Entah bagaimana aku harus menjelaskannya. Entah dari mana aku harus memulainya. Aku kehilangan kata-kata untuk menjelaskan situasi yang saat ini aku hadapi. Rasanya hanya ada satu kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang terjadi padaku hari ini: aku sedang sial. Aku benar-benar sedang sial bahkan bisa dikatakan jika hari ini adalah hari paling sial dalam hidupku.
Semua kesialan mungkin dimulai sekitar tiga bulan lalu jika aku tidak salah mengingat. Semua kesialanku mulai berdatangan sejak pengagum rahasiaku yang selalu mengirimiku bunga di kantor mulai menimbulkan masalah bagiku: baik itu dalam pekerjaanku maupun hubungan cintaku.
Tiga bulan yang lalu. . .
“Keila!” Atasan Keila, Pak Agung tersenyum ke arah Keila ketika memanggil Keila untuk datang ke mejanya.
“Ya, Pak. Ada apa?”
“Apa kamu memiliki kekasih di perusahaan ini, Keila?”
Keila terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari ketua timnya yang dikenal suka sekali ikut campur dalam urusan orang lain. “Tidak, Pak. Saya tidak punya kenalan ketika masuk perusahaan ini. Saya hanya kenal beberapa orang penting sekelas manajer, itu pun saya mengenalnya karena tugas yang diberikan oleh perusahaan pada saya.”
Salah satu alis Pak Agung naik ke atas mendengar penjelasan dari Keila. Pak Agung kemudian melirik ke arah buket bunga yang baru saja tiba. “Apa kamu lihat buket bunga itu, Keila?”
Keila menganggukkan kepalanya. “Ya, Pak. Saya melihatnya.”
“Buket itu untukmu dan ini sudah entah kesekian kalinya buket bunga ini datang setiap bulannya.” Pak Agung kemudian memberikan isyarat dengan tangannya kepada Keila untuk mendekatkan telinga Keila ke arahnya. Keila melakukan perintah atasannya dan tidak lama kemudian Pak Agung mengubah nada bicaranya menjadi sedikit berbisik. “Kamu yakin kamu tidak memiliki hubungan khusus dengan seseorang di perusahaan ini, Key?”
Key adalah panggilan akrab dari rekan–rekan sekantor Keila. “Tidak, Pak.” Keila memberikan jawaban dengan nada penuh keyakinan kepada atasannya-Pak Agung.
“Kamu yakin kamu tidak menyembunyikan sesuatu dariku, Key?”
Keila menganggukkan kepalanya. “Ya, Pak. Saya tidak menyembunyikan apapun dari Bapak.”
“Baiklah kalau begitu.” Pak Agung menerima jawaban dari Keila setelah mengembuskan napasnya. “Lalu mau kamu apakan buket bunga ini, Key?”
“Biar saya letakkan di ruangan ini sebagai pemanis ruangan seperti biasanya.” Keila tersenyum ke arah Pak Agung. “Sayang sekali jika bunga tidak berdosa ini dibuang ke tempat sampah, Pak. Pembuat buket bunga ini sudah tega memotong bunga ini dari akarnya dan membuat bunga ini mati lebih cepat dari seharusnya. Jadi saya tidak akan membiarkan bunga ini berada di tempat sampah di hari kematiannya.”
“Hahahahaha. . . .” Gelak tawa terdengar dari mulut Pak Agung yang mendengarkan jawaban dari Keila soal buket bunga yang mungkin berasal dari penggemar rahasianya. “Seperti biasa, ucapanmu terkadang benar–benar membuat orang bisa tertawa, Key.”
“Terima kasih untuk pujiannya, Pak.”
Keila mengambil buket bunga yang ditujukan kepadanya dan menempatkan buket bunga itu di vas sebelum meletakkannya di dekat jendela di ruang kerja departemen editor. Keila adalah gadis berusia 27 tahun yang kini bekerja sebagai editor novel di perusahaan percetakan mayor di negara Indonesia. Keila sudah bekerja selama lima tahun lamanya di perusahaan impiannya dan menikmati waktu-waktunya sebagai editor novel.
