saat ini–Noah.
“Ah, Kak Yuna, selamat siang,” sapa dua rekan junior Keila secara bersama-sama.
“Siang juga, Suci dan Nuri. Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian berdua dan tidak sengaja mulutku ini berkata menjawab pertanyaan kalian.”
“Apa maksud Kak Yuna?” tanya Nuri yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Apa kamu tidak dengar beritanya?” Yuna menangkap rasa penasaran dua junior Keila. “Dari yang aku dengar dari departemen asisten di bawah direktur, bunga-bunga yang diterima Keila berasal dari sana. Mungkin Keila bermain mata dengan salah satu direktur perusahaan ini dan menggunakan kekasihnya untuk menutupi tindakannya itu.”
Keila yang mendengar percakapan itu benar-benar merasa kesal karena pada kenyataannya, dirinya memang tidak mengenal satu pun direktur di perusahaan ini. Posisinya yang hanya sebagai karyawan biasa hanya mampu membuatnya mengenal beberapa manager perusahaan-tidak lebih.
Kesialan itu tidak berakhir di situ saja. Begitu pulang dari kantornya, Keila yang baru tiba di apartemen kecilnya melihat kekasihnya-Noah yang sudah menunggunya pulang dengan wajah dan tatapan penuh amarah.
“Kenapa tidak bilang jika menungguku di sini? Kukira kau sedang sibuk seperti biasanya?”
Keila kemudian mempersilakan Noa-kekasihnya untuk masuk ke dalam apartemennya.
“Kenapa? Aku tidak boleh datang tanpa memberitahumu lebih dulu??” Noah bertanya dengan nada suara ketus.
Keila yang merasakan tatapan amarah dan nada suara ketus dari Noah berusaha untuk tersenyum di hadapan Noah. “Bukan begitu, jika kamu mengabariku ingin datang aku akan pulang lebih cepat.”
“Kudengar kau punya kekasih lain di perusahaanmu bekerja, Keila?”
Mendengar pertanyaan dari Noah, Keila akhirnya paham arti dari tatapan dan raut wajah yang penuh amarah ketika menunggunya. Dia pasti mendengarnya dari Yuna. Sialan Yuna! Caranya untuk membuat Noah kembali padanya benar-benar menyebalkan.
“Aku tidak punya kekasih lain selain kau, Noah.” Keila menangkis ucapan Noah dengan senyuman.
“Lalu bagaimana dengan bunga-bunga yang selama ini kamu terima? Dari siapa itu?” Noah berbicara dengan nada dingin dan tatapan mata tajam seolah hewan liar yang siap menerkam buruannya.
“Aku tidak tahu, Noah. Bunga-bunga itu dikirim tanpa nama bahkan sebelum aku menjadi kekasihmu.”
“Kalau begitu. . .” Noah menghentikan ucapannya sesaat dan menatap tajam ke arah Keila lagi. “Jika kamu tidak tahu siapa pengirim bunga itu dan masih ingin menjadi kekasihku, keluarlah dari perusahaan itu sekarang juga. Aku akan membiayai semua kebutuhanmu dan kita akan menikah dalam waktu dekat.”
Keila yang sedang menyiapkan minuman untuk kemudian tidak sengaja menjatuhkan gelasnya ketika mendengar ucapan Noah tentang keluar dari pekerjaannya.
“Kenapa??” Noah bertanya ketika mendengar suara jatuh dari gelas yang sedang digenggam oleh Keila. “Kamu tidak ingin keluar dari perusahaan itu, Key?”
Keila menatap ke arah Noah dengan wajah bersalah. “Maaf, Noah. Aku masih belum ingin menikah. Aku masih ingin menikmati waktu-waktuku untuk bekerja. Kamu tahu dengan baik bahwa perusahaan itu adalah perusahaan impianku sejak lama. Aku tidak bisa keluar begitu saja hanya karena keinginan egoismu itu dan rasa cemburumu itu.”
Wajah Noah mengeras ketika mendengar jawaban dari Keila. “Kamu bilang aku egois, Key??? Lalu bagaimana denganmu? Kenapa sejak awal kamu tidak mengatakan jika kamu selalu menerima bunga-bunga itu? Apa kamu tidak berpikir orang itu bisa saja merebutmu dariku?”
“Tidak. Selama ini pengirim bunga itu tidak pernah muncul. Jadi kenapa aku harus mengkhawatirkan hal itu. Lalu alasan aku tidak pernah mengatakan hal ini padamu adalah karena aku tidak ingin melihatmu cemburu tanpa alasan seperti sekarang ini.” Keila berusaha menjelaskan.
“Jadi kamu memilih untuk tetap bekerja di perusahaan itu, Key?”
“Ya.” Keila menjawab dengan yakin.
“Antara aku dan perusahaan itu, apa kamu akan tetap memilih perusahaan itu?” Noah bertanya sekali lagi kepada Keila.
“Ya. Aku tidak bisa merelakan mimpiku begitu saja.”
Noah menganggukkan kepalanya dan kemudian bangkit dari duduknya. “Kalau begitu hubungan kita berakhir di sini. Aku tidak bisa memiliki kekasih yang lebih memilih perusahaannya dibandingkan denganku.”
Kesialan Keila dimulai sejak hari itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments