"Gila lu Ndro." Ari menepuk lengan Bambang sangat keras saat kembali dari makan bersama Wulan.
"Ndra ndro ndra ndro. Sambil mukul kenceng lagi. Sakit tahu," keluh Bambang mengusap-usap lengannya.
"Aku ini Bams. Bams samson." Bambang menyibakan rambutnya ke belakang.
"Jadul amat sih kamu," ucap Dwi, "Apaan, Ri?" Dwi menatap Ari dan penasaran.
"Tahu tidak." Ari duduk di kursinya.
"Mana kita tahu," ucap Bambang dan Dwi bersamaan.
"Apaan. Cepat dong kasih tahu," ucap Dwi tidak sabar.
"Tadi waktu makan, Wulan nembak aku. Gila tidak tuh," jelas Ari dengan wajah serius.
"Gila ... tidak sabaran banget tuh cewek," ucap Dwi.
"Takut kamu diembat orang kali. Tidak tahu dia, padahal yang suka sama kamu kan cuma dia saja. Yang lainnya melirik saja tidak." Bambang tertawa keras diikuti dwi.
Tuing
Ari menoyor kepala Bambang. "Memang aku sebegitunya. Nggak juga kali."
Wulan hanya bisa melirik Ari dari kejauhan. Menebak-nebak apa yang mereka omongkan. Wulan merasa sedang diomongin oleh mereka. Tapi Wulan merasa tidak masalah. Karena memang begitu kenyataannya.
"Jadi kamu sekarang udah jadian sama Wulan dong," ucap Bambang menegaskan.
"Siapa bilang." Ari menyangkalnya.
"Tadi kamu bilang." Bambang mengangguk-angguk membenarkan perkataan Dwi.
"Kan aku tidak bilang kalau menerima dia."
"Jadi, kamu tolak dia? Makanya dari tadi dia meelirik ke arah kita dengan wajah tidak senang," tanya Dwi.
"Aku cuma minta waktu untuk menjawabnya. Aku masih bingung." Ari menautkan keningnya.
"Kenapa bingung. Dia cantik loh," ujar Bambang.
"Aku memang cantik kok." Indah tiba-tiba datang dan menyahut obrolan mereka.
"Percaya diri banget kamu. Siapa juga yang ngomongin kamu," ucap Bambang.
Ari meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Dia tidak ingin kabar antara dia dan Wulan diketahui orang lain. Khususnya Aisyah.
...****************...
Aisyah, Indah dan Putri sedang dalam perjalanan ke perpustakaan daerah. Mereka berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Selama hampir satu jam mereka dalam keadaan terhimpit di pojokan akhirnya mereka sampai di depan gerbang perpustakaan. Ketiga kawan itu memasuki bangunan besar berlantai dua. Aisyah yang baru pertama kali menginjakkan kakinya disitu merasa kebingungan. Dia hanya mengekor di belakang.
"Yuk naik kelantai dua," ajak Indah dan diangguki dua orang lainnya. Mereka menaiki anak tangga yang lumayan tinggi satu per satu.
Hosh
Hosh
Hosh
Nafas Putri terengah-engah. Dia langsung terduduk saat mencapai anak tangga yang terakhir. Putri merasa berlari sepuluh putaran mengelilingi lapangan sepak bola. Sungguh lelah sekali walau hanya naik beberapa anak tangga.
"Ih, kamu lebai. Naik segitu saja sudah ngos-ngosan," ejek Indah.
"Berat tahu," ucap Putri yang menyadari bahwa tubuhnya yang agak tambun.
"Ya iya lah berat, kamu memang berat. Makanya diet. Lemakmu udah numpuk di sana-sini," tunjuk Indah pada perut dan lengan Putri.
"Biarin. Dilihat masih oke kok. Masih sekseih. Nggak gemuk-gemuk banget. Dari pada kamu kerempeng," ejek Putri pada Indah.
"Siapa bilang aku kerempeng. Aku langsing gini loh," Indah membelai tubuhnya dari atas ke bawah menunjukan lekuk tubuhnya.
"Udah, di perpus kok masih saja ribut. Ganggu orang lain yang lagi baca tahu," Aisyah melerai kedua sahabatnya itu.
"Ayo," Aisyah menarik tangan Putri agar dia terbangun dari duduknya.
Mereka berjalan menuju rak-rak buku. Di sana terhampar rapi buku-buku menurut kategorinya. Ada beberapa rak untuk meteri Biologi.
"Oke. Aku ke sini, kamu ke sana dan kamu ke sana," Indah memberikan intruksi kepada teman-temannya untuk memasuki lorong-lorong rak buku yang dia tunjuk.
Aisyah menyusuri lorong tersebut. Dia merasa kagum karena begitu banyak buku di sini. Dia memilah satu persatu buku.
"Ini dia," Aisyah menemukan buku yang dia inginkan.
Aisyah mendatangi Putri yang lebih dahulu duduk disalah satu kursi di perpustakaan. Aisyah menarik kursi ke belakang dan menjatuhkan b*kong di atasnya. Dia mulai membuka buku dan memahami tentang materi kelangsungan hidup.
"Put, ayo catat," pinta Indah yang sudah berada di sisi Putri.
Putri mengeluarkan buku yang sudah mereka siapkan dari rumah. Putri mulai mencatat semua yang dikatakan Indah dan Aisyah. Itu sudah menjadi kesepakatan.
"Kayaknya masih kurang. Sebentar ya, aku mau cari buku lagi," ucap Aisyah sambil berlalu.
Aisyah menyusuri lorong-lorong buku lagi. Memilah-milah satu persatu buku yang ada di rak. Hingga dia membaca judul salah satu buku yang menarik perhatiannya.
"Ensiklopedia makhluk hidup. Sepertinya menarik," ucap Aisyah lirih.
Aisyah mengulurkan tangannya meraih buku itu. Tak disangka ada tangan lain yang juga memegang buku itu. Sontak Aisyah menoleh seketika.
Terima kasih sudah menunggu Up nya. Mohon tinggalkan jejak untuk like atau komen yang membangun ya. Agar author semangat upnya. 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Mhila Amhilawhaty
smoga Wulan ndk jahat
2022-05-02
0