Sejak kecil, Keila sudah mencintai buku. Beberapa buku yang menjadi kesukaan Keila adalah novel, komik dan majalah. Tapi dari tiga buku itu, novel lah yang paling menarik bagi Keila. Ketika membaca novel, pembacanya akan dipaksa untuk membuat ekspektasi atau bayangannya sendiri tentang tokoh–tokohnya baik itu perasaan tokoh ketika menghadapi berbagai situasi dan kehidupan sekeliling tokoh. Bayangan yang muncul dalam setiap pembaca terkadang akan berbeda tergantung pada daya tangkap dan daya imajinasi dari pembacanya, dan hal itulah yang membuat Keila justru jatuh hati dengan novel.
Beberapa kali ketika bekerja menjadi editor, Keila mencoba untuk membuat novel sendiri. Namun sayangnya. . . karyanya tidak sebagus dan sebaik dengan karya–karya yang pernah dibacanya bahkan mungkin lebih buruk dari karya milik penulis amatir.
“Apa ini benar tulisanmu, Key?” Pak Agung menatap Keila dengan tatapan tidak percaya ketika membaca karya milik Keila yang ditulisnya di waktu senggangnya.
“Benar, Pak.”
Mendengar jawaban dari Keila, raut wajah Pak Agung kemudian berubah menjadi raut kecewa.
“Sepertinya kamu masih perlu banyak belajar lagi untuk membuat tulisan sendiri, Key. Karyamu ini memiliki banyak kekurangan dan perasaan yang ada di dalam tokohnya sama sekali tidak tersampaikan dengan benar.”
Sejak kejadian itu, Keila mungkin mencuri–curi waktu untuk menulis lagi namun keyakinannya untuk menjadi penulis yang hebat memudar sedikit demi sedikit. Karena wabah covid yang melanda hampir di seluruh dunia, membuat pekerjaan yang dikerjakan dari rumah meningkat termasuk penulis. Karena wabah covid, banyak penulis baru muncul dan membuat pekerjaan Keila sebagai editor meningkat tajam. Keila mulai kehilangan banyak waktunya untuk membuat tulisannya sendiri dan perlahan melupakan keinginan kecilnya menjadi penulis.
Kembali dengan buket bunga yang diterima oleh Keila, orang-orang mulai bergunjing mengenai buket bunga yang selalu diterima Keila di setiap tanggal 10 di setiap bulannya.
“Apa mungkin kekasih Keila yang mengirimkannya?” tanya salah satu rekan Keila, Suci kepada rekan Keila lainnya, Nuri ketika berada di toilet di jam istirahat kerja.
Kedua rekan Keila tersebut tidak tahu jika Keila juga sedang berada di salah satu bilik toilet dan duduk di sana mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu biliknya. Keila yang kenal dekat dengan dua juniornya itu hafal betul dengan suara mereka. Tanpa harus mengintip dari balik pintu kamar mandinya, Keila dapat dengan jelas menebak dua pemilik suara itu.
“Itu tidak mungkin. Kau ingat Kak Keila baru punya pacar sekitar empat bulan lalu. Dan bunga itu sudah dikirim setiap bulannya di tanggal 10 dalam jangka waktu setahun lebih. . . .”
Nuri memberikan pembelaannya kepada Keila dan membuat Keila terharu mendengar juniornya itu membela dirinya. Namun belum lama rasa harunya itu muncul, Keila harus mendengar kenyataan pahit dari mulut juniornya itu yang membuat Keila menyesali rasa haru yang muncul dalam waktu singkat tadi.
“. . .Bunga tanpa nama itu pasti berasal dari salah satu karyawan di perusahaan ini. Mengingat buket bunga yang dikirimkan adalah buket bunga yang cukup mewah, dia pasti memiliki kedudukan di perusahaan ini.” Nuri melanjutkan ucapannya.
“Ah, benar juga. Aku juga melihat jika buket bunga itu adalah buket bunga mewah yang pasti memiliki harga yang mahal. Tapi. . .” Suci menyetujui pendapat Nuri.
“Tapi apa??” Nuri merasa penasaran.
“Tapi menurutmu siapa yang diam–diam menyukai Kak Keila dan membuat Kak Keila berada dalam masalah seperti ini?”
“Menurutmu siapa lagi??”
Keila mendengar suara seorang wanita yang dikenalnya masuk dan langsung memotong percakapan dua rekan junior Keila. Itu adalah suara dari wanita bernama Yuna dari departemen desain dan merupakan mantan pacar dari pacar Keila saat ini–Noah.
“Ah, Kak Yuna, selamat siang,” sapa dua rekan junior Keila secara bersama-sama.
“Siang juga, Suci dan Nuri. Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian berdua dan tidak sengaja mulutku ini berkata menjawab pertanyaan kalian.”
“Apa maksud Kak Yuna?” tanya Nuri yang tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Apa kamu tidak dengar beritanya?” Yuna menangkap rasa penasaran dua junior Keila. “Dari yang aku dengar dari departemen asisten di bawah direktur, bunga-bunga yang diterima Keila berasal dari sana. Mungkin Keila bermain mata dengan salah satu direktur perusahaan ini dan menggunakan kekasihnya untuk menutupi tindakannya itu.”
Keila yang mendengar percakapan itu benar-benar merasa kesal karena pada kenyataannya, dirinya memang tidak mengenal satu pun direktur di perusahaan ini. Posisinya yang hanya sebagai karyawan biasa hanya mampu membuatnya mengenal beberapa manager perusahaan-tidak lebih.
Kesialan itu tidak berakhir di situ saja. Begitu pulang dari kantornya, Keila yang baru tiba di apartemen kecilnya melihat kekasihnya-Noah yang sudah menunggunya pulang dengan wajah dan tatapan penuh amarah.
“Kenapa tidak bilang jika menungguku di sini? Kukira kau sedang sibuk seperti biasanya?”
Keila kemudian mempersilakan Noa-kekasihnya untuk masuk ke dalam apartemennya.
“Kenapa? Aku tidak boleh datang tanpa memberitahumu lebih dulu??” Noah bertanya dengan nada suara ketus.
Keila yang merasakan tatapan amarah dan nada suara ketus dari Noah berusaha untuk tersenyum di hadapan Noah. “Bukan begitu, jika kamu mengabariku ingin datang aku akan pulang lebih cepat.”
“Kudengar kau punya kekasih lain di perusahaanmu bekerja, Keila?”
Mendengar pertanyaan dari Noah, Keila akhirnya paham arti dari tatapan dan raut wajah yang penuh amarah ketika menunggunya. Dia pasti mendengarnya dari Yuna. Sialan Yuna! Caranya untuk membuat Noah kembali padanya benar-benar menyebalkan.
“Aku tidak punya kekasih lain selain kau, Noah.” Keila menangkis ucapan Noah dengan senyuman.
“Lalu bagaimana dengan bunga-bunga yang selama ini kamu terima? Dari siapa itu?” Noah berbicara dengan nada dingin dan tatapan mata tajam seolah hewan liar yang siap menerkam buruannya.
“Aku tidak tahu, Noah. Bunga-bunga itu dikirim tanpa nama bahkan sebelum aku menjadi kekasihmu.”
“Kalau begitu. . .” Noah menghentikan ucapannya sesaat dan menatap tajam ke arah Keila lagi. “Jika kamu tidak tahu siapa pengirim bunga itu dan masih ingin menjadi kekasihku, keluarlah dari perusahaan itu sekarang juga. Aku akan membiayai semua kebutuhanmu dan kita akan menikah dalam waktu dekat.”
Keila yang sedang menyiapkan minuman untuk kemudian tidak sengaja menjatuhkan gelasnya ketika mendengar ucapan Noah tentang keluar dari pekerjaannya.
“Kenapa??” Noah bertanya ketika mendengar suara jatuh dari gelas yang sedang digenggam oleh Keila. “Kamu tidak ingin keluar dari perusahaan itu, Key?”
Keila menatap ke arah Noah dengan wajah bersalah. “Maaf, Noah. Aku masih belum ingin menikah. Aku masih ingin menikmati waktu-waktuku untuk bekerja. Kamu tahu dengan baik bahwa perusahaan itu adalah perusahaan impianku sejak lama. Aku tidak bisa keluar begitu saja hanya karena keinginan egoismu itu dan rasa cemburumu itu.”
Wajah Noah mengeras ketika mendengar jawaban dari Keila. “Kamu bilang aku egois, Key??? Lalu bagaimana denganmu? Kenapa sejak awal kamu tidak mengatakan jika kamu selalu menerima bunga-bunga itu? Apa kamu tidak berpikir orang itu bisa saja merebutmu dariku?”
“Tidak. Selama ini pengirim bunga itu tidak pernah muncul. Jadi kenapa aku harus mengkhawatirkan hal itu. Lalu alasan aku tidak pernah mengatakan hal ini padamu adalah karena aku tidak ingin melihatmu cemburu tanpa alasan seperti sekarang ini.” Keila berusaha menjelaskan.
“Jadi kamu memilih untuk tetap bekerja di perusahaan itu, Key?”
“Ya.” Keila menjawab dengan yakin.
“Antara aku dan perusahaan itu, apa kamu akan tetap memilih perusahaan itu?” Noah bertanya sekali lagi kepada Keila.
“Ya. Aku tidak bisa merelakan mimpiku begitu saja.”
Noah menganggukkan kepalanya dan kemudian bangkit dari duduknya. “Kalau begitu hubungan kita berakhir di sini. Aku tidak bisa memiliki kekasih yang lebih memilih perusahaannya dibandingkan denganku.”
Kesialan Keila dimulai sejak hari itu.
Awalnya perpisahan Keila dengan Noah berakhir dengan tenang. Seminggu setelah hubungan Keila dan Noah berakhir, Keila mendengar bahwa Yuna dari departemen desain kembali menjalin hubungan dengan Noah-sesuai dengan keinginannya selama ini.
“Kak Keila?” Salah satu junior Keila, Irene berbisik kepada Keila di sela-sela pekerjaannya.
“Ya? Ada apa?” Keila bertanya dengan raut wajah penasaran.
“Kakak sudah putus dengan Kak Noah?” bisik Irene lagi.
Keila menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. “Ya. Seminggu yang lalu. Kenapa?” Keila menjawab dengan berbisik juga.
“Kemarin sepulang kerja, kami melihat pa-“ Irene segera menutup mulutnya dan segera mengoreksi ucapannya yang salah dengan cepat sebelum membuat Keila tersinggung lebih dulu. “Maksudku mantan kekasih kakak dengan Kak Yuna. Mantan pacar kakak datang menjemput Kak Yuna dari departemen desain dan mereka pergi bersama dengan bergandengan tangan.”
Keila tersenyum membalas penjelasan dari juniornya itu. “Sebelum menjadi kekasihku, Noah adalah kekasih Yuna. Mereka putus karena kesibukan mereka. Lalu Noah bertemu denganku dan menjadi kekasihku selama kurang lebih empat bulan. Tapi. . . mengingat hubungan mereka yang terjalin cukup lama, tidak heran jika mereka akhirnya kembali. Aku tahu Yuna masih menyukai Noah sejak aku tahu bahwa Yuna adalah mantan Noah.”
“Kakak tidak marah dengan mereka yang kembali dengan cepat?” Irene bertanya dengan memasang wajah tidak percaya.
“Tidak.” Keila menjawab dengan senyuman di wajahnya. “Sejak awal aku menjalin hubungan dengan Noah, aku merasa jika hubunganku dengan Noah tidak akan bertahan lama. Kami hanya sama-sama kesepian dan butuh teman ketika sedang merasa sepi. Alasan itulah yang membuat kami bersama. Jika kamu bertanya padaku apakah aku mencintai Noah, mungkin aku akan memberikan jawabannya dengan ragu-ragu.”
“Benarkah begitu, Kak?” Irene memasang wajah tidak percaya untuk kedua kalinya.
“Benar. Aku sendiri tidak yakin pada diriku sendiri, apakah aku mencintai Noah atau tidak? Nyatanya. . . ketika berpisah dengannya, aku baik-baik saja.”
Junior Keila, Irene kemudian menepuk bahu Keila dengan sedikit keras untuk memberikan semangat kepada Keila seperti yang biasa dilakukan Keila ketika mengajari juniornya. “Semangat, Kak. Laki-laki di dunia ini tidak hanya satu saja. Tidak hanya ada pria bernama Noah saja. Aku yakin kakak pasti akan menemukan lelaki yang jauh lebih baik dari pria bernama Noah yang bisa membuat kakak jatuh cinta kepadanya seperti novel-novel yang selama ini kita baca.”
“Terima kasih, Irene. Kuharap begitu.”
Dua bulan kemudian keadaan menjadi tenang. Gosip yang membicarakan tentang kekasih Keila yang direbut oleh Yuna dari departemen desain perlahan mulai memudar. Kehidupan Keila kembali tenang seperti sebelum mengenal Noah. Kini Keila tidak perlu ribut membalas pesan yang masuk ke dalam ponselnya di saat jam kerja. Keila juga tidak perlu repot mengangkat panggilan yang masuk dari Noah ketika sedang rapat. Keila juga tidak perlu repot membersihkan apartemennya di saat sibuk, hanya karena Noah ingin datang berkunjung.
Kehidupan Keila kembali sedia kali dan Keila kembali disibukkan oleh pekerjaannya sebagai editor hingga terdengar kabar bahwa Noah dan Yuna kembali berpisah.
“Apa kakak sudah mendengarnya?” Irene yang makan bersama dengan Keila tiba-tiba bertanya kepada Keila.
“Apa yang harus aku dengar?” Keila mengerutkan keningnya.
“I-itu, Kak. Kabar Kak Yuna dari departemen desain yang berpisah dengan mantan pacar Kakak.” Irene berbicara dengan sedikit merendahkan suaranya sembari melirik ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa Yuna tidak ada di dekat mereka.
“Ahh, benarkah??” Keila bertanya setelah melahap makan siangnya dengan santai seolah tidak terganggu dengan berita yang didengarnya.
Irene menganggukkan kepalanya sebelum berbisik lagi kepada Keila. “Mereka bertengkar tidak jauh dari perusahaan dan kebetulan beberapa orang kemarin melihat adegan pertengkaran mereka.”
Senyum kecil kemudian muncul di sudut bibir Keila. “Berakhir dengan berapa babak pertengkaran mereka?”
Junior Keila mengangkat bahunya menjawab pertanyaan Keila sebelum berbisik lagi kepada Keila. “Aku tidak tahu, Kak. Tapi dari yang aku dengar, pertengkaran mereka dimulai dengan Kak Yuna yang diduga selingkuh dengan rekan kerjanya dan hal itu diketahui oleh mantan pacar kakak itu. Kata orang-orang, pertengkaran mereka kemarin benar-benar hebat hingga menjadi tontonan banyak orang.”
Keila tersenyum lagi mendengar cerita dari juniornya itu. “Sayang sekali, aku tidak bisa melihat adegan itu kemarin. Jika aku melihatnya, aku pasti akan bertepuk tangan paling kencang di antara semua penonton yang ada.”
“Benar.” Junior Keila menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Keila. “Kata orang-orang yang melihat adegan itu kemarin, pertengkaran antara Kak Yuna dan mantan pacar kakak itu bahkan sampai membuat polisi lalu lintas harus turun tangan. Keduanya saling menjambak rambut satu sama lain dan saling mengumpat satu sama lain. Orang-orang yang lewat di sekitar mereka berusaha untuk menghentikan pertengkaran itu tapi tidak berhasil. Mereka justru terluka karena berusaha untuk menghentikan pertengkaran itu.”
Mendengar cerita dari juniornya itu, Kelia yang belum lama mengenal Noah benar-benar tidak menyangka jika Noah bisa marah dengan melakukan hal yang memalukan seperti itu. Bagaimana bisa seorang pria yang marah menjambak rambut wanita yang masih berstatus kekasihnya?
Keila menghela napasnya sekaligus mengucap syukur di dalam hatinya ketika tahu mengenai hal itu. Aku bersyukur sudah memutuskan hubunganku dengan pria seperti itu. Aku bersyukur sekali mendapat kesempatan untuk bisa mengakhiri hubunganku dengan pria seperti itu. Untung saja, aku menolak untuk menikah dengannya. Jika tidak. . . mungkin hidupku akan merasa terkekang selamanya karena sifat dan sikapnya yang belum dewasa.
Keila baru saja bersyukur dengan nasibnya yang beruntung karena bisa terlepas dari pria bernama Noah, namun rasa syukurnya itu harus ditarik kembali ketika sepulang kerja Keila melihat Noah sedang duduk di depan perusahaannya. Awalnya. . . Keila berpikir Noah sedang menunggu Yuna karena hubungan mereka yang baru saja berakhir. Tapi. . . pikiran Keila itu salah karena Noah menarik tangan Keila ketika melihat Keila.
“Key. . .” Noah menarik tangan Keila dan menghentikan langkah kaki Keila yang hendak pulang ke rumahnya tepat di depan kantor tempatnya bekerja.
“Lepaskan tanganmu, Noah” perintah Keila dengan nada suara dingin.
“Dengarkan aku dulu. . .” Noah memohon kepada Keila.
Keila yang malu karena orang-orang dari perusahaannya yang mulai keluar dari gedung kantornya, melihat ke arah Keila membuat Keila tidak punya pilihan lain selain memberikan Noah kesempatan untuk bicara.
“Lepaskan tanganmu dan kita akan bicara!” Keila menekankan kata lepaskan tangan dengan melirik tangan Noah yang menggenggam tangannya.
Noah melepaskan tangannya dan kemudian mulai bicara kepada Keila. “Beri aku kesempatan, Key. Aku ingin menjalin hubungan lagi denganmu, Key.”
Bak disambar petir, Keila yang baru saja mendengar kabar bahwa Noah baru saja mengakhiri hubungannya dengan Yuna, kini harus mendengar sesuatu yang tidak ingin didengar Keila dari mulut Noah. Keila menatap tajam ke arah Noah dengan wajah tidak percaya. Noah benar-benar sudah gila. Baru saja aku mendengar kabar tentang pertengkarannya dengan Yuna kemarin yang mungkin menjadi akhir dari hubungannya dengan Yuna, tapi sekarang. . . Noah sudah berani datang padaku dan memintaku untuk kembali padanya. Ini benar-benar gila.
Dan semenjak hari itu, Noah selalu datang mencegat Keila di jam pulang kerjanya hanya untuk meminta Keila kembali menjadi kekasihnya.
Selama sebulan di setiap harinya, Noah akan menunggu Keila dan memaksa Keila untuk kembali menjadi kekasihnya. Dan pemandangan itu menjadi pemandangan yang biasa dilihat oleh para karyawan di mana Keila bekerja. Gunjingan dan cemooh mulai muncul ketika Noah sama sekali tidak mau pergi bahkan setelah Keila memohon kepadanya.
“Aku tidak akan pergi! Aku akan tetap di sini sebelum kamu setuju untuk menjadi kekasihku lagi.”
Terkadang Keila harus pulang terlambat untuk membuat Noah kesal menunggunya. Terkadang Keila harus keluar dengan sembunyi-sembunyi lewat pintu belakang perusahaan untuk menghindari Noah. Jika beruntung, Keila akan mendapatkan tumpangan dari beberapa rekan kerjanya yang berbaik hati kepada Keila karena merasa kasihan dengan Keila akibat ulah Noah, termasuk Pak Agung.
Namun tepat sebulan semenjak Noah yang selalu menunggu di depan perusahaan Keila, Noah membuat ulah yang memalukan ketika menemukan kenyataan bahwa Keila beberapa kali diantar pulang oleh Pak Agung.
Noah yang sudah kehilangan akal dan kewarasannya, begitu melihat Pak Agung yang datang bersama dengan beberapa manajer perusahaan langsung melayangkan tinjunya ke wajah Pak Agung. Noah memukul beberapa kali wajah Pak Agung yang sama sekali tidak menyangka jika Noah akan melayangkan pukulan ke arahnya. Beberapa manajer yang datang bersama dengan Pak Agung berusaha untuk memisahkan Noah dari Pak Agung, namun usaha itu sia-sia belaka.
Noah benar-benar sudah kehilangan akalnya dan memukul Pak Agung secara membabi buta layaknya sasak tinju. Para manajer yang tidak memisahkan Noah dari Pak Agung kemudian memanggil seluruh security di perusahaan hanya untuk menyelamatkan Pak Agung.
Kejadian itu benar-benar menggemparkan seluruh karyawan di perusahaan dan berkat itu, Keila harus dipanggil untuk mengikuti sidang terkait dengan penyerangan yang terjadi kepada Pak Agung yang harus dilarikan ke rumah sakit karena terluka cukup parah akibat tindakan Noah.
“Bisa Nona jelaskan kenapa pria bernama Noah itu selama sebulan ini selalu berada di depan gedung perusahaan ini?” tanya manajer HRD kepada Keila.
“Noah mencari saya, Pak.” Keila memberikan jawaban jujur kepada manajer HRD yang sedang menyelidiki kasus yang menimpa Pak Agung.
“Kenapa pria bernama Noah ini mencari Nona?”
“Dia mantan pacar saya, Pak. Setelah putus dari Yuna, Noah meminta saya kembali untuk jadi pacarnya dan saya menolaknya. Tapi. . . Noah tidak berhenti di situ saja dan terus mengganggu saya di tempat kerja. Pak Agung yang kasihan dengan keadaan saya kemudian membantu saya dengan beberapa kali mengantar saya pulang agar saya bisa menghindari Noah.”
Setelah memberikan penjelasan tentang situasi yang dihadapinya dan alasan Pak Agung menerima serangan itu, beberapa hari kemudian sebuah pengumuman hasil keputusan dari sidang itu keluar.
Keila dinyatakan harus menerima sanksi karena telah lalai karena telah membuat rekan kerjanya berada dalam bahaya karena masalah pribadinya. Keila mendapatkan skors selama sebulan dan kehilangan gajinya selama sebulan itu.
“Kak Key baik-baik saja?” Irene-junior Keila yang paling dekat dengan Keila segera memeluk Keila yang baru saja tiba di ruang editor.
Keila berusaha tersenyum menerima keadaannya. Keila tidak ingin rekan-rekannya merasakan kesedihannya. “Aku baik-baik saja. Ini hanya skors selama sebulan. Jadi. . . kurasa aku akan baik-baik saja. Maafkan aku karena telah merepotkan kalian semua dan karena hal ini juga, pekerjaan kalian mungkin akan bertambah karena aku dan Pak Agung tidak ada.”
“Kami semua mengerti, Kak.” Irene menepuk lembut punggung Keila sembari memberikan semangat kepada Keila.
“Kenapa perusahaan menyalahkan Kak Keila dan bukannya pria bernama Noah yang telah membuat keributan di depan perusahaan?” tanya Nuri.
“Hush. . .” Suci berusaha untuk menghentikan omelan Nuri.
“Tidak apa-apa, Suci.” Keila melepaskan dirinya dari pelukan Irene dan memberikan pengertian pada Nuri yang belum lama bekerja di perusahaan. “Nuri. . . mau bagaimana pun sumber masalahnya adalah aku. Harus ada seseorang yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa Pak Agung dan akulah orangnya. Aku gagal menjaga nama baik perusahaan dan membuat perusahaan terkena masalah karena masalah pribadiku.”
“Tapi, Kak-“ Suci tetap merasa tidak terima dengan apa yang menerima Keila.
“Sssttt. . . sudah jangan bahas itu lagi.” Keila memotong dengan cepat ucapan Nuri yang berniat untuk membelanya. “Aku hanya diskors selama sebulan bukannya dipaksa untuk berhenti. Jadi ini bukanlah sesuatu yang buruk, Nuri. Sebulan ini bisa aku gunakan untuk beristirahat.”
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan menyerahkan seluruh pekerjaannya kepada rekan-rekannya, setelah jam kerja berakhir Keila memutuskan untuk mengunjungi Pak Agung di rumah sakit. Tadinya Keila berniat untuk meminta maaf langsung kepada Pak Agung, akan tetapi begitu tiba di rumah sakit, Keila gagal untuk bertemu dengan Pak Agung.
“Maaf Mbak Keila, Pak Agungnya baru saja tertidur. . .” ucap istri Pak Agung.
“Maafkan saya, Bu. Karena saya, Pak Agung harus terbaring di rumah sakit ini. Padahal Pak Agung sudah tidak muda lagi, pasti luka-luka itu akan lebih lambat sembuhnya.”
Istri Pak Agung yang sudah mengenal Keila cukup lama sama sekali tidak marah dengan apa yang menimpa Pak Agung. Istri Pak Agung mengerti dengan keadaan Keila yang sudah dianggap anak oleh Pak Agung. “Tidak apa-apa, Mbak Keila. Situasi Mbak sendiri juga situasi yang sulit. Saya dan Pak Agung mengerti dan kami berdua tidak akan menyalahkan mbak. Yang salah adalah pria bernama Noah yang selalu mengganggu Mbak Keila dan membuat suami saya terbaring di rumah sakit.”
“Terima kasih, Bu. Sekali lagi terima kasih banyak, Bu.” Keila menatap istri Pak Agung dengan mata nanar dan nyaris saja meneteskan air matanya mendengar Pak Agung yang sama sekali tidak menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa dirinya. “Bisakah saya meminta tolong pada Ibu?”
“Iya, Mbak. Apa itu?”
“Tolong sampaikan salam saya kepada Pak Agung ketika Pak Agung bangun nanti.” Keila berusaha tersenyum menyembunyikan matanya yang nyaris saja menjatuhkan air mata.
“Tentu saja, Mbak.”
Setelah mengatakan pesannya untuk Pak Agung, Keila kemudian berpamitan kepada istri Pak Agung.
“Mbak Keila.” Istri Pak Agung memanggil nama Keila sebelum Keila melangkah untuk pergi.
“Iya, Bu.”
“Tolong berhati-hati, Mbak. Pria bernama Noah yang memukuli suami saya masih belum tertangkap setelah berhasil melarikan diri. Pak Agung tadi berpesan kepada saya untuk menyampaikan pesan ini kepada Mbak jika Mbak datang berkunjung.”
Keila berusaha untuk tersenyum untuk membuat istri Pak Agung merasa tidak khawatir dengan dirinya. “Saya mengerti, Bu. Saya akan berhati-hati.”
Hari sudah gelap ketika Keila keluar dari rumah sakit di mana Pak Agung dirawat. Meski tidak kehilangan pekerjaannya sebagai editor, tetap saja Keila merasakan perasaan kesal di dalam hatinya. Hati Keila berkecamuk dengan perasaan amarah, kesal dan menyesal. Keila marah kepada dirinya sendiri karena telah melibatkan banyak orang dalam masalahnya. Keila merasa kesal kepada dirinya sendiri yang tidak menyadari sifat Noah yang bisa berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya. Keila merasa menyesal karena telah mengenal Noah dan membuat orang-orang di sekitarnya berada dalam bahaya karena hubungannya dengan Noah.
Keila yang tadinya harus pulang dengan menaiki bus kota kemudian memilih turun di tengah perjalanannya. Keila turun di sebuah jembatan yang merupakan tempat kenangannya bersama dengan almarhum ayahnya. Keila berjalan sebentar di jembatan itu dan kemudian berdiam diri selama beberapa waktu sembari menikmati pemandangan aliran sungai mengalir dan angin yang berembus. Air mata Keila yang ditahannya sejak tadi, tanpa disadarinya mengalir begitu saja ketika Keila berada di jembatan di mana dirinya dulu sering menghabiskan waktu bersama dengan almarhum ayahnya.
“Ini benar-benar menyesakkan, Ayah. Andai Ayah ada di sini. . .” ucap Keila sembari menangis melepas rasa kesal di hatinya.
“Key. . .”
Keila menolehkan kepalanya ketika mendengar namanya dipanggil oleh seseorang dan betapa terkejutnya Keila ketika melihat sosok pemilik suara yang memanggil namanya.
“Noah! Apa yang kamu lakukan di sini??”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!